Patung

Revisi sejak 24 Desember 2023 09.10 oleh Medelam (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Patung adalah benda tiga dimensi karya manusia yang diakui secara khusus sebagai suatu karya seni. Orang yang menciptakan patung disebut pematung. Patung dibuat dengan 2 metode yaitu Subtraktif (mengurangi bahan seperti memotong,menatah) atau Aditif (membuat model lebih dulu seperti mengecor atau mencetak). Tujuan penciptaan patung adalah untuk menghasilkan karya seni yang dapat bertahan selama mungkin. Karenanya, patung biasanya dibuat dengan menggunakan bahan yang tahan lama dan sering kali mahal, terutama dari perunggu dan batu seperti marmer, kapur, dan granit. Kadang, walaupun sangat jarang, digunakan pula bahan berharga seperti emas, perak, jade, dan gading. Bahan yang lebih umum dan tidak terlalu mahal digunakan untuk tujuan yang lebih luar, termasuk kayu, keramik, dan logam. Bahan manufaktur seperti resin juga kerap kali digunakan karena durabilitas dan harganya yang relatif murah.

Patung Durga Mahisashuramardini dalam ruang utara candi Siwa di Candi Prambanan
Patung David karya Michelangelo, salah satu karya patung terkenal

Pada masa lalu patung dijadikan sebagai berhala, simbol Tuhan atau Dewa yang disembah. Tapi seiring dengan makin rasionalnya cara berpikir manusia, maka patung tidak lagi dijadikan berhala melainkan hanya sebagai karya seni belaka. Fenomena pemberhalaan patung ini terjadi pada agama-agama atau kepercayaan-kepercayaan yang politeisme seperti terjadi di Arab sebelum munculnya agama samawi. Lihat juga arca. Mungkin juga dalam Hindu kuno di India dan Nusantara, dalam agama Buddha di Asia, Konghucu, kepercayaan bangsa Mesir kuno dan bangsa Yunani kuno. Salah satu fungsi patung terdapat dibawah ini.

Patung menurut fungsi

sunting
  • Patung religi, sebagai sarana beribadah dan bermakna religius bagi sebagian umat beragama.
  • Patung monumen, sebagai media untuk memperingati atau mengenang peristiwa dan kejadian yang bersejarah atau jasa seorang pahlawan di masa lampau.
  • Patung arsitektur, sebagai alat untuk menunjang dalam konstruksi bangunan dan bernilai estetika atau keindahan.
  • Patung dekorasi, digunakan untuk menghias bangunan atau lingkungan taman, baik taman rumah maupun taman bermain.
  • Patung seni, sebagai karya seni murni untuk estetika yang dapat dinikmati pesan dan bentuknya.
  • Patung Kerajinan, dibuat untuk dijual karena dibuat oleh para pengrajin dan menghasilkan banyak untung

Jenis patung

sunting
  • Patung dada, yakni penampilan karya patung yang menampilkan patung sebatas dari dada ke atas.
  • Patung torso, yakni penampilan karya patung yang hanya menampilkan bagian badan, dari dada, pinggang dan panggul.
  • Patung lengkap, yakni penampilan karya patung yang menampilkan bagian badan dari bagian atas sampai bagian bawah (seluruh objek).

Bahan patung

sunting
  • Bahan lunak, yakni patung dengan material yang digunakan empuk dan mudah dibentuk, misalnya tanah liat, plastisin, dan sabun.
  • Bahan sedang, yakni patung dengan material yang tidak lunak dan tidak keras. Misalnya kayu waru, kayu sengon, kayu randu dan kayu mahoni.
  • Bahan keras, yakni patung dengan material dapat berupa kayu atau batu-batuan, seperti kayu jati, kayu ulin, batu granit, batu andesit dan batu marmer.

Selain bahan-bahan tersebut, patung juga dapat dibuat dari semen, pasir, tanah liat, kuningan, perunggu, emas, dll.

Ragam budaya

sunting

Patung telanjang bulat

sunting

Negara-negara di dunia Barat memiliki patung dengan ciri khas yaitu telanjang bulat. Tradisi ini merupakan warisan dari tradisi Yunani yang hampir seluruh patungnya ditampilkan dalam keadaan telanjang bulat. Kondisi telanjang bulat dianggap sebagai perwakilan dari nilai keindahan, apa adanya dan tidak mengandung suatu kemunafikan. Namun, di berbagai museum yang ada di dunia Barat, alat kelamin dari patung-patung yang telanjang tetap ditutupi.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ Husaini, Adian (2005). Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler Liberal. Jakarta: Gema Insani. hlm. 17. ISBN 978-602-250-517-4. 

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting