Badak NGL

perusahaan asal Indonesia
Revisi sejak 16 Februari 2024 10.59 oleh Ardfeb (bicara | kontrib) (→‎Pendirian: Merapikan)

PT Badak NGL (berbisnis dengan nama Badak LNG) adalah anak usaha dari Pertamina Hulu Energi yang bergerak di bidang produksi LNG dan LPG. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini memiliki kilang di Bontang dan kantor perwakilan di Balikpapan.[3][4]

PT Badak NGL
Badak LNG
Perseroan terbatas
IndustriGas alam
Didirikan26 November 1974; 49 tahun lalu (1974-11-26)
Kantor pusatJakarta Pusat, DKI Jakarta
Wilayah operasi
Indonesia
Tokoh kunci
Achmad Khoiruddin[1]
(Direktur Utama)
Daniel S. Purba[2]
(Komisaris Utama)
ProdukLNG dan LPG
PendapatanPenurunan US$ 10,632 juta (2022)[3]
Kenaikan US$ 1,655 juta (2022)[3]
Total asetPenurunan US$ 47,739 juta (2022)[3]
Total ekuitasKenaikan US$ 4,433 juta (2022)[3]
PemilikPertamina Hulu Energi (55%)
VICO Indonesia (20%)
Pertamina Pedeve (15%)
Total E&P Indonesie (10%)
Karyawan
Penurunan 661 (2022)[3]
Anak usahaBadak Chiyoda Enerproco LLC.
Situs webwww.badaklng.com

Kilang milik perusahaan ini di Bontang memiliki 8 train yang dirancang dapat memproduksi LNG sebanyak 22,5 juta metrik ton per tahun, sehingga menjadikan perusahaan ini sebagai produsen LNG terbesar di Indonesia.

Sejarah

Awal mula

Perusahaan ini memulai sejarahnya pada bulan Februari 1972, saat Huffco (kini VICO Indonesia), sebuah perusahaan kontraktor migas yang menjalin PSC dengan Pertamina, berhasil menemukan cadangan gas alam raksasa di Lapangan Muara Badak, Kalimantan Timur. Sebelumnya juga berhasil ditemukan cadangan gas alam raksasa serupa di Lapangan Arun, Aceh oleh ExxonMobil.[4] Sebelum ditemukan di Arun dan Badak, cadangan gas alam juga berhasil ditemukan di Pulau Bunyu dan di dekat Palembang, tetapi jumlah cadangannya tidak memadai untuk dieksploitasi lebih lanjut.

Saat itu, bisnis LNG belum banyak dikenal dan baru ada empat kilang LNG di seluruh dunia yang masing-masing baru beroperasi selama 3-4 tahun. Walau tanpa pengalaman sebelumnya di bidang LNG, Pertamina dan Huffco kemudian sepakat untuk mengembangkan proyek ini agar dapat mengekspor LNG dalam jumlah besar. Pertamina, Mobil Oil, dan Huffco lalu berusaha menawarkan produk potensial dari proyek ini kepada konsumen LNG potensial, penyandang dana potensial, dan mitra potensial di seluruh dunia. Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil dengan disepakatinya kontrak penjualan LNG selama 20 tahun dengan lima perusahaan asal Jepang, yakni Chubu Electric, Kansai Electric Power, Kyushu Electric Power, Nippon Steel, dan Osaka Gas pada tanggal 5 Desember 1973. Kontrak tersebut pun dikenal dengan nama “The 1973 Contract”.[5]

Pendirian

 
Kilang di Bontang

Perusahaan ini kemudian didirikan oleh Pertamina, VICO Indonesia, dan JILCO pada tanggal 26 November 1974 untuk mengelola Kilang LNG Badak. Nama perusahaan ini diambil dari nama daerah tempat ditemukannya cadangan gas alam raksasa, yakni Muara Badak. Kilang lalu diputuskan dibangun di Teluk Bontang bagian selatan, karena daerah tersebut merupakan pelabuhan alami yang dapat disandari kapal tanker LNG dan berlokasi paling dekat dengan sumber gas di Muara Badak.

