"sangeuk" berarti "malas" (bahasa Sunda standar: horéam);
"nyaneut" berarti "mengudap" (bahasa Sunda standar: ngopi);[a]
"joré" berarti "jelek" (bahasa Sunda standar: goréng);
"tundun" berarti "rambutan" (bahasa Sunda standar: rambutan);[5]
"doang" berarti "saja" (bahasa Sunda standar: hungkul); misal dalam kalimat "ngan boga hiji doang" yang berarti "hanya punya satu saja";
"nyaah" berarti "sayang" (bahasa Sunda standar: lebar) dalam konteks menyesali; misalnya "nyaah, ari duit jang dipaké ulin hungkul mah" yang berarti "sayang, jika uang hanya dipakai untuk bermain saja." Dalam bahasa Sunda standar, kata "nyaah" hanya diperuntukkan untuk manusia atau makhluk hidup lainnya, tetapi dalam dialek Bogor, bisa digunakan untuk semua benda termasuk benda mati.
"kékéncéng" berarti "wajan" (bahasa Sunda standar: katél[b]);
"cucurak" berarti "makan bersama" (bahasa Sunda standar: botram); merupakan sebuah tradisi pada masyarakat Sunda pada zaman dahulu, di mana setelah mereka pulang berladang mereka akan melakukan makan bersama dengan rekan-rekan mereka dengan beralaskan daun pisang;
"enéng" berfungsi sebagai sapaan terhadap anak kecil tanpa memandang kelamin (bisa digunakan terhadap laki-laki dan perempuan), dalam bahasa Sunda baku dibedakan menjadi dua yaitu: anak perempuan=enéng, anak laki-laki=ujang;
"tilok" berarti "jarang" (bahasa Sunda standar: tara);
"sampé"/"nyampé" berarti "sampai" (bahasa Sunda standar: tepi/nepi);
"ilok" berarti "masa" (bahasa Sunda standar: piraku/maenya) dalam bentuk adverbia; misalnya "ah, ilok bisa kitu?" berarti "ah, masa bisa seperti itu?;
"sipeunteu" berarti "mencuci muka" (bahasa Sunda standar: tamas) dalam tingkatan bahasa halus (bahasa Sunda: basa hormat/basa lemes), dalam konteks bahasa formal/biasa, kedua dialek sama-sama menggunakan kata "sibeungeut";
"nyaré" (berasal dari kata "saré" yang bermakna "tidur") berarti "menginap" (bahasa Sunda standar: ngéndong);
"parangsa" berarti "kukira" (bahasa Sunda standar: panyana); contoh kalimatnya: "parangsa téh saha, ari pék téh manéh" yang berarti "kukira siapa, ternyata kamu";
"danas" berarti "nanas" (bahasa Sunda standar: ganas);[6]
"deuleu" berarti "lihat"; misalnya "ilok baé sia teu ngadeuleu?" yang berarti "masa iya kamu tidak melihatnya?";
"aseupan" berarti "kukusan" (bahasa Sunda standar: haseupan);
"hi'id" berarti "kipas bambu" (bahasa Sunda standar: hihid);
"purukuyan" berarti "pedupaan" (bahasa Sunda standar: parupuyan);
"silaru" berarti "laron" (bahasa Sunda standar: siraru);
"tumbiri" berarti "pelangi" (bahasa Sunda standar: katumbiri);
"teprok" berarti "bertepuk tangan" (bahasa Sunda standar: keprok);
"cérécét" berarti "saputangan" (bahasa Sunda standar: carécét);
"réhé" berarti "sepi" (bahasa Sunda standar: tiiseun/sepi);
"endek" berarti "akan" (bahasa Sunda standar: arék);
"haju" berarti "lalu"/"terus" (bahasa Sunda standar: laju);
"kos" berarti "seperti" (bahasa Sunda standar: kawas); misalnya "éta sapatu téh kos nu aing boga" yang berarti "itu sepatu seperti kepunyaanku".
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan