Metode penyelidikan historik

Revisi sejak 28 Desember 2023 08.43 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (Referensi: Bot: Merapikan artikel, added uncategorised tag)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Penyelidikan yang menggunakan metode penyelidikan historik adalah penyelidikan yang mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historik sesuatu masalah. Beberapa penyelidik menggunakan istilah metode dokumenter karena sumber-sumber yang dipakai kebanyakan dalam penyelidikan itu agdalah sejenis dokumen. Sebuah metode dapat disebut historik ataupun dokumenter apabila dalam penyelidikan ditujukan pada penguraian dan penjelasan melalui sumber-sumber dokumen; perbedaan-perbedaan dalam titik pusat dan dalam sumber-sumber data dapat dijelaskan dengan predikat yang lebih wajar. Metode historik, sebuah proses meliputi pengumpulan dan penafsiran gejala, perisatiwa atau gagasan yang timbul di masa lampau, untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan sejarah, serta memahami situasi sekarang dan meramalkan perkembangan yang akan datang.

Sumber-sumber data historik-dokumenter

sunting

Meneliti jenis sumber, data dapat dibedakan sumber-sumber dan historik dokumenter sebagai berikut:

  1. Peninggalan material: fosil, piramida, senjata, alat atau perkakas, hiasan, bangunan, benda-benda budaya.
  2. Peninggalan tertulis: papyrus, daun (daun lontar) bertulis, kronik,relief, candi, catatan kasus, buku harian,arsip negara, dan lain-lain.
  3. Peninggalan tak tertulis seperti adt, bahasa, dongeng, kepercayaan, dan sejenisnya.

Sumber-sumber yang ditinjau dari tujuan penyelidikan dapat dibagi menjadi dua:

  1. Sumber primer adalah sumber-sumber yang memberikan data langsung dari tangan pertama atau sumber asli, baik berupa dokumen maupun sebagai peninggalan lainnya.
  2. Sumber sekunder adalah sumber yang mengutip dari sumber primer atau hasil penggunaan sumber-sumber lain,tidak langsung merupakan dokumen historik murni,ditinjau dari kebutuhan penyelidikan.

Kritik historik

sunting

Tugas penyelidik dalam penelitian historik ini antara lain adalah mengadakan rekonstruksi mengenai masalah lampau. Penyelidik harus mempunyai cara-cara untuk meneliti fakta benar-benar asli, dapat dipercaya atau tidak. Cara meneliti data serupa itulah yang dimaksud dengan kritik historik.

Kritik historik yang lazim dipakai dibagi dalam dua fase,yakni:

  1. Kritik ekstern meneliti keaslian atau authenticity data, yaitu dengan bertanya sumber data adalah sumber asli ataukah sumber palsu atau tiruan
  2. Kritik intern adalah kelanjutan kritik ekstern, yang bertujuan untuk meneliti kebenaran isi (data) sumber itu

Jenis penyelidikan historik

sunting

Jenis-jenis historik diterapkan secara khusus dan ditunjukan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan penyelidikan serupa. Beberapa jenis penyelidikan historik, yaitu:

  1. Penyelidikan komperatif-historik dapat dilakukan dengan meneliti perhubungan lebih dari satu fenomen yang sejenis (misalnya tiga buah bahasa daerah dalam pengaruh bahasa nasiaonal) dengan menunjukan persamaan serta perbedaan
  2. Penyelidikan legal atau yuridik memberi kemungkinan untuk menjawab soal bersangkut paut
  3. Studi bibliografik dalam setiap bidang ilmu, seperti untuk menghimpun pendapat para ahli dalam satu organisasi,memerlukan penelitian dokumenter
  4. Penelitian biografik bertujuan memberikan pengertian tentang subjek, dan berusaha menetapkan dan menjelaskan dengan teliti kenyataan-kenyataan hidup dari subjek yang diselidiki, pengaruh-pengaruh yang diterima subjek itu dalam masa formatif kehidupannya, sifat, dan watak subjek, serta nilai subjek terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan

Hipotesis dalam metode historik

sunting

Hipotesis selalu dibutuhkan dalam penyelidikan yang bermaksud menemukan prinsip atau ketentuan-ketentuan umum dari data tertentu, karena hipotesis merupakan jawaban (sementara) dari persoalan konkret yang dihadapi oleh penyidik. Penyelidikan historik yang bertujuan untuk menemukan genralisasi yang bermaksud memberikan pengertian fenomen dalam dimensi waktu, memerlukan hipotesis. Generalisasi yang ditemukan bukan hanya memberikan pengertian tantang sesuatu di masa lampau, tetapi juga padamasa sekarang dan masa yang akan datang.

Referensi

sunting
  • Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.