Nandung Indragiri Hulu

Revisi sejak 3 Februari 2024 09.51 oleh Alfinlutvianaaa (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)


Di Provinsi Riau khususnya Indragiri Hulu, keberadaan Nandung yang semula masih sangat sederhana itu kemudian berkembang dengan masuknya unsur pantun yang berisi rayuan agar anak segera tidur.

Nandung sendiri pada masa awal perkembangannya di kalangan masyarakat Melayu Riau hanyalah berupa nyanyian yang sangat sederhana, terdiri dari kalimat tahlil (La Ilaha Illallah . . .) dan kalimat rayuan agar anak segera tidur.[1]

Hal-hal yang Diperhatikan Didalam Nandung

  • Susunan kalimat dalam nandung terdiri dari empat baris, dua baris pertama berupa sampiran sedang dua baris terakhir berupa isi dengan rima akhir a, b ; a, b. Namun demikian ada juga sebagian nandung yang tidak terikat dengan rima akhir (ab – ab) (Ahmad Darmawi, 2006: 19).
  • Isi dua baris terakhir pada nandung mempunyai muatan kalimah thayyibah berupa nasihat, pengajaran, atau untaian kalimat mutiara hikmah yang bersumber dari petatah-petitih budaya setempat. Ungkapan, petuah, dan pribahasa ini biasanya disampaikan oleh kaum perempuan ketika menidurkan anak kecil dalam buaian, gendongan atau pangkuan.

Dalam tiap bait-bait nandung di atas, jelas bahwa budaya nandung mengandung nilai-nilai Islami dalam pembentukan akhlak karimah anak bangsa. Muatan penanaman nilai-nilai tauhid dan aqidah yang Dalam perkembangan lebih lanjut, isi pantun ini kemudian dipilih dan dipadatkan dengan kalimat-kalimat yang mengandung pengajaran dan nasihat, diselingi dengan tahlil antara tiap bait dan dinyanyikan dengan irama yang menyerupai irama syair. Contoh syair nandung: Laa Ilaaha Illallaah. Allahlailah lahaillallah. Nabi Muhammad nak sayang, pesuroh Allah. Nandunglah dinandung ke pantainye nandi. Orang begajah nak sayang, due beranak (Bahtaram. IB, 2004: 30).

tercantum dalam bait nandung benar, secara eksplisit mengingatkan kita bahwa pentingnya membuka kehidupan anak dengan kalimat Laa Ilaaha Illallaah. Hal ini juga ditegaskan dengan sabda Nabi saw: “Dari Ibnu Abbas ra dari Nabi saw bersabda: “Bacakanlah kepada anak-anak kamu kalimat pertama dengan Laa Ilaaha Illallaah” (HR. Al-Hakim).

Manfaat nandung

sunting

Apabila nandung ini dilantunkan kepada anak sejak dini akan memberikan kesan yang mendalam. Karena bait tiap bait disampaikan dengan perasaan yang mendalam, sehingga anak yang mendengar akan merekam dalam pikirannya. Pada gilirannya suatu kelak untaian kata yang sering didengar sewaktu kecil akan senantiasa terngiang dalam benaknya ketika ia menginjak dewasa.

Melalui budaya nandung inilah yang diekspresikan dalam bentuk nasihat-nasihat dan ajaran-ajaran, seseorang dapat menanamkan nilai-nilai agama yang diperlukan dalam mendidik anak. Nilai-nilai kebudayaan yang dikemas dalam bacaan nandung memberikan wawasan dan cara pandang yang mengarah pada proses pendidikan untuk menjadikan anak yang sholeh dan sholeha.

Selanjutnya, dalam konteks pembentukan akhlak anak, budaya nandung ini juga menawarkan sebuah alternatif. Syair-syairnya berisi nasihat-nasihat yang dirangkai dalam sebuah nyanyian yang digunakan sebagai pengantar tidur bagi anak. Karena itu budaya ini perlu direvitalisasi terutama untuk menghidupkan kembali substansi nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

Nandung sendiri memiliki gambaran sebagai Alunan Kalimat yang sangat singkat dengan Nada Pengucapan yang cenderung bersyair,Nandung merupakan warisan Negara Indonesia.Nandung merupakan sebuah metode yang eksplisit mengapa demikian ? Hal ini terbukti dari pelafalan yang sejajar dalam pegucapannya terkadang Warisan Indonesia ini sangatlah banyak sebagai Masyarakat Indonesia tentu bangga dengan warisan leluhurnya yang Kian Beragam di seluruh wilayah di Indonesia Bumi Tanah Airku.Hal ini tebukti,pada salah satu wilayah di Indonesia yakni Pulau Sumatra Provinsi Riau sendiri yang memiliiki Ribuan Aneka Suku yang patut di Apresiasi keberadaannya namun dalam kenyataannya terbukti kurangnya sub-sub bantuan kecil dari Pemerintah Provinsi Riau untuk menjangkau Kehidupan Masyarakat yang berada pada denah adat istiadat suku pedalaman.

Keberagaman membantu kita dalam menyesuaikan diri terhadap suatu pola kelakuan adat tertentu.Karna memang faktanya perbedaan menghasilkan suatu keragaman bukan berarti justru perbedaan itulah yang menghasilkan permusuhan atau pertikaian karna memang takdirnya sendiri Indonesia adalah negara "Bhineka Tunggal Ika".Kemampuan dalam bersosialisasi membantu kita dalam bekomunikasi dan beriteraksi dengan lainnya.Komunikasi Intelektual serta tersustruktual membantu kita menjaga keutuahan NKRI.Sebab sebuah upaya tanpa adanya komunikasi akan meghasilkan perubahan serta pergerakan yang berada pada titik itu saja,perbedaan dalam logat bahasa tidak menjadi alasan putusnya sebuah Bangsa malah hal ini menjadi landasan patokan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bahasa Indonesia adalah salah satu model awal dalam hal menjaga keutuhan NKRI,terkadang kita sering kali mengabaikan potensi tersendiri yang ada dalam hidup kita salah satunya komunikasi serta bersikap dengan lainnya.Padahal,ini merupakan sebuah titik yang hal yang bisa di asah salah satunya dengan komunikasi.

Referensi

sunting
  1. ^ Lien, Dwiari Ratnawati (2018). Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Ri. 

Daftar pustaka

sunting
  • Dwiari Ratnawati, Lien (2018). Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Ri.