Kangkung, Kendal

kecamatan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
Revisi sejak 30 Desember 2023 19.02 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (Referensi: Bot: Merapikan artikel, removed stub tag)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kangkung (bahasa Jawa: ꦏꦁꦏꦸꦁ, translit. Kangkung) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan kangkung merupakan wilayah dataran rendah,karena batas wilayah sebelah utara dari kecamatan kangkung berbatasan langsung dengan laut jawa,sedang sebelah timur berbatasan dengan wilayah dari kecamatan Cepiring,untuk sebelah barat berbatasan dengan wilayah dari kecamatan Rowosari dan sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kecamatan Gemuh.

Kangkung
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenKendal
Populasi
 • Total- jiwa
Kode Kemendagri33.24.17 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3324140 Edit nilai pada Wikidata
Luas- km²
Kepadatan- jiwa/km²
Desa/kelurahan-
Peta
PetaKoordinat: 6°54′42″S 110°7′8″E / 6.91167°S 110.11889°E / -6.91167; 110.11889

Geografi dan Iklim

sunting

Geografi

sunting

Luas wilayah Kecamatan Kangkung berkisar 38,98 km2. Dari luas tersebut sebagian besar merupakan lahan pekarangan dan lahan sawah yaitu mencakup 18,78% dan 46,82% dari seluruh wilayah kecamatan Kangkung. Secara umum wilayah Kecamatan Kangkung merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 sampai dengan 5 meter di atas permukaan air laut. Luas Kecamatan Kangkung terbagi menjadi 15 desa yaitu Desa Sendangkulon dengan Luas 3,52 km2, Desa Sendangdawung 3,42 km2, Desa Sukodadi 1,62 Km2, Desa Kaliyoso 1,45 Km2, Desa Gebanganomwetan 1,20 Km2, Desa Kadilangu 1,61 Km2, Desa Truko 1,70 Km2, Desa Lebosari 1,73 Km2, Desa Kangkung 2,17 Km2, Desa Laban 1,77 Km2, Desa Karangmalangwetan 2,83 Km2, Desa Jungsemi 6,08 Km2, Desa Tanjungmojo 4, 16 Km2, Desa Rejosari 1,04 Km2 dan Desa Kalirejo 4,69 Km2. Dari 15 desa tersebut Desa Jungsemi adalah desa yang memiliki wilayah terluas yaitu 6,08 Km2 atau sekitar 15,59% dan yang memiliki luas terkecil adalah Desa Rejosari hanya sekitar 1,04 Km2 atau 2,67% dari total luas wilayah Kecamatan Kangkung.[1]

Menurut Pengairan Ranting Kecamatan Kangkung, rata-rata curah hujan untuk tahun 2014 berkisar 186 mm dan rata-rata banyaknya hari hujan adalah 7 hari, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari yang mencapai 858 mm dan 419 mm dengan hari hujan masing-masing 23 hari dan 11 hari. Ratarata curah hujan tahun ini lebih tinggi dibanding rata-rata curah hujan tahun sebelumnya yaitu 186 mm pada tahun 2014 dan 107 mm pada tahun 2013, akan tetapi rata-rata hari hujan tahun 2014 lebih rendah di banding tahun 2013 yaitu 7 hari pada tahun 2014 dan 8 pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan pada tahun 2014 hari hujan tidak merata setiap bulannya hanya terbanyak di bulan januari dan Pebruari tahun 2014 saja.[1]

