Kepaksian Sekala Brak

kerajaan di Asia Tenggara
Revisi sejak 17 Maret 2024 05.17 oleh Claralarisa (bicara | kontrib) (Membalikkan revisi 25443725 oleh Hysocc (bicara))

Kepaksian Sekala Brak adalah kerajaan bercorak Islam di wilayah Lampung sekarang yang berdiri sekitar abad ke-13, pada hari Rabu 24 Agustus 1289 M.[1][2] Istana Sekala Brak di selatan Pulau Sumatra, tepatnya di Lampung. Istananya disebut Gunung Dalom.

Sejak kerajaan sekala brak bergejolak, suku kayangan dan nekhima mendirikan Kedataan Sriwijaya Alkisah mewujudkan Paksi Pak Kepaksian Sekala Bekhak, semenjak keemasan Ratu Ngegalang Paksi berpindah ke Pesangerahan, hal turun Umpu Pernong dan ketiga saudaranya mendirikan Kesultanan atas terminologi Kepaksian Sekala Brak hingga saat ini.[3]

Etimologi

Kawasan Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung sebagai pijakan awal penyebaran Islam di Lampung.[4] Pangeran di kesultanan Kepaksian Sekala Brak Lampung istana Gedung Dalom (GedungDalom), memperoleh gelar sultan dari sultan Ottoman yang ditandai dengan pemberian dua buah pedang istanbul dan kain kiswah hitam bertuliskan "Lailahaillallah Muhammadarrasulullah" dari Kesultanan Utsmaniyah sebagai tanda kekuasaan kesultanan penyebaran Islam.[5][6] Peradaban permukiman muncul pada tahun 2500 SM, pemukimannya berada di Sakhmawon Lampung Barat tepatnya di lereng Pegunungan Bukit Barisan hingga menempati permukiman tengkuk Bukit Bakar (Gunung Pesagi), suku bangsa tersebut berkembang pada tahun 200 SM, pada masa ini terdapat tiga suku dengan suku Kayangan, Nekhima dengan kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa.[3] dan yang terpisah dari suku ini dengan keyakinan animisme. Pada tahun 340 M penyebaran suku-suku mulai meluas ke daerah lain.[3] Suku Kayangan mendirikan kedatuan Sriwijaya yang berpusat di antara dua gunung yaitu Pesagi Lunik dan Pesagi Balak, dan menjadi kesultanan besar pada tahun 671 M.[3]

Sriwijaya suku yang menganut kepercayaan Hindu-Buddha mendirikan kerajaan di pulau Jawa pada tahun 753 M dan membangun biara-biara di India. [3] Sriwijaya suku Kayangan menjalin hubungan diplomatik dengan Kekhalifahan Islam Bani Umayyah di Arab Saudi.[3] Di lereng Gunung Pesagi hidup dua suku, satu suku yang mempunyai kepercayaan animisme (Hindu-Buddha), bermukim di Bunuk Tenuakh hakha kuning, komunitas ini menamakan dirinya Singhasari, yang didirikan sebagai sebuah kerajaan pada abad ke-13 M dengan raja Sekerummong yang berkuasa.[3] Pada tahun 1289 Ratu Sekerummong ditaklukkan dan digulingkan oleh Kekhalifahan Mujahit penyebar Islam yang datang dari pesisir Utara Sumatera hingga berdirinya Paksi Pak Kepaksian Sekala Brak berpusat di Hanibung Batu Brak.[3][7]

Pada abad ke-16, terjadi hubungan antara Kepaksian Sekala Brak dengan Inggris, Portugal, Amerika Serikat, Australia, Arab dan VOC, aliansi dagang Belanda yang memonopoli kegiatan dalam hubungan dagang.[3]

Keberadaan negara-negara imperialis tersebut memberikan dampak positif, memperkuat teori sejarawan Prof. Dr. Aloysius Sartono ataupun Gallo-Ital k, dalam bahasa Roman, bahwa keberadaan negara-negara imperialis juga memberikan kontribusi positif terhadap terbentuknya integrasi nasional Sejarah Indonesia.[8] Hal ini menunjukkan kontribusi tarikh dalam memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia.[8] Kepaksian Sekala Brak secara umum tidak bisa dimaknakan bebagai kerajaan politik melainkan sebuah Kesultanan kerajaan adat, sekala brak, dalam bahasa daerah disebut Saibatin.[8]

Sejarah

Lampung sebelumnya wilayah semula penduduk beragama Islam dan naga-naganya bercorak Hindu, dua peradaban kebudayaan ini diperkirakan masyarakat telah ada pada abad ke-25 SM permukiman yang didirikan oleh tiga suku, satu suku telah punah keberadaannya di maritim Asia Tenggara yakni Suku Tumi.[3] Pada abad ke-19 M,terjadi ledakan besar Gunung Krakatau tahun 1883 yang menyebabkan hancurnya kaldera.[9].[10] Pada saat itu terjadi langit yang gelap, suhu lingkungan menurun dan terbentuknya salah satu selat di dunia.[10]

