Darman Moenir

sastrawan Indonesia
Revisi sejak 4 Januari 2024 08.49 oleh Medelam (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)


Darman Moenir (27 Juli 1952 – 30 Juli 2019) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia.[1][2]

Infobox orangDarman Moenir

(2019) Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran27 Juli 1952 Edit nilai pada Wikidata
Sawah Tangah Edit nilai pada Wikidata
Kematian30 Juli 2019 Edit nilai pada Wikidata (67 tahun)
Rumah Sakit Umum Dr. M. Djamil Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
Kelompok etnikOrang Minangkabau Edit nilai pada Wikidata
PendidikanUniversitas Bung Hatta
Sekolah Tinggi Bahasa Asing Prayoga Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanpenulis Edit nilai pada Wikidata
Keluarga
Pasangan nikahDarhana Bakar Edit nilai pada Wikidata
AnakHaiyyu Darman Moenir, Tahtiha Darman Moenir, Tastafti Darman Moenir, Hoppla Darman Moenir, Abla Darman Moenir, Asthwa Darman Moenir Edit nilai pada Wikidata
Orang tuaMoenir Edit nilai pada WikidataSjamsidar Edit nilai pada Wikidata

Kehidupan awal

sunting

Darman merupakan anak sulung dari pasangan Moenir dan Sjamsidar. Ayahnya seorang guru bahasa Indonesia. Pendidikannya dimulai dari sekolah rakyat (SR) di Sawah Tangah, sekolah menengah pertama (SMP) negeri di Nagari Simabur, dan Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) Negeri di Padang. Pada tahun 1971 ia melanjutkan ke Akademi Bahasa Asing Prayoga di Kota Padang (3 tahun), empat semester pertama jurusan bahasa Jerman, tetapi kemudian menyelesaikan studinya di Jurusan bahasa Inggris (1974). Ia juga pernah mengikuti kuliah lima semester di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Bung Hatta tahun 1981.[3][4] Ia berhasil memperoleh kesarjanaannya dengan skripsi "The Language Used in the Tambo: A Preliminary Study on Classical Minangkabau Work" di D4 Jurusan Bahasa Inggris, Sekolah Tinggi Bahasa Asing Prayoga (1989).[1][5]

Karier

sunting

Darman mulai menulis di usia 18 tahun. Karya-karyanya dimuat pada majalah Horison, Titian, Panji Masyarakat, Pertiwi, Kartini, Ulumul Qur’an, Kalam, Kompas, Pelita, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Suara Karya, Media Indonesia, Indonesia Raya, Republika, Berita Minggu (Singapura) dan surat kabar terbitan Padang.[6]

Darman pernah mengikuti Hari Sastra di Ipoh, Malaysia (1980), Asian Writers Conference di Manila, Filipina (1981) dan pertemuan dunia Melayu ’82 di Malaysia (1982), International Writing Program di Iowa City, dan International Visitor Program di Amerika Serikat (1988). Selain bekerja di Museum Negeri Provinsi Sumatera Barat (Pensiun Agustus 2008), Padang, ia juga menjadi seorang Pengasuh dan Pemimpin Produksi di Bumi Teater.

Pada tahun 2010 Darman menyerahkan rumah tua kepada Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Rumah itu dihibahkan ke Pemkab untuk dijadikan rumah baca dan rumah diskusi warga setempat.[7]

Beberapa sajaknya dimuat di dalam Tonggak 4 (1987), Antologi Puisi Indonesia Modern, Dari Negeri Poci 2(1994), Dari Negeri Poci 3. Cerpen-cerpennya dimuat dalam sebuah antologi Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991).

