Deinococcus radiodurans

Revisi sejak 12 Februari 2024 14.35 oleh 6QTRZY94S4N7 (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Deinococcus radiodurans
Bentuk tetrad Deinococcus radiodurans dilihat menggunakan mikroskop transmisi elektron (TEM)
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Filum:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
D. radiodurans
Nama binomial
Deinococcus radiodurans
Brooks & Murray, 1981 [1]

Deinococcus radiodurans adalah salah satu bakteri kelompok ekstremofil (dapat hidup di suasana ekstrem) dengan karakteristik utama berupa ketahanan terhadap efek mutagenik dan mematikan dari berbagai agen perusak DNA, seperti paparan radiasi ion (ionizing radiation).[2][3]

Organisme ini masih dapat hidup dalam paparan radiasi berkali-kali lipat dari jumlah yang umumnya sudah membunuh organisme lain.[4] Kromosom D. radiodurans bahkan dapat terbentuk kembali setelah hancur akibat radiasi.[4] Oleh karena itu, D. radiodurans adalah organisme paling toleran terhadap kerusakan DNA yang pernah diidentifikasi.[3]

Sejarah penemuan dan klasifikasi

sunting

D. radiodurans pertama kali dideteksi oleh Anderson et al. pada tahun 1956 di dalam daging kalengan yang disterilisasi dengan radiasi sinar X dan yang tidak diradiasi.[5] Hebatnya, meski telah disterilisasi tetapi tetap terjadi pembusukan pada daging sehingga disimpulkan ada aktivitas mikroorganisme di dalamnya.[5] D. radiodurans sebelumnya dimasukan ke dalam genus Micrococcus.[1] Namun penelitian pertama kali oleh Feltham menunjukkan bahwa bakteri yang disebut M. radiodurans dan kerabatnya itu berbeda dengan spesies Micrococcus yang sudah diketahui.[1] Brooks et al. pada tahun 1980 berhasil menunjukkan adanya perbedaan dengan genus Micrococcus berdasarkan uji terhadap sekuen gen penyandi 16S rRNA spesies tersebut.[1] Selain sekuen gen, bukti diperkuat dengan hasil analisis terhadap homologi DNA, komposisi asam lemak, dan dinding sel beserta komposisinya.[1] Pada tahun 1981, Brooks dan Murray mengajukan penggantian nama spesies yang dimaksud menjadi Deinococcus radiodurans.[1] Berdasarkan etimologinya nama spesies D. radiodurans berasal dari bahasa Latin.[1] Deinos (adj): aneh atau tidak biasa, coccus (n): semacam biji gandum atau buah beri, radioatio (adj): radiasi, dan durans(adj): pertahanan sehingga Deinococcus berarti kokus yang tidak biasa dan radiodurans berarti menahan radiasi.[1] Brooks dalam jurnal International Journal of Systematic Bacteriology menginginkan untuk mempertahankan nama penunjuk spesies radiodurans karena dirasa memiliki asosiasi yang tepat dengan organisme tersebut, yaitu tahan terhadap radiasi tinggi.[1]

Morfologi dan fisiologi

sunting

D. radiodurans berbentuk bulat (kokus) dengan diameter 1.5-3 µm dan tumbuh sebagai sel tunggal atau berbentuk tetrad.[1] Bakteri ini tergolong Gram positif, namun memiliki membran luar seperti bakteri Gram negatif.[6][7] Hanya saja, membran luar D. radiodurans tidak memiliki lipid A.[7] Bakteri ini tidak membentuk spora dan bersifat non motil.[1] Koloni berwarna merah bila ditumbuhkan di media agar karena memiliki kandungan pigmen karotenoid.[7] Koloni berbentuk cembung dengan permukaan halus.[1] D. radiodurans adalah bakteri aerob dengan suhu optimum pertumbuhan 30 °C.[1] Semua galur bakteri ini dapat tumbuh dengan kadar garam 1% dan kebanyakan galur tumbuh pada kadar garam 5%.[1] Bakteri ini tergolong kemoorganotrof yang artinya menggunakan nutrisi dari senyawa kimia organik.[1] Berdasarkan uji biokimia, D. radiodurans dapat memfermentasi glukosa dan fruktosa sehingga menghasilkan asam, sedangkan gliserol dan manosa dapat digunakan tetapi tidak menghasilkan asam.[1]

Habitat

sunting
 
Tanah adalah habitat utama D. radiodurans.

Habitat utama mikroorganisme ini adalah di tanah.[4] Biasanya D. radiodurans diisolasi secara selektif dari tanah, daging mentah, debu, dan udara yang telah disaring.[4] Teknik yang digunakan adalah dengan mengekspos sampel dengan radiasi UV atau gamma lalu menumbuhkannya pada media yang kaya tripton dan ekstrak khamir.[7]

