Arsyad Indradi (lahir 31 Desember 1949), lebih dikenal dengan nama Abah Arsyad adalah sastrawan dan penari berkebangsaan Indonesia. Sejak kecil, Arsyad sudah mengakrabi dunia seni tari. Arsyad menerima sejumlah penghargaan atas prestasi seninya.[1]

Arsyad Indradi
Arsyad Indradi
Lahir31 Desember 1949 (umur 75)
Barabai, Kalimantan Selatan, Indonesia
Nama lainAbah Arsyad
Pekerjaan
Tahun aktif1992—sekarang
Suami/istriMisrah
Anak3

Kehidupan awal

Arsyad Indradi lahir dan dibesarkan di Barabai, Kalimantan Selatan. Dia mulai mencintai sastra khususnya puisi sejak duduk di bangku SMP (1967). Kegemarannya akan dunia sastra semakin meningkat saat ia melanjutkan pendidikan di PGSLP Banjarmasin (1973). Saat ia menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat, ia mulai menulis puisi. Puisi-puisinya banyak diterbitkan di berbagai media massa.

Karier

Pada tahun 1970, ketika menjadi mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat, ia mulai menulis puisi. Puisi-puisinya banyak diterbitkan di berbagai media cetak di Banjarmasin, seperti Banjarmasin Post, Dinamika Berita, Gawi Manuntung, Bandarmasih dan lain-lain. Sejak di SMA dan di Fakultas Hukum ikut bergabung di Lesbumi Banjarmasin dan Sanggar Budaya Kalimantan Selatan. Tahun 1972 keluar dari Lesbumi dan mengaktifkan diri di Sanggar Budaya Kalimantan Selatan. Tahun 1972 bersama Bachtiar Sanderta,Ajamuddin Tifani, Abdullah SP dan lain–lain ( mantan anggota Lesbumi) mendirikan Teater Banjarmasin khusus menggeluti teater tradisional Mamanda.

Arsyad aktif menjadi juri lomba baca puisi, juri festival lagu dan menggeluti dunia tari. Tahun 1992, ia menggagas dan mendirikan Dewan Kesenian Banjarbaru bersama seniman-seniman Banjarbaru. Bergabung pada Komunitas Kilang Sastra Batu Karaha Banjarbaru (1996-2004), mendirikan dan terpilih sebagai ketua Kelompok Studi Sastra Banjarbaru/KSSB (2004).[2]

Di luar dunia sastra, Arsyad tercatat pernah bergabung di Lesbumi Banjarmasin, aktif di Sanggar Budaya Kalimantan Selatan, serta mendirikan Teater Banjarmasin yang khusus menggeluti teater tradisional Mamanda. Ia juga pernah ia diundang Majelis Bandaraya Melaka Bersejarah pada acara Pesta Gendang Nusantara 7 Malaysia (2004).

Kehidupan pribadi

Meskipun sudah pensiun dari pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan dinas pendidikan, Arsyad masih tetap produktif menulis karya sastra, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Banjar.[3]

Kasus

Tahun 2004, bersama 15 seniman Banjarmasin, ia juga pernah dijebloskan ke penjara dan dikenai tahanan luar selama 3 bulan karena mengadakan Aksi Solidaritas dengan turun ke jalan untuk menyuarakan ketidakpastian hukum di Indonesia.[4][5]

Karya tulis

Buku

  • Nyanyian Seribu Burung (2006)
  • Romansa Setangkai Bunga (2006)
  • Narasi Musafir Gila (2006)
  • 142 Penyair Menuju Bulan (2006)
  • Anggur Duka (2009)
  • Kalalatu (2006)
  • Burinik (2009)
  • Jejak Berlari (1970)
  • Panorana (1972)
  • Tamu Malam (1992)
  • Jendela Tanah Air (1995)
  • Rumah Hutan Pinus (1996)
  • Gerbang Pemukiman (1997)
  • Bentang Bianglala (1998)
  • Cakrawala (2000)
  • Bahana (2001)
  • Tiga Kutub Senja (2001)
  • Bulan Ditelan Kutu (2004)
  • Bumi Menggerutu (2004)
  • Baturai Sanja (2004)
  • Anak Jaman (2004)
  • Dimensi (2005)
  • Seribu Sungai Paris Barantai (2006)
  • Penyair Kontemporer Indonesia dalam Bahasa China (2007)
  • Kenduri Puisi Buah Hati Untuk Diah Hadaning (2008)
  • Tarian Cahaya Di Bumi Sanggam (2008)
  • Bertahan Di Bukit Akhir (2008)
  • Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009)
  • Konser Kecemasan (2010)
  • Puisi Menolak Korupsi (2013)
  • Memo Untuk Presiden (2014)

Filmografi

Film

Tahun Judul Peran Catatan
2024 Badrun & Loundri Pak Ali

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Website resmi Taman Ismail Marzuki Diarsipkan 2015-02-27 di Wayback Machine., diakses 27 Februari 2015
  2. ^ Penyair Nusantara, diakses 27 Februari 2015
  3. ^ Sastra Banjar, diakses 27 Februari 2015
  4. ^ Melayu Online Diarsipkan 2015-02-27 di Wayback Machine., diakses 27 Februari 2015
  5. ^ Karya Puisi Diarsipkan 2015-03-20 di Wayback Machine., diakses 27 Februari 2015