Syamtalira Bayu, Aceh Utara

kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, Aceh
Revisi sejak 30 Desember 2023 21.29 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (Bot: Merapikan artikel)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Syamtalira Bayu adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Indonesia.

Syamtalira Bayu
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
KabupatenAceh Utara
Pemerintahan
 • CamatFatwa Maulana, S.Sos., M.Si.
Populasi
 • Total21.767 jiwa
Kode pos
24370
Kode Kemendagri11.08.11 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS1111040 Edit nilai pada Wikidata
Luas77.53 km²
Kepadatan280 jiwa/km²
Desa/kelurahan38
Peta
PetaKoordinat: 4°59′0″N 97°2′0″E / 4.98333°N 97.03333°E / 4.98333; 97.03333

Pusat Administratif terdapat di pusat kota Keude Bayu, Dikecamatan ini terdapat 4 Kemukiman.

Batas Wilayah

sunting
  • Utara: Selat Malaka
  • Selatan: Kabupaten Aceh tengah
  • Timur: Kecamatan Samudera
  • Barat: Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe

Sejarah

sunting

Di kecamatan Syamtalira bayu terdapat makam pahlawan yang mungkin sudah terlupakan, padahal dia (Tgk. Abdul Jalil) telah berjuang mempertahankan sebagian dari wilayah Samudera Pasai dari penjajahan pemerintah Jepang dan Belanda. Sekarang monumen bersejarahnya dapat dilihat di Simpang Cot Plieng, kira-kira 700 meter sebelah barat dari ibu kota kecamatan. Sangat disayangkan, tugu tersebut tidak terurus dan hampir terlupakan. Tapi pemerintah daerah telah berupaya semaksimal mungkin dari sekarang untuk memperbaiki tugu tersebut untuk mengenang jasa dia pada masa silam.

Kekayaan alam

sunting

Kecamatan ini memiliki sumber daya alam yang memadai. Di sektor migas terdapat empat sumur migas yang belum matang dan diperkirakan beberapa tahun ke depan akan bisa diolah kembali. Kawasan tersebut tersebar di 4 titik, yaitu Desa Lancok, Desa Beunot, Desa Pulo Blang Trieng.

Di kecamatan Syamtalira bayu terdapat makam pahlawan yang mungkin sudah terlupakan, padahal ia (Tgk. Abdul Jalil) telah berjuang mempertahankan beberapa dari wilayah Samudera Pasai dari penjajahan pemerintah Jepang dan Belanda. Sekarang monumen bersejarahnya bisa diamati di Simpang Cot Plieng, persangkaan 700 meter sebelah barat dari ibu kota kecamatan. Paling disayangkan, tugu tersebut tidak terurus dan hampir terlupakan. Tapi pemerintah daerah telah berusaha semaksimal mungkin dari sekarang untuk memperbaiki tugu tersebut untuk mengenang tingkah laku yang berguna ia pada masa silam.

Pranala luar

sunting