Konstruksi kilang pun dimulai pada tanggal 26 November 1974 dan dapat diselesaikan 36 bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 5 Juli 1977, dengan mulai dioperasikannya dua train LNG (train A dan B) yang ditandai dengan tetesan LNG perdana. Kilang LNG Badak kemudian diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1977 dan pengapalan LNG pertama dilakukan pada 9 Agustus 1977 ke Senboku, Jepang melalui kapal tanker LNG Aquarius. Pada tahun 1981, perusahaan ini meningkatkan kapasitas train A dan B, sehingga total kapasitas terpasangnya menjadi 4,6 juta ton LNG per tahun. Pada tahun 1983, perusahaan ini mulai mengoperasikan train C dan D, sehingga total kapasitas terpasang dari Kilang LNG Badak menjadi 9,2 juta ton LNG per tahun. Pada tahun 1986, perusahaan ini juga mulai mengoperasikan kilang LPG.

Pada tahun 1989, perusahaan ini mulai mengoperasikan train E dengan kapasitas terpasang sebesar 3,5 juta ton LNG per tahun. Pada tahun 1993, perusahaan ini juga mulai mengoperasikan train F dengan kapasitas terpasang sebesar 3,5 juta ton LNG per tahun. Pada tahun 1998, perusahaan ini mulai mengoperasikan train G dengan kapasitas terpasang sebesar 3,5 juta ton LNG per tahun. Pada tahun 1999, perusahaan ini juga mulai mengoperasikan train H dengan kapasitas terpasang sebesar 3,7 juta ton LNG per tahun.

Pada awal abad ke-21, perusahaan ini pun menjadi produsen LNG terbesar di dunia, karena jika delapan train milik perusahaan ini dioperasikan pada kapasitas penuh, maka perusahaan ini dapat dapat memproduksi rata-rata 140.000 ton meter kubik gas alam per hari, sehingga perusahaan ini dapat memproduksi lebih dari 22 juta ton LNG dan 1,2 juta ton LPG per tahun.

Perusahaan ini juga telah memiliki empat jalur pipa paralel berukuran 36 inci dan 42 inci untuk mengirim gas alam dari ladang-ladang gas di Muara Badak ke kilang milik perusahaan ini di Bontang.

Penurunan produksi

Setelah tahun 2003, produksi LNG dari PT Badak NGL terus menurun karena berkurangnya pasokan gas dari produser gas, yang saat itu 81% pasokan berasal dari ladang gas yang dikelola Total E & P Indonesie. Meski demikan, sampai tahun 2018, produksi LNG dari PT Badak NGL masih merupakan yang terbesar di Indonesia. Di tahun yang sama, PT Badak NGL juga resmi mengoperasikan sarana pengisian bahan bakar (filling station) LNG yang pertama Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.[6][7]

Per 2019, dari delapan train yang ada, yang masih aktif beroperasi hanya tiga train. Dua train memasuk proses decomissioning (sebelum dikembalikan kepada Lembaga Manajemen Aset Negara), satu train dalam proses LTI (Long Term Idle), dan dua train dalam posisi Idle (siaga). Adapun dua train yang idle, siap untuk digunakan sewaktu-waktu bila ada masalah pada train yang sedang beroperasi.[8]

Di tahun 2020, kontrak penjualan gas dengan lima perusahaan yang termasuk dalam "The 1973 contract" yang berakhir pada Desember 2020 resmi tidak diperpanjang, dimana hanya Kyushu Electric Co yang melanjutkan kontrak penjualan sampa 2022 (melalui kontrak yang berbeda).[9]

