Estafet

olahraga, lomba lari

Estafet atau lari beranting adalah salah satu cabang olahraga lari dalam kategori atletik yang dilakukan secara beregu dan setiap pelari harus menempuh jarak yang telah ditentukan sebelum memberikan tongkat penyambung ke teman satu tim yang berada di depannya. Proses ini harus diulang beberapa kali hingga sampai pada pelari terakhir untuk secepat mungkin mencapai garis akhir perlombaan.[1] Setiap regu otomatis akan didiskualifikasi apabila salah satu pelari kehilangan tongkat estafet dan menghalangi perpindahan tongkat regu lain saat berlari menuju garis akhir. Regu masih memiliki kesempatan apabila menjatuhkan tongkat dan masih bisa menyerahkannya kembali kepada pelari lain di depannya.[2]

Pemenang medali emas estafet pada World Orienteering Championship 2008

Selain kepentingan prestasi atlet, lari sambung juga memiliki tujuan yang baik untuk anak usia dini antara lain untuk melatih ketangkasan, melatih meningkatkan koordinasi, melatih kecepatan, melatih sikap kerja sama, melatih kelincahan. Dengan demikian bermain estafet apabila dikembangkan sangat memiliki banyak manfaat untuk anak-anak baik dalam menjalankan aktivitas belajar dalam bermain maupun dalam melakukan kegiatan sehari-hari dapat berjalan secara optimal.[3]

Sejarah

Lari sambung dimulai dari bangsa Aztek, Inka, dan Maya bertujuan untuk meneruskan berita yang telah diketahui sejak lama. Di Yunani, estafet obor diselenggarakan dalam hubungannya dengan pemujaan leluhur dan untuk meneruskan api keramat ke jajahan-jajahan baru. Tradisi api olimpiade berasal dari tradisi Yunani tersebut. Lari estafet 4 x 100 meter dan 4 x 400 meter bagi pria dalam bentuk sekarang ini, pertama kali diselenggarakan pada olimpiade tahun 1992 di Stockholm. Estafet 4 x 100 meter bagi wanita sejak tahun 1928 menjadi nomor olimpiade dan 4 x 400 meter dilombakan sejak tahun 1972.[4]

Ukuran tongkat

Tongkat estafet mempunyai ukuran khusus. Berdasarkan peraturan perlombaan tahun 2018-2019 dinyatakan bahwa tongkat estafet berbentuk tabung halus berongga, berpenampang lingkaran, terbuat dari kayu atau logam atau bahan lain yang sejenis. Ukuran tongkat mempunyai panjang 28–30 cm, diameter untuk dewasa 4 cm, diameter untuk anak-anak 2 cm, dan beratnya tidak kurang dari 50 gram. Tongkat harus terlihat berwarna sehingga jelas dilihat selama lomba.[5]

Teknik permainan

Teknik permainan dalam estafet adalah pelari pertama menggunakan awalan jongkok. Pelari kedua dan seterusnya menggunakan awalan melayang (berdiri). Ketika ada aba-aba permainan dimulai, pelari pertama menuju pelari kedua dengan membawa tongkat, pelari kedua menuju pelari ketiga dan seterusnya.[6] Untuk teknik pemberian tongkat dibagi menjadi tiga yaitu pemberian tongkat dari atas, pemberian tongkat dari bawah dan pemberian tongkat dengan cara didorong. Untuk teknik penerimaan tongkat dibagi menjadi dua yaitu teknik penerimaan tongkat dengan cara melihat dan penerimaan tongkat dengan cara tidak melihat.[7]

Aturan permainan

Aturan permainan estafet setiap regu berlari pada lintasan masing-masing yang sudah ditentukan. Saat melakukan awalan, tongkat yang dipegang pelari pertama tidak boleh menyentuh tanah. Pemberian tongkat kepada pelari selanjutnya tidak boleh dilempar. Pengoperan tongkat dilakukan pada jarak 20 meter di wissel zone. Jika pengoperan dilakukan di luar zona tersebut akan didiskualifikasi. Penerima tongkat dibolehkan menunggu pada jarak 10 meter sebelum zona tersebut. Jika tongkat jatuh maka tongkat harus diambil oleh pelari yang menjatuhkannya. Pelari pertama membawa tongkat degan menggunakan awalan jongkok. Tongkat diberikan kepada pelari selanjutnya, yaitu pelari kedua. Pelari kedua, ketiga, dan keempat menerima tongkat dengan menggunakan start melayang. Pelari kedua memberikan tongkat ke pelari ketiga, dan pelari ketiga memberikan tongkat ke pelari keempat. Selanjutnya, pelari keempat berlari membawa tongkat sampai ke garis akhir.[8]

