Tari tanggai

salah satu tarian di Indonesia
Revisi sejak 1 Februari 2024 16.59 oleh Sir Arya SPd (bicara | kontrib) (Sejarah: perbaikan ketikan)

Tari Tanggai adalah pertunjukan tari tradisional asal Palembang, Sumatera Selatan. Biasanya, Formasi gerakan Tari tanggai harus dimainkan dalam angka ganjil, dan tidak boleh lebih dari sembilan orang [butuh rujukan].

Sejarah

Menurut teori yang beredar, Tari Tanggai diciptakan secara kolektif atas instruksi pemerintah Jepang yang berkuasa pada tahun 1942 hingga 1945. Hanya saja Tari tanggai menggunakan iringan musik yang berjudul "Enam Saudara" (atau versi lain berjudul "Sembilan Saudara").

Selain itu, ada yang mengatakan bahwa Tari tanggai muncul saat meletusnya peristiwa berdarah G30S PKI, yang saat itu bernama "Tari Tepak". Tetapi, ketika adanya penampilan tari tidak menggunakan properti Tepak. Karena itu, masyarakat menyebutnya dengan Tari Tanggai. Anggapan ini salah, karena Tari Tanggai muncul setelah Tari Gending Sriwijaya dilarang tampil karena alasan politik. Sedangkan Tari yang memakai property Tepak sendiri sudah ada diseluruh Sumatera Selatan diperkirakan sejak tahun 1920 dengan judul tari, musik, dan gerak berbeda, fungsinya sama sebagai tari sambut.

Tari Tanggai yang sangat populer dan fenomenal tersebut diciptakan oleh Bunda Elly Rudy Maestro Tari dari Palembang, Sumatera Selatan pada tahun 1965. Sumber laman (https://www.ketikpos.com/pariwisata-kebudayaan/95911699088/eksplorasi-mendalam-keindahan-dan-kearifan-lokal-dalam-tari-tanggai-dan-tari-lilin-siwa) Anggapan bahwa menurut masyarakat sekitar, pencipta Tari tanggai adalah pencipta gerak Tari Gending Sriwijaya adalah tidak benar, karena sudah diteliti oleh Sartono, M. Sn. Dosen Seni Pertunjukan Universitas PGRI Palembang bahwa gerak dan musik Tari Gending Sriwijaya dan Tari Tanggai tidak sama. Musik pengiring "Enam Saudara" yang berirama Melayu ini sudah lama ada di Palembang. Tidak hanya tari Tepak atau Tari tanggai saja, Tari Tepak Keraton pun menggunakan musik pengiring "Enam Saudara. Dosen Tari Sendratasik PGRI, Sartono menyebutkan Tari Tanggai disebut sebagai Tari 1000 versi dan dalam bukunya yang berjudul Seputar Tari Tanggai (2007) Sartono M. Sn. juga menyebutkan bahwa tari Tanggai pertama kali diciptakan oleh Bunda Elly Rudy Maestro Tari dari Palembang, Sumatera Selatan pada tahun 1965.

Menurut beberapa pendapat tokoh tari di Palembang, di masa pemjabatan H. Asnawi Mangku Alam sebagai Gubernur Sumatera Selatan, Tari Gending Sriwijaya diinstruksikan sebagai tari sambut bagi tamu-tamu agung yang merupakan orang nomor satu dalam negara, seperti Presiden, Raja, Perdana Menteri, Sultan, sedangkan tamu agung lainnya disambut dengan Tari Tepak atau Tari Tanggai.

Saat ini, Tari tanggai telah mentradisi di masayarakat, tidak hanya sebagai tari sambut di kegiatan seremonial pemerintahan daerah saja, tapi juga pada acara-acara oleh organisasi non-pemerintah maupun acara resepsi pernikahan. Seolah-olah tari tanggai merupakan tari sambut yang penting ada sebagai pembuka acara, meskipun bukanlah bagian dari adat yang diadatkan.

Biasanya, Penari Tari tanggai menggunakan pakaian khas daerah seperti kain songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau ramai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku yang terbuat dari lempengan tembaga dan karena tanggai yang dipakai penari, maka tari ini dinamakan Tari Tanggai.

Tari Tanggai ini masih digelar hingga sekarang, selain dalam acara pernikahan masyarakat Palembang, tari ini juga ditarikan untuk menyambut tamu yang dihormati, pemerintahan, organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-sanggar seni di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatra Selatan.

