Indonesia
Pengguna ini berasal dari Indonesia


IndonesiaPengguna ini adalah seorang Nasionalis
Pengguna ini suka warna hijau
Pengguna ini berdomisili di Kabupaten Bogor.


Pengguna ini adalah orang Sunda.
محمد Pengguna ini beraliran Islam Sunni.
Pengguna ini suka menonton atau bermain sepak bola
Pengguna ini adalah pendukung klub
Persikabo 1973.
Pengguna ini suka menonton dan mendukung Persib Bandung.
idPengguna ini merupakan penutur ibu bahasa Indonesia.
suKontributor ieu panyatur tulén basa Sunda.
bew-3Nyang maké ni udah bise basa Betawi tokcer banget.

Bahasa Sunda Bogor

Kekhasan

 
Peta bahasa dan dialek di wilayah Bogor Raya.

Secara geografis, wilayah pemakaian bahasa Sunda dialek Bogor meliputi hampir seluruh wilayah Kabupaten Bogor terutama di wilayah tengah, timur, dan selatan dan seluruh kecamatan di Kota Bogor,[1] kecuali beberapa kecamatan seperti Sukamakmur, Tanjungsari, Cisarua, Megamendung, dan Ciawi yang menggunakan dialek Priangan, kemudian Gunungsindur, Rumpin bagian utara, dan Jasinga Raya yang menggunakan dialek Banten, serta Cibinong bagian utara, sebagian Cileungsi, dan Gunung Putri yang menggunakan bahasa Melayu Betawi.[2] Dialek Bogor memiliki beberapa leksikon-leksikon atau unsur-unsur leksikal yang khas dipergunakan di wilayah kabupaten Bogor, di antaranya yaitu:[3][4]

  • "sangeuk" berarti "malas" (bahasa Sunda standar: horéam);
  • "nyaneut" berarti "mengudap" (bahasa Sunda standar: ngopi);[a]
  • "joré" berarti "jelek" (bahasa Sunda standar: goréng);
  • "tundun" berarti "rambutan" (bahasa Sunda standar: rambutan);[5]
  • "doang" berarti "saja" (bahasa Sunda standar: hungkul); misal dalam kalimat "ngan boga hiji doang" yang berarti "hanya punya satu saja";
  • "nyaah" berarti "sayang" (bahasa Sunda standar: lebar) dalam konteks menyesali; misalnya "nyaah, ari duit jang dipaké ulin hungkul mah" yang berarti "sayang, jika uang hanya dipakai untuk bermain saja." Dalam bahasa Sunda standar, kata "nyaah" hanya diperuntukkan untuk manusia atau makhluk hidup lainnya, tetapi dalam dialek Bogor, bisa digunakan untuk semua benda termasuk benda mati.
  • "kékéncéng" berarti "wajan" (bahasa Sunda standar: katél[b]);
  • "cucurak" berarti "makan bersama" (bahasa Sunda standar: botram); merupakan sebuah tradisi pada masyarakat Sunda pada zaman dahulu, di mana setelah mereka pulang berladang mereka akan melakukan makan bersama dengan rekan-rekan mereka dengan beralaskan daun pisang;
  • "enéng" berfungsi sebagai sapaan terhadap anak kecil tanpa memandang kelamin (bisa digunakan terhadap laki-laki dan perempuan), dalam bahasa Sunda baku dibedakan menjadi dua yaitu: anak perempuan=enéng, anak laki-laki=ujang;
  • "tilok" berarti "jarang" (bahasa Sunda standar: tara);
  • "sampé"/"nyampé" berarti "sampai" (bahasa Sunda standar: tepi/nepi);
  • "ilok" berarti "masa" (bahasa Sunda standar: piraku/maenya) dalam bentuk adverbia; misalnya "ah, ilok bisa kitu?" berarti "ah, masa bisa seperti itu?;
  • "sipeunteu" berarti "mencuci muka" (bahasa Sunda standar: tamas) dalam tingkatan bahasa halus (bahasa Sunda: basa hormat/basa lemes), dalam konteks bahasa formal/biasa, kedua dialek sama-sama menggunakan kata "sibeungeut";
  • "nyaré" (berasal dari kata "saré" yang bermakna "tidur") berarti "menginap" (bahasa Sunda standar: ngéndong);
  • "parangsa" berarti "kukira" (bahasa Sunda standar: panyana); contoh kalimatnya: "parangsa téh saha, ari pék téh manéh" yang berarti "kukira siapa, ternyata kamu";
  • "danas" berarti "nanas" (bahasa Sunda standar: ganas);[6]
  • "deuleu" berarti "lihat"; misalnya "ilok baé sia teu ngadeuleu?" yang berarti "masa iya kamu tidak melihatnya?";
  • "aseupan" berarti "kukusan" (bahasa Sunda standar: haseupan);
  • "hi'id" berarti "kipas bambu" (bahasa Sunda standar: hihid);
  • "purukuyan" berarti "pedupaan" (bahasa Sunda standar: parupuyan);
  • "silaru" berarti "laron" (bahasa Sunda standar: siraru);
  • "tumbiri" berarti "pelangi" (bahasa Sunda standar: katumbiri);
  • "teprok" berarti "bertepuk tangan" (bahasa Sunda standar: keprok);
  • "cérécét" berarti "saputangan" (bahasa Sunda standar: carécét);
  • "réhé" berarti "sepi" (bahasa Sunda standar: tiiseun/sepi);
  • "endek" berarti "akan" (bahasa Sunda standar: arék);
  • "haju" berarti "lalu"/"terus" (bahasa Sunda standar: laju);
  • "kos" berarti "seperti" (bahasa Sunda standar: kawas); misalnya "éta sapatu téh kos nu aing boga" yang berarti "itu sepatu seperti kepunyaanku".
  1. ^ Sutawijaya, Samsuri & Jupena Wahyu (1985), hlm. 6.
  2. ^ Suriamiharja et al. (1984), hlm. 13.
  3. ^ Wahya (2012), hlm. 3-4.
  4. ^ Suriamiharja et al. (1984), hlm. 254.
  5. ^ Suriamiharja et al. (1984), hlm. 266.
  6. ^ Suriamiharja et al. (1984), hlm. 256.


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan