Morfologi (linguistik)

ilmu bahasa yang membahas mengenai seluk-beluk bentuk kata dan pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata
Revisi sejak 26 Januari 2024 15.51 oleh Suhardi Beda Bisa (bicara | kontrib) (Penambahan sumber)

Morfologi atau ilmu bentuk kata adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan pembentuk kata sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dapat pula dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.


Dalam ilmu morfologi, terdapat morfem yaitu bagian terkecil dari sebuah kata.[1]

Pembagiannya bisa digambarkan sebagaimana berikut ini:

  1. Sebuah wacana dapat dipecah menjadi kalimat.
  2. Kalimat dapat dipecah menjadi klausa.
  3. Klausa dapat dipecah menjadi frasa.
  4. Frasa dapat dipecah menjadi bagian makna terkecil, yaitu kata.
  5. Kata dapat terdiri atas beberapa morfem, contohnya menanamkan = me-tanam-kan, bisa juga hanya terdiri atas satu morfem, misalnya rumah, kursi, selamat, eksekusi.

Objek Kajian Morfologi

Objek kajian Morfologi adalah satuan-satuan morfologi, proses-proses morfologi, dan alat-alat morfologi. Terdapat dua satuan morfologi, yakni Morfem dan kata. Sementara itu, proses morfologi melibatkan setidaknya bentuk dasar, alat pembentuk kata, dan makna gramatikal[2].

Morfem

Secara singkat morfem merupakan satuan terkecil dari kata yang sudah tidak bisa terbagi lagi; meskipun begitu, setiap morfem memiliki makna baik gramatikal maupun leksikal.[3] Terdapat berbagai jenis morfem dalam bahasa, pengklasifikasian jenis morfem ini dibagi dalam beberapa kriteria, misalnya jenis morfem berdasarkan kriteria kebebasannya, keutuhannya, maknanya, dan lain sebagainya.[2]

Selanjutnya, satuan terkecil dari kata ini dapat diklasifikasikan lagi atas morfem bebas (free morpheme), yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya penambahan morfem lain, atau dengan kata lain morfem ini menjadi satuan kata sendiri,[4] misalnya kata tas, di, pergi dan cantik dalam bahasa Indonesia, atau dalam bahasa Inggris ada kata seperti book, on, wash dan fast. Morfem lain yang merupakan bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa direkatkan pada morfem lain, misalnya morfem bebas, yaitu morfem terikat (bound morpheme). Bentuk ini kerapkali dikenal sebagai afiks karena morfem ini bukanlah kata akan tetapi merupakan bagian dari kata, sebagai contoh, morfem me-, di-, pe-an, atau dalam bahasa Inggris ada morfem -ify, il-, dan en-.[2][4]

Proses Morfologis

Selain mempelajari bentuk kata, morfologi juga mempelajari proses pembentukan kata atau bisa juga disebut sebagai proses morfologis.

Secara umum proses morfologis dapat dibagi atas 5[2], yaitu:

Proses Afiksasi

Afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat merupakan kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri disebut sebagai morfem bebas. Morfem bebas merupakan kata dasar yang dapat berdiri sendiri. Kata dasar dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, dll. Penggabungan morfem bebas dan morfem terikat akan membentuk kata jadian dan menambah makna leksikal atau grammatikal pada kata tersebut.[2][4][5]

Proses afiksasi terdiri atas prefiks, sufiks, infiks, konfiks, dan sirkumfiks.

Proses Komposisi

Komposisi adalah proses kata pemajemukan. Kata majemuk ialah gabungan kata dasar yang telah bersenyawa atau yang sudah membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti baru.

Contoh:

  1. Keras+kepala = keras kepala
  2. Kamar+mandi = kamar mandi
  3. Mata+pelajaran = mata pelajaran
  4. Kumis+kucing = kumis kucing

Kumis kucing dalam arti ‘sejenis tanaman’ adalah kata majemuk, tetapi kumis kucing dalam arti ‘kumis dari seekor kucing’ bukanlah kata majemuk.Pokok kata (tidak bisa diartikan jika sendiri), tetapi setelah bergabung kemudian mempunyai arti sendiri disebut pemajemukan.

Proses Reduplikasi

Pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruh, maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak, hasil pengulangan itu merupakan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.

Misalnya, rumah-rumah dari bentuk dasar rumah. Setiap kata ulang sudah pasti memilki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia, mondar-mandir, dan lainnya dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang.

Dari deretan morfologis dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Secara historik atau komparatif, mungkin kata-kata itu dapat dimasukan kedalam golongan kata ulang.

Proses Akronimisasi

Akronimisasi adalah suatu proses pembentukan kata dengan cara menyingkat suatu konsep. Sebenarnya akronim merupakan sebuah singkatan hanya saja diperlakukan sebagai sebuah kata atau butir leksikal.

Misalnya:

- Pilpres yang berasal dari penyingkatan pemilihan presiden.

- Puskesmas yang berasal dari penyingkatan pusat kesehatan masyarakat.

- Serta yang semisalnya.

Proses Penyerapan

Penyerapan merupakan proses pembentukan kata melalui pengambilan kosakata baik dari bahasa asing maupun bahasa daerah.

Penyerapan dari bahasa asing misalnya terdapat pada kata cek yang berasal dari kata check, kata faktor dari kata factor, kata varietas berasal dari kata varietas, dan lain-lain.

Penyerapan dari bahasa daerah di Nusantara misalnya terdapat pada kata unduh, unggah, dan naralila yang diserap dari bahasa Jawa.

Selain kelima proses tersebut, terdapat proses morfologis yang lain, seperti pemimjaman kata (borrowing) yaitu meminjam kata dari bahasa lain misalnya kata sofa yang berasal dari bahasa Arab[4], dan penciptaan kata baru (coinage), biasanya kata tersebut muncul dari suatu produk di pasar, lalu digunakan untuk mengacu pada produk lain yang serupa,[5] misalnya kata Aqua untuk mengacu pada air minum kemasan lain.

Rujukan

  1. ^ McCarthy, Andrew Carstair. 2002. English Morphology: Words and Their Structure. Edinburgh: Edinburgh University Press.
  2. ^ a b c d e Chaer, A. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta
  3. ^ Booij, G. 2005. The Grammar of Words An Introduction. New York: Oxford University Press
  4. ^ a b c d Fromkin, V. Rodman, R., & Hyams, N. 2011. An Introduction to Language (9th ed.). Boston: Wadsworth, Cengage Learning.
  5. ^ a b Yule, G. 2010. The Study of Language (4th ed.). New York: Cambridge University Press.