Kota Bekasi

kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia

Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak di sebelah timur Jakarta; berbatasan dengan Jakarta di barat, Kabupaten Bekasi di utara dan timur, Kabupaten Bogor di selatan, serta Kota Depok di sebelah barat daya. Bekasi merupakan salah satu kota penyangga di wilayah megapolitan Jabotabek selain Tangerang, Tangerang Selatan, Bogor, Depok, dan Cikarang; serta menjadi tempat tinggal para komuter yang bekerja di Jakarta. Oleh karena itu, ekonomi Kota Bekasi sangat berhubungan erat dengan kota-kota di wilayah Jabotabek. Kota Bekasi terdiri atas 12 kecamatan, yang dibagi lagi atas 56 kelurahan.

Kota Bekasi
Daerah tingkat II
Motto: 
Kota IHSAN
Peta
Peta
Kota Bekasi di Jawa
Kota Bekasi
Kota Bekasi
Peta
Kota Bekasi di Indonesia
Kota Bekasi
Kota Bekasi
Kota Bekasi (Indonesia)
Koordinat: 6°14′00″S 107°00′00″E / 6.2333°S 107°E / -6.2333; 107
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
Tanggal berdiri-
Dasar hukum-
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 12
  • Kelurahan: 56
Pemerintahan
 • Bupati-Mochtar Muhammad
Luas
 • Total210,49 km2 (81,27 sq mi)
Populasi
 • Total1,773,470 (2.006)
 • Kepadatan8,425/km2 (21,820/sq mi)
Demografi
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3275 Edit nilai pada Wikidata
Kode Kemendagri32.75 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. 420,276 milyar (2006)
Situs webhttp://www.kotabekasi.go.id

Sejarah

Sejak zaman kolonial Belanda, Bekasi merupakan wilayah kabupaten yang berkedudukan di Jatinegara. Setelah kemerdekaan status ini dikukuhkan dengan UU Nomor 14 Tahun 1950 mengenai pembentukan Kabupaten Bekasi, dengan wilayah yang terdiri dari empat kewedanaan, 13 kecamatan dan 95 desa. Pada tahun 1960 kantor Kabupaten Bekasi berpindah dari Jatinegara ke kota Bekasi (Jl. Ir. H Juanda), yang kemudian pada tahun 1982 gedung perkantoran Pemda Kabupaten Bekasi kembali dipindahkan ke Jl. Ahmad Yani, Bekasi.

Pesatnya perkembangan kecamatan Bekasi menuntut dimekarkannya kecamatan Bekasi menjadi Kota Administratif Bekasi pada tahun 1982 yang terdiri atas empat kecamatan yaitu kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Bekasi Utara, yang seluruhnya meliputi 18 Kelurahan dan 8 desa. Pada perkembangannya Kota Administratif Bekasi terus bergerak dengan cepat. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan roda perekonomian yang semakin bergairah. Sehingga status Kota Administratif Bekasi pun kembali ditingkatkan menjadi Kotamadya (sekarang "kota") pada tahun 1996.

Pada awalnya perekonomian Bekasi hanya berkembang di sepanjang Jl. Ir H. Juanda yang membujur sepanjang 3 km dari Alun-alun kota hingga terminal Bekasi. Di jalan ini terdapat Pusat Pertokoan Bekasi serta beberapa departemen store. Sejak tahun 1993, pusat perekonomian bergeser ke sepanjang Jl. Ahmad Yani dengan dibangunnya beberapa mal serta sentra niaga. Kini pusat perekonomian telah berkembang hingga Jl. K.H Noer Ali (Kalimalang), Kranji, dan Harapan Indah.

Ekonomi

Dilihat dari kontribusi terhadap pendapatan daerah, industri pengolahan merupakan yang paling banyak, diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Meskipun sedikit, lahan pertanian juga ikut menyumbang terhadap APBD Kota Bekasi. Para petani terutama tersebar di bagian utara Kota Bekasi, yang relatif tertinggal dengan daerah di sekitar pusat kota.

Seperti halnya kota-kota besar lainnya di Indonesia, di Bekasi juga terjadi ketimpangan ekonomi. Sehingga banyak dijumpai gelandangan, pengemis, dan pengamen meskipun banyak berseliweran mobil-mobil mewah.

Kegiatan perekonomian di Kota Bekasi cukup menggeliat, hal ini terlihat dari banyaknya mal, pertokoan, bank, serta restoran yang berdiri disini. Kota Bekasi juga menjadi pilihan bagi warga Jabotabek yang hendak berwisata belanja, karena disini terdapat Mal Metropolitan, Mega Bekasi Hypermal, Bekasi Square, Plaza Pondok Gede, Grand Mal, Bekasi Cyber Park, dan Bekasi Trade Centre. Pusat belanja hypermarket seperti Carrefour, Giant, Makro, dan Hypermart juga hadir di kota ini.