Novel Bako memenangkan Hadiah Utama Sayembara Mengarang Roman DKJ 1980.[3]

Kehidupan pribadi

sunting

Darman menikah dengan Dra. Hj. Darhana Bakar. Pasangan ini dianugerahi tiga putra, Haiyyu Darman Moenir, S.I.P., M.Si., Abla Darman Moenir (alm.), Hoppla Darman Moenir dan tiga putri, Tahtiha Darman Moenir, S.S., Tastafti Darman Moenir, S.Pi. dan Asthwa Darman Moenir.[8][9]

Darman Moenir meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang, 30 Juli 2019 sekitar pukul 14.45 WIB.[4][8][9]

Kumpulan Sajak

sunting
  • Kenapa Hari Panas Sekali (1975)
  • Tanpa Makna (1977)

Darman menulis Bako sebagai sebuah novel setebal 102 halaman. Novel ini ditulis untuk mengikut Sayembara Penulisan Roman yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1980. Dalam sayembara tersebut, Bako menjadi pemenang pertama. Setelah memperoleh kemenangan, novel Bako kemudian diterbitkan pada tahun 1983 di Jakarta oleh Penerbit Balai Pustaka.[10]

Darman juga menulis novel lain yaitu:[butuh rujukan]

  • Gumam (1976)
  • Dendang (1988)
    Tentang perjuangan seorang suami dalam mempertahankan kelangsungan rumah tangga meski dihambat oleh berbagai persoalan. Tokoh utama dalam novel ini adalah Si Pemuda dan Han, istrinya.[11]
  • Aku, Keluargaku, dan Tetanggaku (1993)
  • Negeri Hujan (1999, Novel Terjemahan "Monsoon Country," Pira Sudham, Thailand)
  • Krit & Sena (2010)
  • Andika Cahaya (2012)

Novel Anak-anak

sunting
  • Surat dari Seorang Prajurit 45 kepada Cucunya
  • Di Lembah Situjuh Batur
  • Tiga Cerita Anak-anak
  • Ingin Jadi Pak Habibie
  • Adik Bertanya Tentang Laut
  • Dongeng Kisah dari Minangkabau
  • Kenapa Hari Panas Sekali? (1975)
  • Tanpa Makna

Antologi Puisi

sunting
  • Tonggak 4: Antologi Puisi Indonesia Modern (1987)
  • Dari Negeri Poci 2
  • Dari Negeri Poci

Cerpen

sunting
  • Jelaga Pusaka Tinggi (1997)
  • Esainya dimuat dalam Asian Writers on Literature and Justice (1997)

Penghargaan

sunting

Darman Moenir telah memenangkan beberapa penghargaan, diantaranya:[5]

  • Hadiah Utama Sayembara Mengarang Roman DKJ (1980)
  • Pemenang Kedua Sayembara Novel Majalah Kartini (1987)
  • Hadiah Sastra dari Pemerintah Republik Indonesia (1992)

Rujukan

sunting
  1. ^ a b http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/darman-moenir
  2. ^ P, Bunga Pradipta (2019-07-30). P, Bunga Pradipta, ed. "Sastrawan Asal Sumbar Darman Moenir Wafat Setelah 3 Pekan Dirawat karena Kanker Paru-paru Stadium 4". Tribunnews.com. Diakses tanggal 31 Juli 2019. 
  3. ^ a b Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 979-9012-12-0 hlm. 192
  4. ^ a b https://hariansinggalang.co.id/sastrawan-darman-moenir-wafat/
  5. ^ a b (Indonesia) Rampan, Korrie. Leksikon Sastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 120-121
  6. ^ (Indonesia) Moenir, Darman. Jelaga Pusaka Tinggi.Penerbit Angkasa,1997, Bandung. Halaman sampul belakang
  7. ^ Yurnaldi; Marcus Suprihadi. "Darman Moenir Hibahkan Rumah Bako". Kompas.com. Diakses tanggal 5 April 2012. [pranala nonaktif permanen]
  8. ^ a b https://www.kabarita.co/in-memoriam-darman-moenir/
  9. ^ a b https://padangmedia.com/menapak-jejak-perjalanan-hidup-sang-pujangga/
  10. ^ Sugono, D., dkk., ed. (2003). Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern (PDF). Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 54. ISBN 979-685-308-6. 
  11. ^ Rani, S.A., dan Sugriati, E. (1999). 115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia. hlm. 92. ISBN 979-730-120-6.