  • Selat Sunda pada abad ke-7, wilayah ini dikuasai Sriwijaya dibuktikan dengan adanya prasasti Sriwijaya di Sumatra.
  • Pada abad ke-12 M, tahun 1183 M wilayah Sriwijaya Hindu-Buddha di Palembang dikuasai Singosari, dengan adanya Ekspedisi Pamalayu Sriwijaya dan singosari bersekutu menyatu dengan lafal Singhasari.[3]
  • Pada abad ke-13, tahun 1275 M, Semenanjung Malaya dikuasai oleh Singhasari berganti lafaz Majapahit lalu Majapahit pada tahun 1285 M Adityawarman mengutus sebagai pimpinan pulau Jawa dibawah Komando Majapahit.[11][3]
  • Pada abad ke-14, tahun 1398 M seorang pejabat majapahit dari Sumatra berhasil meloloskan diri dan menetap di Malaka wilayah, mendirikan Kerajaan Malaka pada tahun 1402 M.[3]
  • Pada abad ke-16, tahun 1507 M kerajaan Aceh menjadi kesultanan Islam, lalu pada tahun 1600 erupsi gunung sinabung di dataran tinggi Karo.[3][12][13]
  • Pada abad ke-18, tahun 1800 M VOC secara resmi memisahkan diri dalam perang Nepoleon.
  • Pada abad ke-17 M, tepatnya tahun 1829 Pangeran Sampurna Jaya Dalom Permata Intan menulis Surat Lampung.
  • Pada abad ke-20 M, tepatnya tahun 1933 terjadi letusan Gunung Suoh Pegunungan Bukit Barisan di lembah yang mengeluarkan aroma belerang disertai kepulan asap tebal berwarna abu-abu dan air panas. Sebagian besar warga Suoh meninggalkan desanya.[14]

Pada masa penjajahan di nusantara, timbul pertikaian, termasuk dari kerajaan-kerajaan nusantara, tahun 1529-Oktober 1928. Penjajahan terlama di nusantara adalah Belanda, mulai tahun 1602-1942. Sebagai satu kesatuan tekad kerajaan-kerajaan, pemuda dan seluruh masyarakat nusantara untuk bersatu membentuk bangsa dan tanah air Indonesia yang satu. Peluang untuk memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia muncul ketika Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Hal ini menyebabkan terjadinya kekosongan kekuasaan dan meningkatkan semangat pemuda Indonesia untuk memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi Mohammad Hatta di sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta Pusat. Kesultanan Kepaksian Sekala Brak masih mewariskan keturunan sampai sekarang yang melestarikan adat dan budaya Paksi Pak Kepaksian Sekala Brak di Sekala Brak.[15][3][16].

Kebudayaan dan Akidah

Sekala brak artinya titisan dewa. Kepaksian Sekala Brak merupakan kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam menjadi kesultanan Islam Kerajaan adat paksi pak sekala brak. Mujahid putra Umpu Ngegalang Paksi penyebar agama Islam umat Muhammad SAW yang berdasarkan Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad gelar Shalallahu Alaihi Wassalam.[17] Yang datang dari Arabia kemudian Pasai, sesampainya di tanjung Minangkabau, kemudian setelah berdirinya kerajaan, mereka pergi ke Padang Bindu dan kemudian melihat sebuah negeri yang sebagian beragama animisme.[17] Kukim, lalu penaklukan pada tanggal 29 Rajab 688 Hijriyah dan berdirinya Paksi Pak Kepaksian Sekala Brak di hanibung Humatang Sulang sejak terbunuhnya raja Singhasari 1289 M.[17][3] Dapat dipukul dan mundur. Sehingga para pengikut mereka menyebutkan Syahadat.[17] Metode yang digunakan oleh para Umpu, penyampaian agama Islam kepada masyarakat meliputi unsur Al-Quran, Syahadat dan shalawat Nabi Muhammad SAW.[17] Masyarakat menyaksikan pertunjukan membaca Al-Quran agar mengenal Islam lebih baik sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang ingin mengenali Islam sebagai agamanya.[17]

Penobatan

Pada hari sabtu 15 Syawal 1409 Hijriyah penobatan Sultan Sekala Brak Yang Ke-23 Bertahta di Gedung Dalom istana Kepaksian, simbol penobatan pewaris jabatan pemegang kekuasaan tersebut prosesi penyerahan Keris Rakian Naga Batu Handak oleh Sultan pangeran Maulana Balyan kepada Pangeran Edward Syah Pernong, penyerahan simbol tersebut diwakilkan Sultan kepada pemapah dalom