Pemerintahan

sunting

Kecamatan Kangkung dipimpin oleh seorang Camat yang bertanggung jawab kepada Bupati sedangkan Desa dipimpin seorang Kepala Desa yang bertanggung jawab kepada Bupati melalui Camat. Wilayah kecamatan Kangkung terbentuk berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 50 pada tahun 1992 (PP No. 50 Tahun 1992).Sejak itu terbentuklah wilayah kecamatan kangkung yang sebelumnya merupakan bagian dari kecamatan Cepiring meliputii desa: Sendangkulon, Sendangdawung, Sukodadi,Kaliyoso, Gebanganomwetan, Kadilangu,Truko,Lebosari,Kangkung, Laban, Karangmalangwetan, Jungsemi, Tanjungmojo, Rejosari dan Kalirejo.Dari desa terbagi dalam beberapa Dusun/Dukuh. Dusun sendiri terbentuk dari beberapa Rukun Warga (RW), sedangkan Rukun Warga terdiri dari beberapa Rukun Tetangga atau RT. Pada tahun 2015 ini, wilayah Kecamatan Kangkung terbagi menjadi 15 desa, 45 Dusun/Dukuh, 60 Rukun Warga dan 335 Rukun Tetangga. Desa yang mempunyai jumlah Rukun Tetangga / RT terbanyak yaitu Desa Kalirejo dengan jumlah RT 43 dan Desa yang mempunyai Jumlah Rukun Tetangga / RT terkecil yaitu Desa Laban dengan jumlah Rukun Tetangga / RT adalah 12

Perkembangan zaman dewasa ini semakin hari semakin maju disegala sektor dan bidang oleh karenanya pelayanan publik juga diharapkan semakin baik di kecamatan maupun di desa, untuk mencapai hal itu sarana dan prasarana juga dibenahi termasuk Sumber Daya Manusia /SDM. Perangakat desa selaku pelayan masyarakat di tingkat desa juga dituntut untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik, cepat dan tepat. Banyaknya perangkat desa di masing masing desa tidak sama tergantung dari kondisi desa itu sendiri. Pada tahun 2015 ini jumlah perangkat desa di Kecamatan Kangkung ada 146 orang terdiri dari 131 laki – laki dan 15 perempuan.[1]

Kependudukan

sunting

Jumlah Penduduk

sunting

Jumlah penduduk dii Kecamatan Kangkung pada tahun 2015 sebanyak 48.016 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 24.063 jiwa dan perempuan 23.953 jiwa. Desa yang mempunyai penduduk tertinggi yaitu Desa Sendangkulon sebesar 5.910 jiwa dan yang terendah di Desa Gebanganom wetan sebesar 1.432 jiwa. Kepadatan penduduk di masing masing Desa tidak merata, desa yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu Desa Rejosari sebesar 2.130 jiwa/Km 2 . Sedang desa yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah yaitu Desa Jungsemi dengan kepadatan penduduk hanya sekitar 713 jiwa/Km 2 . Secara keseluruhan Kepadatan Penduduk Kecamatan Kangkung adalah 1.231 jiwa/Km 2. Dari jumlah penduduk sebanyak 48.016 jiwa tercatat sebanyak 13.289 rumah tangga sehingga rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 4. Rumah tangga terbanyak ada di Desa Kalirejo sebanyak 1.962 dengan jumlah penduduk 5.887 jiwa sehingga rata-rata anggota rumah tangga adalah 3, sedangkan jumlah rumah tangga yang terendah di Desa Gebanganom wetan dengan jumlah penduduk 1.432 jiwa dan jumlah rumah tangga 358, sehingga ratarata jumlah anggota rumah tangga adalah 4 orang.[1]

Sex Ratio

sunting

Nilai sex ratio kecamatan Kangkung tahun 2015 adalah 100 ini berarti jumlah penduduk laki- laki hampir sama dengan jumlah penduduk perempuan,selisih keduannya sangat kecil. Dari 15 desa di wilayah kecamatan Kangkung, desa yang mempunyai sex ratio terkecil adalah Desa Kadilangu sebesar 95 sedang yang memiliki sex ratio terbesar adalah Desa Kalirejo yaitu sebesar 104. Desa - desa di kecamatan Kangkung yang memiliki penduduk Laki-laki lebih kecil daripada penduduk perempuannya ada 7 desa yaitu Desa Gebanganom Wetan, Kadilangu, Truko, Kangkung, Karangmalangwetan, Jungsemi dan Tanjungmojo.Sedang desa lain sebanyak 8 desa memiliki jumlah penduduk laki-laki lebih banyak di banding jumlah penduduk perempuan.[1]

