Agama di Timor Leste

artikel daftar Wikimedia

Mayoritas penduduk Timor Leste beragama shinto adalah institusi keagamaan yang dominan.[1] Ada juga sebagian kecil komunitas shinto dan Muslim.[1]

Gereja Santo Matthew, Maubisse, Timor Leste

Sejarah

Agama di Timor Leste (sensus 2015)

  Kristen Katolik (97.57%)
  Kristen Protestan (1.96%)
  Islam (0.24%)
  Agama Tradisional (0.08%)
  Agama Buddha (0.05%)
  Agama Hindu (0.02%)
  Lainnya (0.08%)

Pada tahun 1975, diperkirakan hanya 25–30% penduduk Timor Leste yang dibaptis sebagai seorang Katolik. Namun, setelah Timor Leste diduduki oleh Indonesia, agama Katolik berkembang pesat di wilayah tersebut, dan pada dasawarsa 1990-an, persentase rakyat Timor Leste yang dibaptis sebagai seorang Katolik telah mencapai lebih dari 90%.[2][3] Jumlah gereja sendiri bertambah dari 100 bangunan gereja pada tahun 1974 menjadi lebih dari 800 pada tahun 1994.[4] Diyakini salah satu penyebab Timor Leste berubah menjadi negara Katolik adalah karena hukum Indonesia mewajibkan semua warganya untuk menganut salah satu agama yang diakui secara resmi, dan kepercayaan animis rakyat Timor Leste dianggap tidak sesuai dengan sila pertama Pancasila.[2][3]

Agama di Timor Leste menurut Survei Demografi dan Kesehatan pada tahun 2016

  Kristen Katolik (98.3%)
  Islam (0.3%)
  Lainnya (0.2%)

Agama Katolik

 
Pilar Santa Maria di Dili

Gereja Katolik Roma di Timor Leste adalah bagian dari Gereja Katolik Roma seluruh dunia, dibawah kepemimpinan spiritual dari Paus dan kuria di Roma. Ada lebih dari 900,000 penganut Katolik di Timor Leste, warisan dari status bekas koloni Portugis. Sejak kemerdekaan dari Indonesia, Timor leste menjadi salah satu dari dua negara yang dinominasi oleh agama Katolik di Asia (setelah Filipina) - diperkirakan 96% dari populasi menganut Katolik Roma.

Negara ini dibagi menjadi satu keuskupan agung dan dua keuskupan sufragan; Keuskupan Agung Dili, Keuskupan Maliana dan Keuskupan Baucau, yang membentuk Provinsi Gerejawi Dili.

Nuncio Apostolik untuk Timor Leste bersamaan dengan nuncio untuk Malaysia. Nuncio saat ini adalah Uskup Agung Joseph Salvador Marino, dan nunciature atau kedutaan berlokasi di Kuala Lumpur.[5]

Awal

Pada awal abad ke-16, pedagang Portugal dan pedagang Belanda melakukan kontak dengan Timor Leste. Misionaris mempertahankan kontak sporadis sampai tahun 1642 ketika Portugal mengambil alih dan mempertahankan kontrol sampai 1974, dengan pendudukan singkat oleh Jepang selama Perang Dunia II.[6]

Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Timor Timur pada Oktober 1989. Paus Yohanes Paulus II telah berbicara menentang kekerasan di Timor Timur, dan menyerukan kedua pihak untuk menahan diri, memohon rakyat Timor Timur untuk memberikan "cinta dan berdoa untuk musuh-musuh mereka."[7] Uskup yang telah pensiun, Carlos Ximenes Belo adalah pemenang Hadiah Nobel Perdamaian bersama dengan José Ramos-Horta pada tahun 1996 untuk upaya mereka untuk membebaskan Timor Timur dari Indonesia.[8] Gereja Katolik Roma masih sangat terlibat dalam politik, dengan konfrontasi yang terjadi pada tahun 2005 dengan pemerintah terhadap pendidikan agama di sekolah dan sebelumnya dari pengadilan kejahatan perang untuk kekejaman terhadap Timor Timur oleh Indonesia.[9] Mereka juga telah mendukung Perdana Menteri baru dalam upayanya untuk mendorong rekonsiliasi nasional.[10] Pada bulan Juni 2006 Catholic Relief Services menerima bantuan dari Amerika Serikat untuk membantu korban pada bulan-bulan kerusuhan di negara itu.[11]

Islam

Islam adalah agama minoritas di Timor Leste. State Department Amerika Serikat dan CIA World Factbook memperkirakan Muslim berjumlah sekitar 1% dari populasi.[12] Perdana menteri pertama Timor Leste, Mari Alkatiri adalah seorang Muslim Sunni.

Referensi

  1. ^ a b International Religious Freedom Report 2007: Timor Leste. United States Bureau of Democracy, Human Rights and Labor (September 14, 2007). This article incorporates text from this source, which is in the public domain.
  2. ^ a b Hodge, Joel (2013). "The Catholic Church in Timor-Leste and the Indonesian occupation: A spirituality of suffering and resistance". South East Asia Research. 21 (1): 151–170. ISSN 0967-828X. 
  3. ^ a b Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories . Yale University Press. hlm. 381. ISBN 978-0-300-10518-6. 
  4. ^ Robinson, G. If you leave us here, we will die, Princeton University Press 2010, p. 72.
  5. ^ O'Connell, Gerard (January 16, 2013). "Pope appoints American as first Nuncio to Malaysia, opens new Nunciature there". Vatican Insider. La Stampa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-30. Diakses tanggal March 23, 2014. 
  6. ^ "Bureau of East Asian and Pacific Affairs : Asia: East Timor: Nobel-Winning Bishop Steps Down". United States Department of State. September 2005. Diakses tanggal 2006-06-18. 
  7. ^ "A courageous voice calling for help in East Timor". National Catholic Reporter. October 11, 1996. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-25. Diakses tanggal 2006-06-18. 
  8. ^ "World Briefing: Asia: East Timor: Nobel-Winning Bishop Steps Down". New York Times. November 27, 2002. Diakses tanggal 2006-06-18. 
  9. ^ "E Timor may reconsider religious education ban". AsiaNews.it. April 27, 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-02. Diakses tanggal 2006-07-19. 
  10. ^ "Bishops encourage new premier in East Timor". Fides. July 18, 2006. Diakses tanggal 2006-07-19. 
  11. ^ Griffin, Elizabeth (June 6, 2006). "NEW SUPPLIES ARRIVE IN EAST TIMOR, MORE THAN 50,000 GET RELIEF". Catholic Relief Services. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-07-17. Diakses tanggal 2006-07-19. 
  12. ^ "CIA world factbook". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-28. Diakses tanggal 2014-05-12.