Perumahan mewah dengan fasilitas kota mandiri juga banyak berkembang disini, seperti Kemang Pratama dan Harapan Indah. Pengembang Summarecon Agung juga berencana membangun kota mandiri Summarecon Bekasi seluas 300 ha di Bekasi Utara.[1]

Transportasi

Untuk melayani warga kota, tersedia bus antar kota dan dalam kota yang mengangkut penumpang ke berbagai jurusan, seperti jurusan Blok M, Rambutan, Tanjung Priok, Grogol, Kali Deres, Pulo Gadung, Lebak Bulus (Dalam Kota), Bandung, Merak, Tasikmalaya, Cirebon, dan kota-kota di Jawa Tengah serta Jawa Timur. Kereta komuter KRL Jabotabek jurusan Bekasi-Jakarta Kota/Tanah Abang/Tanjung Priok mengangkut warga kota yang bekerja di Jakarta. Selain itu tersedia pula bus pengumpan TransJakarta dari Kemang Pratama dan Harapan Indah.

Di kota Bekasi banyak digunakan angkutan kota berupa minibus, yang berpenumpang maksimal 14 orang, yang biasa disebut KOASI (Koperasi Angkutan Bekasi). KOASI melayani warga kota dari terminal Bekasi menuju perumahan di wilayah kota Bekasi. Selain itu, semenjak krisis moneter tahun 1997, hampir di seluruh sudut kota Bekasi dipenuhi oleh alat angkut berupa sepeda motor yang kerap disebut ojek. Becak-pun masih banyak ditemui di kota ini sebagai sarana angkutan dalam perumahan.

Akhir-akhir ini, sepeda tidak populer di kota Bekasi. Banyak orang beralih dari sepeda ke sepeda motor, terutama dengan makin mudahnya pengajuan kredit untuk kepemilikan sepeda motor. Hal ini mungkin disebabkan dengan berbahayanya mengendarai sepeda di tengah-tengah kendaraan bermotor yang makin memenuhi kota Bekasi. Polusi udara masih menjadi masalah di kota ini.

Kota Bekasi dilalui oleh Jalan Tol Jakarta-Cikampek, dengan empat gerbang tol akses ke kota Bekasi yaitu Pondok Gede Barat, Pondok Gede Timur, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur. Serta jalan tol Lingkar Luar Jakarta dengan empat gerbang tol akses yaitu Jati Warna, Jati Asih, Kalimalang, dan Bintara. Saat ini sedang dibangun Jalan Tol Becakayu dari Bekasi Utara-Cawang-Kampung Melayu, sebagai alternatif Jalan Tol Jakarta-Cikampek.

Masalah Umum

Sebagian besar jalan di kota Bekasi rusak parah, terutama pada musim hujan. Jalan-jalan yang rusak terutama di wilayah Bekasi Utara. Wilayah Bantar Gebang di selatan kota Bekasi yang menjadi tempat pembuangan akhir sampah, menjadi sumber penyakit bagi masyarakat sekitar. Kemacetan juga menjadi masalah umum kota Bekasi, hal ini kerap terjadi pada pagi dan sore hari. Penyebab kemacetan ialah kurang tertibnya para pengguna jalan terutama supir angkutan umum. Kemacetan biasa terjadi di depan pertokoan dan stasiun di Jl. Ahmad Yani, Jl. K.H Noer Ali, Jl. Sudirman, Jl. Ir Juanda, Jl. Joyomartono, dan Jl. Jatiwaringin.

Dalam Sastra

Kota Bekasi banyak dikisahkan dalam karya-karya sastra Indonesia. Antara lain dalam puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar dan dalam dua novel karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Kranji-Bekasi Jatuh (1947) serta Di Tepi Kali Bekasi (1951). Karya-karya tersebut lahir pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, dimana kedua penulis tersebut menjadi saksi perjuangan rakyat Bekasi dalam membela kemerdekaan.

Pilkada

Tanggal 27 Januari 2008, diselenggarakan pilkada untuk memilih walikota. Pilkada diikuti oleh 3 orang pasangan calon, yaitu :

  1. Awing Asmawi-Ronny Hermawan dari Partai Demokrat
  2. Mochtar Mochammad-Rahmat Effendi (M2R) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Golkar dan Gabungan beberapa partai kecil dan menengah
  3. Ahmad Syaikhu-Kamaludin Djaini (Suka) dari Partai Keadilan Sejahtera

Pilkada ini akhirnya dimenangkan oleh pasangan Mochtar Mochammad-Rahmat Effendi

  Kota Provinsi Populasi     Kota Provinsi Populasi
1 Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11.135.191  
Kota Bekasi
7 Makassar Sulawesi Selatan 1.477.861
2 Surabaya Jawa Timur 3.017.382 8 Batam Kepulauan Riau 1.294.548
3 Bandung Jawa Barat 2.579.837 9 Pekanbaru Riau 1.138.530
4 Medan Sumatera Utara 2.539.829 10 Bandar Lampung Lampung 1.073.451
5 Palembang Sumatera Selatan 1.781.672 11 Padang Sumatera Barat 939.851
6 Semarang Jawa Tengah 1.699.585 12 Malang Jawa Timur 885.271
Sumber: DUKCAPIL (Per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit.

Lihat pula

Pranala luar

  1. ^ [1]