Makna

Tari tanggai menggambarkan keramahan, dan rasa hormat masyarakat Palembang atas kehadiran sang tamu, dan dalam tari ini tersirat sebuah makna ucapan selamat datang dari orang yang mempunyai acara kepada para tamu.[1]

Musik

Musik pengiring di dalam tari tanggai merupakan sebuah musik yang menggabungkan sebuah instrumental yang digarap oleh komponis dan sekaligus diiringi oleh beberapa gendang dan satu buah gong yang berperan sebagai ritem/ritme.[2]

Iringan instrumental di dalam tari tanggai sendiri, menggambarkan nuansa melayu dan tidak meninggalkan warna atau rasa dari musik daerah Palembang.[2] Adapun alat musik yang dipergunakan untuk mengiringi tari tanggai adalah:

Judul dari lagu pengiring tari tanggai adalah “Enam Bersaudara”, sedangkan untuk penciptanya tidak diketahui dengan jelas siapa penciptanya.[2] Pada masa ini, di dalam penyajian musik tari tanggai, seseorang yang akan mengadakan acara melihat situasi dan kondisi tempat dari pemilik acara, sehingga nantinya lagu “Enam Bersaudara" bisa diiringi oleh organ tunggal, band, atau juga dapat menggunakan alat musik tradisional khas daerah.[2]

Gerakan

Ragam Gerak

Tari Tanggai mempunyai wujud atau bentuk yang tersusun dari rangkaian-rangkaian gerak atau motif gerak yang telah di kembangkan dan di variasikan menjadi satu kesatuan yang utuh.[2] Sehingga membentuk sebuah struktur tari.[2]

Adapun sturktur gerakan tari adalah sebagai berikut:

  • Gerakan tari awal
  1. Gerak masuk posisi sembah
  2. Gerak Borobudur hormat
  3. Gerak Sembah berdiri
  4. Jalan keset
  5. Kecubung berdiri bawa kanan
  6. Kecubung bawah kiri
  7. Kecubung berdiri atas kanan
  8. Kecubung atas kiri
  9. Ukur benang.[2]
  • Gerak tari pokok
  1. Tutur sabda
  2. Sembah duduk
  3. Tabur bunga duduk kanan dan kiri
  4. Memohon duduk kanan
  5. Kecubung duduk kanan dan kiri
  6. Stupa kanan dan kiri
  7. Tutur sabda
  8. Borobudur
  9. Ulur benang.[2]
  • Gerakan tari akhir
  1. Tolak bala berdiri kanan dan kiri
  2. Nyumping berdiri kanan dan kiri
  3. Mendengar berdiri kanan dan kiri
  4. Tumpang tali/ulur benang berdiri kanan dankiri
  5. Sembah berdiri
  6. Borobudur berdiri
  7. Borobudur hormat.[2]

Tujuan

Hiburan

Tari tanggai selalu di tampilkan setiap acara adat, baik secara resmi maupun tidak resmi.[2] Dalam hal ini bagi para penari, tari tanggai mempunyai kenikmatan tersendiri bagi mereka sendiri dan secara tidak langsung dapat menghibur diri para tamu yang datang.[2]

Simbol kehormatan

Salah satu penari harus ada yang menjadi primadona dan akan membawa tepak yang berisikan sekapur sirih yang merupakan sombol kehormatan.[2] Sedangkan tamu kehormatan di berikan sekapur sirih sebagai simbol bahwa masyarakat Palembang siap menerima tamu tersebut.[2] Penari tersebut membawa kapur sirih jadi dan sirih tak jadi.[2] Sirih jadi adalah sirih yang sudah di ramu, sedangkan Sirih tak jadi adalah yang akan di ramu oleh tamu itu sendiri.[2]

Pendidikan

Tari Tanggai selain memiliki unsur hiburan, Tari tanggai juga memiliki unsur pendidikannya (pengetahuan), khususnya dalam bidang seni tari.[2]

Referensi

https://www.ketikpos.com/pariwisata-kebudayaan/95911699088/eksplorasi-mendalam-keindahan-dan-kearifan-lokal-dalam-tari-tanggai-dan-tari-lilin-siwa

  1. ^ Aripratna. "Tari Tanggai" (pdf). Diakses tanggal 28 April 2014. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q (Indonesia) "Tari Tanggai Sumatra Selatan". Diakses tanggal 26 April 2014. 

https://rri.co.id/palembang/1738-opini/1361514/sejarah-munculnya-tari-tanggai Diarsipkan 2022-03-18 di Wayback Machine.