Dinding keempat
Dinding keempat adalah dinding tak terlihat di bagian depan yang membatasi antara penonton dengan para pemeran dalam sebuah drama panggung tradisional yang memiliki tiga dinding di sebelah kiri, belakang, dan kanan.
Latar belakang
suntingSebagaimana yang dikemukakan oleh Denis Diderot, penulis dan kritikus asal Prancis yang pertama kali merumuskan gaya ini.
Sewaktu Anda menulis atau berakting, pikirkan bahwa para penonton seolah-olah tidak pernah ada. Bayangkan ada tembok besar membentang di depan panggung, memisahkan antara Anda dengan penonton, dan berlakulah seolah-olah tirai penutup tidak pernah diangkat.
Dalam pentas teater, panggung biasanya dibatasi oleh tiga sisi dinding yaitu, sisi kiri, kanan, dan belakang. Dinding keempat adalah istilah untuk menyebut dinding imajiner yang membatasi antara penampil dengan penonton.
Konsep dinding keempat ini Diderot rumuskan dalam semangat realisme dan naturalisme abad ke-18. Segala bentuk kesenian, termasuk di dalamnya teater, harus mencerminkan senyata-nyatanya keadaan. Pertunjukan teater harus realistis seperti di dunia nyata. Menciptakan dinding keempat adalah cara agar para aktor tetap berkonsentrasi dan fokus menghidupi lakon. Penonton juga jadi bisa terhanyut menyaksikan cerita yang ditampilkan.
Diderot membuat usulan seperti itu mungkin karena pentas teater pada era sebelumnya, mulai dari Yunani Kuno hingga zaman William Shakespeare pada abad ke-17, terlalu pecicilan dan kurang elegan. Para aktor sering sekali turun ke barisan penonton. Mereka berbisik ke arah penonton, meminta penonton memegang atau menyembunyikan properti drama, sampai bahkan duduk di pangkuan penonton. Mirip-mirip seperti acara lenong.
Pendobrak dinding keempat
suntingBreaking the fourth wall alias Medium Awareness adalah sebuah kemampuan yang membuat pemiliknya sadar akan eksistensi atau keberadaannya dalam dunia fiksi. Akibatnya, sang tokoh fiksi mampu "berinteraksi" dengan pembaca/penonton, hal ini diibaratkan seperti menembus dinding keempat.