Ketahanan terhadap radiasi

sunting

D. radiodurans masih hidup setelah terkena radiasi sebesar 15.000 Grays (Gy) (1 Gy=100 rad) bahkan dapat terus tumbuh pada kondisi radiasi 69Gy/jam.[6][7] Sebagai perbandingan, manusia umumnya sudah tewas bila terekspos radiasi lebih besar dari 10Gy.[7] Organisme ini lebih tahan terhadap radiasi daripada spora bakteri.[7] Organisme ini juga tahan terhadap banyak agen yang dapat menyebabkan mutasi pada DNA, seperti radiasi ion, sinar ultraviolet (UV), hidrogen peroksida, dan banyak lainnya.[7][8] Satu-satunya senyawa mutagenik yang dapat menyerang D. radiodurans adalah nitrosoguanidin yang dapat menginduksi delesi, yaitu penghilangan suatu fragmen atau nukleotida DNA.[7] Delesi lebih berpengaruh pada bakteri ini dibandingkan mutasi titik, yaitu mutasi hanya pada satu atau beberapa nukleotida DNA.[7] Hal ini karena mekanisme perbaikan terhadap delesi tidak seefisien terhadap mutasi titik.[7]

Perbaikan DNA yang rusak oleh D. radiodurans

sunting

D. radiodurans memiliki mekanisme yang sangat efisien dalam memperbaiki DNA yang rusak.[7] Ada beberapa jenis enzim untuk perbaikan DNA di dalam sel organisme ini.[7] Selain enzim RecA, yang umum ada di organisme untuk perbaikan kerusakan DNA dalam tingkat rendah, D. radiodurans juga memiliki beberapa RecA-independen sistem DNA yang memungkinkan bakteri ini memperbaiki DNA, utas tunggal maupun utas ganda, dengan sistem penghancuran DNA yang rusak disertai penggantian dengan DNA baru.[7] Sel D. radiodurans yang umumnya eksis dalam bentuk tetrad juga dianggap memberikan kontribusi terhadap ketahannya terhadap radiasi dan senyawa mutagenik, karena DNA yang rusak terkumpul rapi membentuk struktur cincin toroidal.[7] Mekanisme perbaikan kemudian difasilitasi oleh nukleoid dari bagian sel yang berdekatan, sehingga tetap memungkinkan rekombinasi homolog.[7] Rekombinasi homolog tersebut menyebabkan sel yang kromosomnya sudah diperbaiki dapat kembali tumbuh dan membelah.[7]

Aplikasi

sunting
 
D. radiococcus telah digunakan untuk pengolahan limbah radioaktif.

Bakteri D. radiodurans digunakan untuk pengolahan limbah nuklir yang mengandung senyawa radioaktif.[9] Galur murni dari bakteri ini diketahui dapat mengurangi uranium dengan adanya asam humat pada kondisi anaerob.[9] D. radiodurans R1 hasil rekayasa genetik telah digunakan untuk melaksanakan aktivitas bioremediasi terhadap limbah radioaktif campuran, terutama untuk detoksifikasi senyawa merkuri dan toluena di dalam limbah.[9] Metode ini efektif dan lebih murah untuk menangani limbah global akibat senjata nuklir yang diproduksi pada tahun 1945 dan 1986.[10]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Inggris) Brooks BW (1981). "Nomenclature for "Micrococcus radiodurans" and other radiation-resistant cocci: Deinococcaceae fam. nov. and Deinococcus gen. nov., including five species" (pdf). Int J Syst Bacteriol. 31 (3): 353–360.  line feed character di |title= pada posisi 57 (bantuan)[pranala nonaktif permanen]
  2. ^ (Inggris) Harris DR (2008). "The Stable, Functional Core of DdrA from Deinococcus radiodurans R1 Does Not Restore Radioresistance In Vivo". J Bacteriol (pdf). 190 (19): 6475–6482. doi:10.1128/JB.01165-07. 
  3. ^ a b (Inggris) Battista JR (1997). "Against all odds: the survival strategies of Deinococcus radiodurans". Ann Rev Microbiol (pdf). 51: 203–224. doi:10.1146/annurev.micro.51.1.203. 
  4. ^ a b c d (Inggris) Madigan MT (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. hlm. 43. 
  5. ^ a b (Inggris) Anderson AW (1956). "Studies on a radio-resistant micrococcus. I. Isolation, morphology, cultural characteristics, and resistance to gamma radiation". Food Technol. 1: 575–578. 
  6. ^ a b (Inggris) Elstov M (2005). "Fine structure of the Deinococcus radiodurans nucleoid revealed by cryoelectron microscopy of vitreous sections". J Bacteriol (pdf). 187 (23): 8074–8054. doi:10.1128/JB.187.23.8047–8054.2005 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Madigan MT (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. hlm. 480–481. 
  8. ^ (Inggris) Makarova KS (2001). "Genome of the extremely radiation-resistant bacterium Deinococcus radiodurans viewed from perspective of comparative genomics" (pdf). Microbiol and Molecular Biol Rev. 65 (1): 44. doi:10.1128/MMBR.65.1.44–79.2001 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  9. ^ a b c (Inggris) Appukuttan D (2006). "Engineering of Deinococcus radiodurans R1 for bioprecipitation of uranium from dilute nuclear waste" (pdf). Appl Environ Microbiol. 72 (12): 7873–7878. doi:10.1128/AEM.01362-06.  [pranala nonaktif permanen]
  10. ^ (Inggris) Brim H (2000). "Engineering Deinococcus radiodurans for metal remediation in radioactive mixed waste environments" (html). Nature Biotechnology. 18: 85. doi:10.1038/71986. 

Pranala luar

sunting