Prinsip permainan

Dalam estafet ada prinsip permainan yang harus dipatuhi oleh atlet seperti pengoperan atau pemberian tongkat lebih baik dilakukan secara bersilang, yaitu pelari satu dan tiga memegang tongkat dengan tangan kanan. Sementara, pelari dua dan empat menahan tongkat dengan tangan bagian kiri. Penempatan posisi pelari sebaiknya sesuai dengan kelebihan yang dimiliki oleh setiap pelari. Pelari yang mempunyai kemampuan baik dalam jalur tikung, sebaiknya ditempatkan di nomor satu dan tiga. Sedangkan, pelari yang memiliki kemampuan daya tahan harus diposisikan pada nomor dua dan empat. Jarak penantian para pelari dengan nomor dua, tiga, dan empat harus tepat sesuai dengan kebiasaan waktu latihan. Setelah pelari nomor satu, dua, dan tiga memberikan tongkat, jangan keluar dari lintasannya masing-masing sebelum pelari nomor empat sampai pada garis akhir.[9]

Kesalahan dalam permainan

Biasanya para atlet estafet melakukan beberapa kesalahan permainan yang dapat merugikan tim yaitu, penerima tongkat belum siap menerima tongkat dan memulai terlalu dini atau terlambat. Hal ini disebabkan karena penerima tongkat tidak mengetahui tugasnya dengan pasti dan keliru memperkirakan kecepatan pemberi tongkat. Penerima tongkat berlari dengan tangan ke belakang, selama beberapa langkah sebelum menerima tongkat. Alasannya penerima tongkat tidak merasa pasti apakah akan menerima tongkat dan takut tidak menerima tongkat. Pelari menjatuhkan tongkat saat dioperkan. Alasannya pemberi tongkat mungkin tidak memegang 1/3 pangkal tongkat. Penerima tongkat tidak membuka telapak tangan dengan benar atau membiarkan tangan bergoyang sehingga menjadi target yang tidak tetap. Tangan yang menerima mungkin diulurkan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Pemberi tongkat terlalu cepat mengulurkan tangan untuk mengoperkan tongkat dan merusak ritme lari. Karena pemberi tongkat merasa gelisah dan tidak pasti dimana tongkat akan dioperkan. Pemberi tongkat memperlambat langkahnya sebelum mengoperkan tongkat. Alasannya pemberi tongkat menghawatirkan pengoperan tongkat dan tidak pasti dimana tongkat yang akan dioperkan. Pelari mungkin memiliki ketahanan lari yang tidak memadai. Pelari menendang tumit penerima. Hal ini disebabkan karena pelari melupakan bagian litasan yang harus ditempuh. Penerima terlambat memulai lari. Pemberi meninggalkan lintasan segera setelah mengoperkan tongkat ke penerima tongkat. Hal ini disebabkan pengetahuan pelari tentang peraturan yang mengontrol lomba estafet kurang. Anggota tim yang terakhir, saat menerima tongkat, memindahkan tongkat ke tangan yang lain. Alasannya pelari tidak memahami tugas-tugas anggota terakhir dalam tim. Atau pelari terlalu semangat atau gelisah.[10]

Referensi

  1. ^ Putri, Nina Hertiwi (2021-03-11). "Lari Estafet: Pengertian, Sejarah, Teknik Dasar". SehatQ. Diakses tanggal 2022-02-22. 
  2. ^ Tysara, Laudia (2022-01-17). Shidqiyyah, Septika, ed. "Pengertian Lari Estafet adalah Olahraga Membawa Tongkat Bersambung, Simak Peraturannya". Liputan6.com. Diakses tanggal 2022-02-22. 
  3. ^ Dwiningsih, Rurin; Aisyah, Aisyah; Ibrahim, Husain (2019-10-28). "Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Lari Estafet". Jurnal Riset Golden Age PAUD UHO (dalam bahasa Inggris). 2 (3): 226. doi:10.36709/jrga.v2i3.9193. ISSN 2615-5664. 
  4. ^ Suratmin (2021). Kepelatihan Atletik Jalan dan Lari - Rajawali Pers. Depok: PT. Raja Grafindo Persada. hlm. 47. ISBN 978-602-425-348-6. 
  5. ^ Nopiyanto, Yahya Eko; Raibowo, Septian (2020). Dasar-dasar Atletik. Bengkulu: El Markazi. hlm. 54. ISBN 978-623-6584-44-6. 
  6. ^ Sari, Bibit Retno; Sinaga, Santa Idayana (2020). "Pengaruh Bermain Lari Estafet Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Kelompok B Usia 5-6 Tahun TK Yaspa Palembang". PERNIK Jurnal PAUD. 3 (2): 182. doi:10.31851/pernik.v4i1.6796. ISSN 2622-5174. 
  7. ^ Lengkana, Anggi Setia (2015). Belajar & Berlatih Atletik. Bandung: CV Salam Insan Mulia. hlm. 43. ISBN 978-602-74162-5-3. 
  8. ^ Nelistya, Anne (2019). Menjadi Pemain Atletik yang Tangguh. Bandung: Be Champion. hlm. 29. ISBN 978-602-8884-07-5. 
  9. ^ Maarif, Syamsul Dwi (2021-11-01). "Apa Itu Lari Estafet? Berapa Ukuran Tongkat Lari Sambung?". Tirto.id. Diakses tanggal 2022-02-22. 
  10. ^ Muhtar, Tatang; Irawati, Riana (2020). Atletik. Sumedang: UPI Sumedang Press. hlm. 42. ISBN 978-602-6438-91-1.