Suara Muhammadiyah
Suara Muhammadiyah (pada awal terbit tertulis Soewara Moehammadijah, selanjutnya disingkat SM) adalah majalah yang diterbitkan oleh organisasi pergerakan Islam Muhammadiyah sejak tahun 1915.[1] Majalah ini merupakan salah satu media massa tertua di Indonesia yang pernah terbit dan tak pernah berhenti terbit hingga kini.[2][3]
Kategori | Majalah Islam |
---|---|
Frekuensi | Dua bulanan |
Penerbit | Pimpinan Pusat Muhammadiyah |
Terbitan pertama | 1915 |
Perusahaan | PT Syarikat Cahaya Media |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Indonesia |
Situs web | suaramuhammadiyah |
ISSN | 0215-7381 |
SM memuat berbagai artikel yang mengandung unsur-unsur pendidikan, ajaran Islam, sosial, ekonomi, dan pengetahuan umum. Majalah ini turut berperan pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia.[2][3]
Sejarah
Terbit pertama kali di Yogyakarta pada 1915, tiga tahun setelah Muhammadiyah didirikan oleh Ahmad Dahlan. Awalnya, SM hadir sebagai majalah bulanan dengan bahasa Jawa di bawah pengelaan Bagian Taman Pustaka Hoofdbestuur (HB) Muhammadiyah Yogyakarta. SM terbit sebulan sekali setiap tanggal 1. Pada awal penerbitannnya, SM mengusung slogan "memuat keterangan tentang agama Islam" dan "keterangan lain-lainnya yang perlu".[2][3]
Pemimpin redaksi SM pertama adalah Haji Fachrodin dengan jajaran redaksi yang terdiri dari Ahmad Dahlan, H.M. Hisjam, R.H. Djalil, M. Siradj, Soemodirdjo, Djojosugito, dan R.H. Hadjid. Adapun urusan administrasi ditangani oleh H.M. Ma’roef dan Achsan B. Wadana.[2]
Pada 1922, SM mulai menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Setahun berikutnya, SM sudah sepenuhnya mengadopsi bahasa Melayu yang kala itu merupakan salah satu wujud dukungan terhadap emansipasi sosial-politik pribumi dan sikap anti-kolonialisme Belanda. Pada 1924, SM memperkenalkan kata “Indonesia” dalam sebuah tulisannya. Berikutnya, lewat sebuah tajuk pada 1933, redaktur SM menyeru para anggotanya untuk mulai melazimkan pemakaian bahasa Indonesia, terutama di forum resmi. SM menyinggung suasana kongres Muhammadiyah pada tahun tersebut yang sebagian pesertanya masih berkomunikasi dengan bahasa Jawa.[2][3]
Saat ini, SM terbit dalam versi digital dan cetak setiap dua bulan sekali dengan mengusung slogan “Meneguhkan dan Mencerahkan”. SM dikelola oleh kader Muhammadiyah yang tergabung dalam PT Syarikat Cahaya Media dengan Direktur Utama Deni Asy’ari.[4][5]
Penghargaan
Museum Rekor Indonesia mencatatkan SM sebagai "Majalah Islam yang Terbit Berkesinambungan Terlama" pada 11 Oktober 2016. Pada 30 Agustus 2017, SM mendapatkan Penghargaan Serikat Perusahaan Pers untuk kategori "Salah Satu Majalah Tertua Di Indonesia".[3][5]
Dalam Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Padang pada 9 Februari 2018, SM mendapatkan penghargaan dari Panitia Pusat HPN untuk kategori Kepeloporan sebagai Media Dakwah Perjuangan Kemerdekaan RI dalam Bahasa Indonesia.[3][6]
Lihat pula
Referensi
- ^ "Tentang Suara Muhammadiyah - Suara Muhammadiyah". web.suaramuhammadiyah.id. 2020-04-02. Diakses tanggal 2024-02-26.
- ^ a b c d e Administrator (2015-07-04). "Seabad 'Soeara Moehammadijah'". Tempo.co. Diakses tanggal 2020-10-22.
- ^ a b c d e f Muhammad Yuanda Zara. "Suara Muhammadiyah dan Jurnalisme Kaum Modernis". tirto.id. Diakses tanggal 2020-10-22.
- ^ "Tentang Suara Muhammadiyah". Suara Muhammadiyah. 2020-04-03. Diakses tanggal 2020-10-22.
- ^ a b "Suara Muhammadiyah dan Hari Pers Nasional". Republika Online. 2018-02-06. Diakses tanggal 2020-10-22.
- ^ "SM Raih Penghargaan Prestisius di Hari Pers Nasional 2018". Suara Muhammadiyah. 2018-01-27. Diakses tanggal 2020-10-22.