Kerjasama Dengan Perguruan Tinggi

 
Badak LNG Learning Centre yang sekaligus kampus LNG Academy

Pada tahun 2011, Badak LNG berniat untuk memberikan warisan yang berarti untuk dunia LNG Indonesia khususnya pada bidang pendidikan. Pada tahun yang sama, dibentuklah tim khusus (task force) yang bertugas menyusun program beasiswa bekerja sama dengan suatu perguruan tinggi yaitu Politeknik Negeri Jakarta. Badak LNG dan Politeknik Negeri Jakarta akhirnya bersepakat menjalin kerja sama dan menghasilkan program yang bernama LNG Academy.[10]

Selain itu, Badak LNG juga menjalin kerjasama peningkatan akademik para pekerjanya melalui kelas kerjasama magister dan kelas kerjasama ahli madya. Kelas kerjasama magister diadakan dengan Institut Teknologi Bandung untuk program magister jurusan teknik mesin dan manajemen bisnis. Kelas kerjasama ahli madya dilakukan dengan Politeknik Negeri Samarinda

Pengembangan Bisnis Baru Badak LNG[11]

Dalam dekade terakhir. Badak LNG menyadari bahwa memiliki pengalaman mengoperasikan kilang selama empat dekade merupakan pengalaman berharga. Melalui divisi baru yang dibentuk yaitu Marketing and Business Division (M & BD) yang dipimpin oleh seorang Deputy Director, Badak LNG mulai membagikan pengalaman tersebut melalui pelatihan, asistensi operator lapangan, asistensi "start-up" kilang, dan asistensi teknis bagi klien domestik maupun klien intenasional. Untuk masyarakat umum, Badak LNG menyediakan public training yang terdiri dari: Basic Knowledge of LNG, dan Basic Corrosion & Cathodic Protection.

Klien - klien Badak LNG domestik antara lain adalah:

Klien - klien Badak LNG Internasional antara lain adalah:

  • Angola LNG
  • Cameron LNG
  • Mozambique LNG
  • Yemen LNG
  • Mitsui
  • Chiyoda
  • Dominion Cove Point LNG

Serikat Pekerja

Terdapat dua serikat pekerja (SP) di PT Badak NGL yaitu SP-FPLB dan SP-LNG. Terdapat pula non-SP yang merupakan pekerja PT Badak NGL yang tidak mengkuti kedua SP tersebut:

  • SP-FPLB atau Serikat Pekerja - Forum Pekerja LNG/LPG Badak merupakan SP yang dominan di PT Badak NGL. Lebih dari 80% pekerja PT Badak NGL tergabung pada serikat pekerja ini. SP-FPLB adalah SP yang terdaftar di Kementrian Ketenagakerjaan sebagai SP yang resmi sebagai penyusun Perjanjian Kerja Bersama (PKB) bersama dengan PT Badak NGL.
  • SP-LNG merupakan salah satu serikat pekerja di PT Badak NGL. SP-LNG merupakan SP oposisi dari SP-FPLB.
  • Non-SP merupakan golongan pekerja yang tidak tergabung ke dalam dua SP diatas. Non-SP juga diakui oleh PT Badak NGL dan terdapat ketua golongan non-SP

Terminologi

Terdapat beberapa penyebutan terhadap PT Badak NGL. Diantaranya adalah "LNG Badak", "PT Badak NGL", "PT Badak NGL Co.", "Badak LNG".

  • Penyebutan "PT Badak NGL" adalah yang secara resmi terdaftar pada akta perusahaan dan pada era 1974 - 2000 sering ditambahkan kata "co." yang merupakan kependekan dari "corporation". Terminologi ini yang selalu digunakan pada aktivitas legal / hukum, resmi, dan terkait dengan kontrak.
  • Sedangkan untuk penyebutan "LNG Badak" lebih sering digunakan ketika ajang olahraga yang mewakili nama perusahaan seperti: Tim Voli Bontang LNG Badak (BLB).
  • Badak LNG adalah terminologi baru yang dipopulerkan dan tercantum pada corporate identity PT Badak NGL yang baru. Penyebutan "Badak LNG" dinilai lebih familiar di telinga internasional karena perusahaan lain memakai terminologi dengan format ini. Format terminologi ini sering pula digunakan ketika menjalin kontrak atau agreement dengan pihak dari luar negeri atau internasional.