Desa/kelurahan

sunting

Pendidikan

sunting

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Oleh karenanya ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan harus tercukupi. Dii Kecamatan Kangkung gedung Sekolah dari TK, SD, SLTP,sampai dengan SLTA sudah tersedia. Pada tahun 2015 di Kecamatan Kangkung jumlah Sekolah Taman Kanak- kanak ada 24 unit, Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah baik negeri maupun swasta 35 unit, Sekolah Menengah Tingkat Pertama / Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta 6 unit, dan Sekolah Menengah Tingkat Atas / Madrasah Aliyah swasta 2 unit. Jumlah siswa di Kecamatan Kangkung pada tahun 2015 untuk Taman Kanak-kanak sebanyak 1.175 siswa dengan jumlah guru 94 orang, untuk SD/MI sebanyak 4.904 siswa dengan jumlah guru 308 orang. Untuk SLTP/MTs sebanyak 1.902 siswa dengan jumlah guru 120 orang dan SLTA/MA jumlah siswa 217 siswa dan jumlah guru 25 orang.

Daya tampung sekolah terhadap siswa atau rasio siswa terhadap sekolah yang tercatat untuk jenjang pendidikan TK pada tahun 2015 ini naik 9,09% dari tahun 2014 begitu juga rasio murid terhadap guru untuk jenjang TK mengalami kenaikan sebesar 7,94%, dengan nilaii rasio 12,50. Ini berarti 1 orang guru TK menangani 12 murid TK. Pada tahun 2015 ini rasio murid terhadap sekolah untuk jenjang SD/MI mengalami penurunan sebesar 1,75% dari tahun sebelumnya, berbeda dengan rasio murid terhadap guru mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 8,74%, sehingga pada tahun 2015 ini 1 orang guru SD/MI menangani 16 murid SD/MI. Rasio murid terhadap sekolah untuk jenjang SLTP/MTs tahun 2015 ini mengalami penurunan sebesar 0,10% dari tahun 2014, sedangkan nilai rasio murid terhadap guru mengalami kenaikan sebesar 10,68% menjadi 15,85. Angka ini mengandung pengertian bahwa pada tahun 2015 ini 1 orang guru SLTP/MTs menangani 16 orang siswa. Pada jenjang SLTA/MA tahun 2015 juga terjadi penurunan yaitu sebesar 2,69% pada rasio murid terhadap sekolah sebanding dengan rasio murid terhadap guru mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 22,15% ini berarti jumlah siswa pada jenjang SLTA/MA yang bersekolah di wilayah Kangkung berkurang begitupula jumlah guru yang tersedia. Hal ini bukan berarti menurunnya angka lama sekolah akan tetapi disebabkan oleh anak usia sekolah pada jenjang ini lebih memilih bersekolah di luar wilayah Kecamatan kangkung.[1]

Kesehatan

sunting

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan mendasar manusia. Oleh karena itu ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan sangat diperlukan. Jumlah sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Kangkung pada tahun 2015 adalah sebagai berikut: Puskesmas 2 Unit, Puskesmas Pembantu 2 unit, Poliklinik/Pos Kesehatan Desa 7 unit, POSYANDU sebanyak 52 unit, Dokter 5 orang, Bidan 26 orang dan Mantri Kesehatan 20 orang. Masyarakat di Kecamatan Kangkung menggunakan air bersih yang berasal dari Sumur Artesis, Sumur Gali dan PDAM. Sumber air yang paling banyak digunakan adalah sumur gali sebanyak 76,26%, sedangkan yang menggunakan PAM sebanyak 21,13%.[1]

Ekonomi

sunting

Pertanian

sunting

Pertanian merupakan sektor lapangan usaha bagi mayoritas penduduk di Kecamatan Kangkung. Jenis tanaman utama yang diusahakan adalah tanaman padi. Luas areal tanaman padi pada tahun 2015 mencapai 2.863 Ha dengan produksi sebesar 19.881,76 ton. Jenis tanaman padi yang diusahakan adalah jenis tanaman padi sawah. Desa Sendangkulon adalah desa yang memiliki luas tanam padi yang paling tinggi di Kecamatan Kangkung yaitu 12,26% dengan luas 351 Ha, sedangkan desa yang tidak ada tanaman padi sawah adalah Desa Kaliyoso karena lahan di wilayah desa Kaliyoso tidak memiliki saluran irigasi yang memadai oleh karena itu masyarakat desa kaliyoso memilih usaha pertanian tanaman palawija jagung dan kedelai sebagai komoditas andalan .

