Museum Kesultanan Bulungan
Museum Kesultanan Bulungan merupakan salah satu museum bersejarah yang berada di Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Museum Kesultanan Bulungan menempati bangunan yang sebelumnya bangunan Istana Kesultanan Bulungan. Bangunan Museum Kesultanan Bulungan saat ini merupakan bangunan istana yang dibangun kembali oleh Pemerintah Kabupaten Bulungan.[1]
Didirikan | 1994 |
---|---|
Lokasi | Central Tanjung Palas, Tanjung Palas, Bulungan Regency, North Kalimantan 77211 |
Jenis | Museum |
Situs web | https://museum.co.id/directory-museum/listing/museum-kesultanan-bulungan/ |
Bangunan Istana Kesultanan Bulungan yang terbakar pada tahun1964 dibangun kembali dan difungsikan sebagai museum. Museum Kesultanan Bulungan menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Bulungan. Lokasi Museum Kesultanan Bulungan berada di seberang Sungai Kayan dekat dengan ibukota Kalimantan Utara, Tanjung Selor tepatnya di Jalan Kasimuddin, Kecamatan Tanjung Palas.[2]
Sejarah
Kesultanan Bulungan berdiri pada abad ke-16 Masehi dan berjaya pada sekitar tahun 1771 hingga 1938 Masehi. Pada masa berjayanya Kesultanan Bulungan tidak memungut adanya upeti dari kesultanan terhadap rakyat Bulungan.[3] Wilayah kekuasaan Kesultanan Bulungan meliputi Bulungan, Tana Tidung, Malinau, Nunukan, Tarakan, bahkan hingga Jawi (kini Sabah) Malaysia.[4]
Bangunan Istana Kesultanan Bulungan yang saat ini menjadi museum merupakan bangunan Istana yang dibangun ulang (replika) paska tragedi Bultiken yang terjadi pada tahun 1964. Bultiken adalah akronim untuk Bulungan, Tidung, dan Kenyah. Tragedi Bultiken mengakibatkan terbakarnya bangunan Istana Kesultanan Bulungan dan banyak bangsawan Kesultanan Bulungan hilang termasuk Datu Mukemat, Raja Muda (Sultan Bulungan) yang hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya.[5][6]
Setelah peristiwa kebakaran yang terjadi dalam tragedi Bultiken, Pemerintah Kabupaten Bulungan secara resmi pada tahun 1998 membangun ulang bangunan Istana Kesultanan Bulungan dan memfungsikan bangunan tersebut sebagai museum. Dalam tragedi Bultiken banyak harta benda kesultanan yang terbakar, hilang dan rusak, beberapa benda peninggalan Kesultanan Bulungan yang masih bisa diselamatkan kemudian menjadi benda koleksi museum sampai saat ini.[1][7]
Koleksi
Pangunjung museum bisa menjumpai dan melihat benda-benda peninggalan Kesultanan Bulungan yang terletak di bagian dalam Museum Kesultanan Bulungan. Benda-benda koleksi Museum Kesultanan Bulungan memiliki nilai sejarah yang tinggi sebagai bukti masa kejayaan Kesultanan Bulungan dan bukti nyata peradaban masyarakat Bulungan.[1]
Beberapa benda koleksi Museum Kesultanan Bulungan merupakan benda replika, hal tersebut dikarenakan benda aslinya sudah rusak, hal ini disebabkan adanya tragedi Bultiken.[5] Benda replika yang saat ini dapat dijumpai diantaranya: tempat penobatan/ singgasana sultan, tempat pernikahan, tempat tidur sultan, dan pakaian kebeseran Sultan Bulungan. Benda peninggalan lain yang masih asli juga bisa dijumpai pengunjung museum seperti piring, keris, senjata, meja, kursi, foto-foto dari masa Kesultanan Bulungan.[1]
Ada juga benda peninggalan Kesultanan Bulungan yang berada di halaman museum berupa meriam-meriam tua yang dulunya merupakan pemberian dari Kerajaan Belanda. Kesultanan Bulungan memiliki hubungan istimewa dengan Kerajaan Belanda. Hubungan istimewa ini bisa tergambar dari salah satu foto koleksi Museum Kesultanan Bulungan yang mengabadikan momen penobatan Sultan Maulana Moehamad Djalaludin yang dihadiri perwakilan Kerajaan Belanda, dan ada juga foto saat Sultan menghadiri undangan pernikahan Ratu Juliana.[8]
Kesultanan Bulungan juga pernah memiliki sebuah kapal yang bernama Boelongan Nderland. Kapal tersebut hadiah dari Ratu Wihelmina yang saat itu memimpin Kerajaan Belanda. Kapal Boelongan Nderland terbuat dari baja anti karat. Bukti adanya Kapal Boelongan Nderland ini dapat dilihat melalui salah satu koleksi foto di Museum Kesultanan Bulungan.[8]
Masjid Kasimuddin
Peninggalan Kesultanan Bulungan selain museum yang saat ini masih bisa dilihat dan memiliki nilai sejarah erat masa pemerintahan Kesultanan Bulungan adalah Bangunan Masjid Kasimuddin yang di bangun pada tahun 1929. Masjid ini terletak di Desa Tanjung Palas Tengah, Kecamatan Tanjung Palas.[9] Salah satu keunikan dari Masjid Kasimuddin adalah masjid ini tidak memiliki jendela, tetapi pada bangunan masjid terdapat 11 pintu.[10] Dari segi arsitektur bangunan masjid terlihat sederhana semi permanen. Bahan dasar bangunan masjid menggunakan kayu ulin yang dikombinasikan dengan beton. Pondasi bangunan dan lantai masjid terbuat dari semen dengan batu berlapis ubin. Ubin lantai masjid bermotif arsitektur bangunan Eropa yang diimpor dari Belanda.[10]
Referensi
- ^ a b c d Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2018). KATALOG MUSEUM INDONESIA JILID II (PDF). DKI Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 336. ISBN 978-979-8250-67-5.
- ^ "Museum Kesultanan Bulungan Direnovasi". Korankaltara.com. 2019-03-14. Diakses tanggal 2021-02-06.
- ^ Liputan6.com (2016-02-15). "Bulungan, Kerajaan Besar di Kalimantan yang Terlupakan". liputan6.com. Diakses tanggal 2021-02-05.
- ^ indonesia.go.id, K-HL (23 September 2019). "Kesultanan Bulungan yang Enggan Berperang". indonesia.go.id. Diakses tanggal 5 Februari 2020.
- ^ a b Raditya, Iswara N. "Tragedi Pembantaian Bulungan di Perbatasan Malaysia". tirto.id. Diakses tanggal 2021-02-06.
- ^ "Malam Jahanam di Bulungan". Lentera Timur (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-06.
- ^ "Wisata Sejarah". bulungan.go.id. Diakses tanggal 2021-02-04.
- ^ a b Permana, Tedi. "Kabupaten Ini Tak Dijajah Belanda dan Kini Status Istimewanya Hilang". detikTravel. Diakses tanggal 2021-02-06.
- ^ "Pustaka Borneo". pustakaborneo.id. Diakses tanggal 2021-02-05.
- ^ a b Liputan6.com (2016-08-13). "Masjid Tanpa Jendela Tempat Pembaringan Raja Bulungan". liputan6.com. Diakses tanggal 2021-02-06.