Daftar Direktur

Jabatan ini sudah ada sejak awal Badak LNG berdiri. Namun, pada awalnya jabatan ini disebut sebagai GM (General Manager) karena mengikuti nomenklatur Pertamina, dan data di bawah ini dimulai sejak tahun 2011 dimana Badak LNG resmi menggunakan nomenklatur Director & COO

  • Sutopo (2010–2012)
  • Rachmad Hardadi (2012–2014)
  • Yhenda Permana (2014–2018)
  • Gitut Yuliaskar (2018–2021)
  • Teten Hadi Rustendi (2021–sekarang)

Pemegang saham[12]

Pertamina Hulu Energi : 55%
Pertamina Pedeve : 15%
VICO Indonesia : 20%
Total E&P Indonesie : 10%

Sumber gas

Badak LNG merupakan perusahaan pengolah gas alam, bukan penghasil gas alam. Penghasil Gas Alam yang akan diolah Badak LNG berasal dari sumur - sumur gas alam blok mahakam yang dikelola oleh beberapa operator sebagai berikut:

Daftar Presiden Direktur Badak LNG

Referensi

  1. ^ "Dewan Direksi". PT Badak NGL. Diakses tanggal 25 November 2023. 
  2. ^ "Dewan Komisaris". PT Badak NGL. Diakses tanggal 25 November 2023. 
  3. ^ a b c d e f "Laporan Tahunan 2022" (PDF). PT Badak NGL. Diakses tanggal 25 November 2023. 
  4. ^ a b "Sekilas Perusahaan". PT Badak NGL. Diakses tanggal 25 November 2023. 
  5. ^ Kartiyoso, Sayogyo (1999). Pelangi di Belantara Kaltim. Bontang: PT Badak Natural Gas Liquefaction. Jakarta: Badak LNG. 
  6. ^ SINERGY Edisi 38. Bontang: Badak LNG. 2018. hlm. 10. 
  7. ^ SINERGY Edisi 43. Bontang: Badak LNG. 2019. hlm. 11. 
  8. ^ 2019 Laporan Tahunan - Komitmen Mempertahankan Keunggulan (PDF). Bontang: Badak NGL. 2020. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-04-26. Diakses tanggal 2021-04-26. 
  9. ^ Agung, Filemon (25 September 2020). ., Handoyo, ed. "Pembeli Jepang tak lanjutkan kontrak, bagaimana nasib industri LNG tanah air?". Kontan.co.id. Diakses tanggal 26 April 2021. 
  10. ^ "Penerimaan LNG Academy". Politeknik Negeri Jakarta. 30 April 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-26. Diakses tanggal 7 Mei 2020. 
  11. ^ "Solutions Badak LNG". Badak LNG. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-26. Diakses tanggal 26 April 2021. 
  12. ^ "Shareholders". Badak LNG. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-14. Diakses tanggal 7 Mei 2020. 
  13. ^ Aliev, Andi (1 Januari 2018). "1 Januari 2018, Pertamina Hulu Mahakam Resmi Kelola Blok Mahakam". Warta Ekonomi. Diakses tanggal 7 Mei 2020. 
  14. ^ Arvirianty, Anastasia (25 Oktober 2018). "Pertamina Resmi Kelola Blok East Kalimantan Bekas Chevron". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 7 Mei 2020. 
  15. ^ Movanita, Ambaranie Nadia Kemala (08 Agustus 2018). Jatmiko, Bambang Priyo, ed. "Resmi, Blok Sanga Sanga Kini Dikelola Pertamina Hulu". Kompas.com. Diakses tanggal 7 Mei 2020. 
  16. ^ Wicaksono, Pebrianto Eko (4 Desember 2018). Putra, Idris Rusadi, ed. "Eni Indonesia Jadi Perusahaan Eksplorasi Pertama Ubah Kontrak Jadi Gross Split". Merdeka.com. Diakses tanggal 7 Mei 2020. 

Lihat pula

Pranala luar