Selain desa kaliyoso, masyarakat desa lain di Kecamatan Kangkung juga menanam jagung, Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Tanah dan Bawang Merah. Mereka menyesuaikan tanamannya dengan kondisi tanah, irigasi dan cuaca sepanjang tahun.Salah satu tanaman yang sesuai dengan kondisi di daerah ini adalah tanaman holtikutura bawang merah.Tanaman bawang merah adalah salah satu tanaman hortikultura yang banyak diusahakan oleh masyarakat di wilayah Kangkung, terutama di desa Sendangkulon, Sendangdawung, Karangmalang, Jungsemi dan Tanjungmojo.[1]

Peternakan

sunting

Untuk usaha peternakan jenis unggas yang diusahakan oleh sebagian besar masyarakat di Kecamatan Kangkung adalah Ayam Kampung, Bebek, dan Itik Manila. Dari ketiga unggas tersebut ayam kampung merupakan unggas yang paling banyak di pelihara oleh masyarakat di kecamatan Kangkung. Pada tahun 2015. Jumlah populasi ayam kampung jumlahnya terus menurun bila dibandingkan hasil sensus pertanian tahun 2013, hal ini dikarenakan rata-rata ternak unggas tersebut diusahan masyarakat sebagai penghasilan tambahan dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk dikonsumsi sendiri. Jenis ternak besar yang diusahakan oleh masyarakat Kecamatan Kangkung adalah sapi potong, kerbau, dan kuda. Dari beberapa jenis ternak besar diatas yang paling banyak diusahakan adalah ternak sapi potong. Jumlah sapi potong cenderung naik turun ini disebabkan karena mutasi tenak yang masuk dan keluar kabupaten kendal. Pada tahun 2015 berdasarkan data dari dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan populasi sapi di kecamatan Kangkung adalah 68 ekor. Jumlah ini sangat berkurang bila dibandingkan hasil Sensus Pertanian tahun 2013 yang hanya berjumlah 127 ekor.[1]

Industri

sunting

Kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum bisa keluar sepenuhnya dari krisis mengakibatkan ditutupnya banyak pabrik dan industri besar di Indonesia. Hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran yang mengakibatkan semakin rendahnya tingkat kesejahteraan mayarakat, oleh karena itu pemerintah mulai melirik sektor informal yang banyak digeluti oleh masyarakat Indonesia pada umumnya yaitu industri rumah tangga dan industri kecil yang mampu menyerap tenaga kerja (padat karya). Berawal pada tahun 1998 di Desa Truko Kecamatan Kangkung oleh seorang warga yang pertama kali membuka usaha rumah tangga pembuatan tas sehingga memotivasi warga di sekitarnya untuk mengembangkan industri kerajinan tas di wilayah ini,sehingga tepatnya pada tanggal 5 Mei 2005 industri kerajian tas perorangan ini berubah menjadi Sentra Industri Tas di kabupaten Kendall (SINTAK). Sentra Industri Tas Kendal (SINTAK) merupakan salah satu industrii andalan di Kabupaten Kendal. Sebagai pelaku industri kecil dan industri rumah tangga yang tergabung dalam paguyuban pengrajin tas yang beranggotakan 30 usaha pengrajin tas,industri ini pada tahun 2015 mampu menyerap 110 orang tenaga kerja produksi dan kurang lebih 255 orang tenaga pemasaran dengan wilayah ±70% adalah luar jawa. Sentra industri ini mulai berkembang pesat pada awal tahun 2009,hal ini dapat dilihat dari hasil produksi yang mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2013 . Sejak tahun 2014 industri ini sedikit mengalami penurunan sehingga memunculkan kreativitas para pengrajin untuk menciptakan produk baru hingga sekarang produk dari sintak bukan hanya tas seperti sebelumnya melainkan ada juga industri tas tempat sepatu, jilbab juga helm dan industri pembuatan sepatu. Pada tahun 2015 jumlah produksi tas mengalami penurunan sebesar 5% dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini disebabkan oleh beberapa pengusaha produksi yang mengalami kerugian diakibatkan masalah pemasaran dan penurunan permintaan.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-09-16. Diakses tanggal 2016-08-10.