Suku Bajo Wuring

suku bangsa di Indonesia

Suku Bajo Wuring (A'a Bajo Wuring) adalah kelompok etnis yang mendiami Pulau Flores bagian tengah-utara. Suku ini merupakan bagian dari suku Bajo yang lebih besar. Perkampungan suku Bajo Wuring terletak di pesisir utara Kabupaten Sikka, tepatnya di kampung Wuring; sebuah perkampungan terapung yang terletak 3 km arah barat laut Maumere.[3]

Bajo Wuring
A'a Bajo Wuring
Peta sebaran kelompok etnis dan bahasa di Pulau Flores dan pulau-pulau kecil sekitarnya (suku Bajo Wuring terletak di bagian tengah-utara diantara suku Sikka).
Jumlah populasi
3.000 (2023)[1]
Daerah dengan populasi signifikan
Pulau Flores (Sikka)
Bahasa
Bajo (Wuring), Melayu Maumere, Sikka, Indonesia
Agama
Islam Sunni (hampir seluruhnya)[2]
Kelompok etnik terkait
Bajo • Sikka • Bugis

Sejarah

Menurut tuturan tetua suku Bajo Wuring, disebutkan bahwa orang Bajo dari Pulau Pemana pertama kali masuk ke Maumere melalui wilayah Tou. Awalnya komunitas suku Bajo di Tou berjumlah 17 kepala keluarga, dikepalai oleh seorang kepala kampung yang dikenal dengan nama Pijung Juma. Pijung Juma ini diketahui menjalin hubungan baik dengan Raja Sikka yang dijuluki Moang Bako Kikir Hiwa (secara harfiah "berjari sembilan"). Kampung Wuring juga masuk dalam lingkup pembangunan dan pemerintahan Kerajaan Sikka sejak kepemimpinan zaman Don Thomas Ximenes da Silva (1922–1954). Don Thomas memperkenankan orang-orang dari suku Bajo masuk di kampung Wuring. Potensi Wuring sebagai kota perdagangan yang ramai menjadikan tempat ini sebagai gerbang masuk dan terjadinya asimilasi berbagai budaya.[4]

Pemukiman

Berdasarkan sistem adat, masyarakat suku Bajo Wuring membagi kampung Wuring menjadikan 3 bagian, yaitu Wuring Awal (leko; kampung paling awal terbentuk), Wuring Tengah (tangah), dan Wuring Laut (toroh). Dijelaskan oleh tetua adat Bajo Wuring, perkembangan kampung Wuring ini dimulai dari leko atau area sekitar Teluk Maumere dan cenderung berkembang ke arah utara mengikuti pola taka. Kata taka dalam bahasa Bajo artinya "koral" atau "gugusan karang dalam laut dangkal". Di atas taka ini, kemudian masyarakat Bajo Wuring melakukan aktivitas menangkap ikan dengan memarkir sampan atau rumah perahu yang lama kelamaan masyarakat menanam tiang-tiang lalu membangun rumah panggung dan perlahan-lahan menimbun taka tersebut menjadi daratan. Kecenderungan ini dapat menjelaskan keadaan kampung Wuring saat ini, yaitu Wuring Tengah dan Wuring Laut yang sudah menjadi daratan itu awalnya adalah perairan dengan taka yang ditimbun oleh masyarakat Bajo Wuring.[4]

Lihat juga

Referensi

  1. ^ Arif, Ahmad (2023-08-02). "Asal-usul, Mutasi Genetik, dan Tantangan Baru Bajo". www.kompas.id. Kompas. Diakses tanggal 2024-01-15. 
  2. ^ "Eksotisme Masjid Terapung An-Nur di Kampung Nelayan Wuring Kabupaten Sikka". flores.tribunnews.com. Tribunnews. 2023-02-23. Diakses tanggal 2024-01-15. 
  3. ^ "Kampung Wuring; Perkampungan Suku Bajo di Maumere". www.tourfloreskomodo.com. Nusa Flores Travel. Diakses tanggal 2024-01-15. 
  4. ^ a b Gobang, Ambrosius A.K.S.; Nugroho, Agung Murti (2017). "Perkembangan Spasial Hunian Suku Bajo di Kampung Wuring Kota Maumere". journal.unwira.ac.id. Kediri, Indonesia: Universitas Brawijaya. Diakses tanggal 2024-01-15.