Manuk Dadali

salah satu lagu daerah
Revisi sejak 31 Desember 2023 07.16 oleh Ariandi Lie (bicara | kontrib) (Membatalkan 1 suntingan oleh Reffyr (bicara) ke revisi terakhir oleh 103.171.150.43(Tw))
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

"Manuk Dadali" (Indonesia: Burung Garuda) adalah lagu daerah Sunda bertema Nasionalisme yang diciptakan oleh Sambas Mangundikarta pada tahun 1962. Syair lagu ini menceritakan tentang Garuda, simbol nasional Indonesia.

"Manuk Dadali"
Lagu
Diciptakan1962
GenreSunda kontemporer
PenciptaSambas Mangundikarta

Komposisi dan makna lirik

sunting

"Manuk Dadali" memuat empat bait. Dua bait pertama memuat kegagahan dan keperkasaan fisik Garuda. Dalam mengulas dua bait pertama ini, Nanang Hidayat, pemilik Rumah Garuda, menggunakan baris kedua bait pertama dan selanjutnya, kemudian bait kedua yang kesemuanya itu menggambarkan fisik Garuda. Dalam menulis lagu tersebut, penulis mendeskripsikan Garuda sebagai sosok burung raksasa yang membentangkan sayapnya lebar-lebar, memiliki kaki kuat dan kukuh, serta paruh tajam yang melengkung ke bawah. Garuda memiliki sifat berani, tak gentar, dan lincah sehingga disegani dan dihormati oleh makhluk hidup lain.[1]

Dua bait berikutnya memuat nilai-nilai luhur ke-Indonesiaan yang dicerminkan dari sifat Garuda. Garuda, dalam lagu tersebut, memiliki sifat tidak membeda-bedakan, hidup dalam keharmonisan, dan berjiwa kesatria.[1]

Dadali dalam bahasa Sunda aslinya bermakna "burung rajawali", tetapi menurut Hidayat, sah-sah saja memaknai "Manuk Dadali" sebagai "burung Garuda yang melambangkan Nusantara [kita].".[1]

Dalam tradisi musikal Sunda, lagu ini dimasukkan sebagai kawih atau kakawihan.[butuh rujukan]Kawih berarti nyanyian yang bukan tembang, maksudnya tidak terikat dengan aturan penulisan pupuh.[2]

Mesat ngapung luhur jauh di awang-awang

Meberkeun jangjangna tarik taya nyaringrang

Kukuna ranggoas reujeung pamatukna ngeluk

Ngepak mega bari hibeurna tarik nyuruwuk


Saha anu bisa nyusul kana tandangna

Tandang jeung pertentang taya bandinganana

Dipikagimir dipikaserab ku sasama

Taya karempan kasieun leber wawanenna


Reff:

Manuk dadali manuk panggagahna

Parlambang sakti Indonesia Raya

Manuk dadali pangkakoncarana

Resep ngahiji rukun sakabehna


Hirup sauyunan taya pahili-hili

Silih pikanya'ah teu inggis bela pati

Manuk dadali ngandung siloka sinatria

Keur sakumna Bangsa di Nagara Indonesia

Popularitas

sunting

Lagu "Manuk Dadali" pertama kali mengudara pada 1962 serta memuncaki tangga musik di RRI yang kala itu menjadi stasiun radio utama di Tatar Pasundan. Populernya lagu ini di masa itu kelak menyebabkan karya ini berevolusi menjadi sebuah identitas ke-Sundaan. Lagu ini bahkan digunakan sebagai lagu suporter sepak bola Persib Bandung. Namun dalam perkembangan selanjutnya, lagu ini berubah menjadi "lagu daerah Sunda" yang telah memiliki berbagai versi gubahan, sehingga eksistensinya dianggap sebagai karya seni bernilai estetika tinggi.[1]

Penggunaan

sunting
  • Lagu ini dinyanyikan dalam peringatan Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2015 di Bandung. Lagu tersebut diaransemen ulang oleh paduan suara orkestra TNI-AD.
  • Bel kedatangan area DAOP (Daerah Operasi) 1 wilayah Karawang serta DAOP 2 Bandung.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d Hidayat, N.R. (2020). Mencari Telur Garuda. 2. Bantul: I:BOEKOE & Rumah Garuda. hlm. 142. ISBN 9789792690163. 
  2. ^ Rosidi, A. (2018). Kamus Istilah Sastera Indonesia. Bandung: Dunia Pustaka Jaya. ISBN 9794195243. 
  3. ^ HP, Sapto. "Lagu "Manuk Dadali" Semarakkan Napak Tilas KAA". ANTARA News. Diakses tanggal 2022-06-21.