Prosesi Adat Kesultanan

Angkon Muakhi merupakan prosesi adat pengangkatan kerabat kerajaan Kesultanan. Siapa pun yang di tunjuk mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan Kerajaan dan sebaliknya, masyarakat Kesultanan mempunyai kewajiban untuk melindunginya sesuai adat[18]

Kedudukan Gelar Tradisional

Gelar Sultan hanya utuk Saibatin.[19] Gelar Dalom dan Pangeran juga melekat pada Sultan sedangkan permaisuri Sultan bergelar Ratu.[19] Kemudian dalam stratifikasi gelar-gelar yang berkaitan dengan kedudukan struktur tradisional dalam masyarakat berturut-turut adalah sebagai berikut;

  1. Sultan.
  2. Raja.
  3. Batin.
  4. Radin.
  5. Minak.
  6. Kimas.
  7. Emas.[19]

Saibatin dimaknai sebagai satu orang pemilik. Saibatin kedau harkat, pemilik rakyat, Saibatin kedau pemanohan, Saibatin kedau pusaka, Saibatin kedau pepaduan, pemilik singgasana, Saibatin kedau bumi keratuan, pemilik wilayah kerajaan, Saibatin Mejong di hejongan, menduduki tahta.[19]

Galeri

Referensi

  1. ^ https://arrahim.id/alvina/jejak-islam-di-tanah-sang-bumi-ruwai-jurai-lampung/
  2. ^ https://metropolis.co.id/2018/08/14/4-umpu-sekala-brak-lampung-anak-raja-pagaruyung-minangkabau/
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p https://annirell.com/sejarah-pulau-sumatera-swarnabhumi-swarnadwipa/14/12/2022/
  4. ^ https://harianrakyatbengkulu.bacakoran.co/read/3996/kenali-2-suku-di-provinsi-lampung-ini-sejarah-hingga-kebiasaan-adatnya
  5. ^ https://intisari.grid.id/read/033777725/belanda-sampai-gemetar-ini-sosok-dahlom-dani-pangeran-dari-lampung-yang-dikenal-sampai-turki?page=all
  6. ^ https://edoo.id/2023/12/mengenal-5-istana-kerajaan-di-indonesia-yang-masih-berdiri-kokoh/
  7. ^ https://www.gramedia.com/literasi/-kerajaan-islam-di-sumatera/
  8. ^ a b c https://eperpus.kemenag.go.id/bdk-aceh/index.php?p=show_detail&id=161
  9. ^ Abdurrachman, M., Widiyantoro, S., Priadi, B., dan Ismail, T. (2018). Geochemistry and Structure of Krakatoa Volcano in the Sunda Strait, Indonesia. Geosciences, 8(4), 111.https://www.mdpi.com/2076-3263/8/4/111
  10. ^ a b https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/peringati-140-tahun-letusan-g-krakatau-mitigasi-bencana-geologi-sebuah-keharusan#:-:text=Gunung%20Krakatau%20mengeluarkan%20energinya%20tepat,di%20akhir%20Perang%20Dunia%20II
  11. ^ Kitab Negara Kertagama | Perpustakaan Balai Arkeologi D.I.Y. http://perpusbalarjogja.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=222&keywords=
  12. ^ "4 Umpu Sekala Brak Lampung 'Anak Raja Pagaruyung Minangkabau'". Metropolis.co.id. 14 Agustus 2018. Diakses tanggal 2022-08-25. 
  13. ^ developer, lampost co (2018-12-18). "Sekala Brak Menjawab Sejarah". lampost.co. Diakses tanggal 2021-04-11. 
  14. ^ https://jelajah.kompas.id/ekspedisi-cincin-api/baca/gempa-mengintai-suoh-yang-subur/
  15. ^ https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-kalbar/baca-artikel/13926/Tegakkan-Pancasila-NKRI-Jaya.html
  16. ^ Raditya, Iswara N. "Mengenal Kerajaan Sekala Brak sebagai Leluhur Lampung". tirto.id. Diakses tanggal 2021-04-10. 
  17. ^ a b c d e f https://id.scribd.com/document/632050614/Untitled
  18. ^ https://www.dpd.go.id/daftar-berita/ketua-dpd-ri-diangkat-saudara-dan-dianugerahi-gelar-adat-dari-kerajaan-sekala-brak-kepaksian-pernong
  19. ^ a b c d https://www.pariwisatalampungbarat.com/2020/04/kerajaan-adat-paksi-pak-sekala-brak-i.html?m=1
  20. ^ https://edoo.id/2023/12/mengenal-5-istana-kerajaan-di-indonesia-yang-masih-berdiri-kokoh/

Pranala luar