Kertabhumi

Raja Majapahit
Revisi sejak 2 April 2024 19.14 oleh Raden Salman (bicara | kontrib) (Penghapusan hanyalah upaya politik untuk mengaburkan sejarah, maka sudah pantas untuk di kembalikkan revisi 25500959 oleh Vëantur07 (bicara))

Bhre Kertabhumi / [1] / Dyah Singhanegara / Dyah Singhawardhana /Raden Alit/ R. Angkawijaya atau Kung-ta-bu-mi atau disingkat Brawijaya V adalah raja Majapahit Wangsa Rajasa terakhir (Brawijaya ingkang Pamungkas) yang hidup pada tahun 1405 - 1478 , dan berkuasa sebagai raja dari tahun 1468 sampai 1474 berkedudukan di Kertabhumi / wilwatiktapura / Daerah Ibukota Kerajaan Majapahit , Trowulan, Mojokerto. Beliau merupakan putra bungsu Rajasawardhana (Raja Majapahit ke-8).

Prabu Singhanegara
Bhre Kertabhumi
Maharaja Majapahit ke 11
Berkuasa1468-1474
PendahuluSuraprabhawa
PenerusDyah Ranawijaya
Kematian1478
Pasangan
Keturunan
Pernikahan dengan Dewi Dwarawati Sepuh :
Pernikahan dengan Dewi Kian / Dwarawati Muda :
Pernikahan dengan Dewi Wandan Kuning :
AyahRajasawardhana
IbuManggalawardhani Bhre Tanjungpura

Nama beliau dikenal melalui Prasasti Jiyu, Serat Pararaton, Kakawin Banawa Sekar, Suma Oriental, Babad Tanah Jawi, Serat Kanda dan Serat Pranitiradya.

Prabu Kertabhumi merupakan Raja dari Dinasti Rajasa yang terakhir (Dinasti Rajasa adalah dinasti keturunan Ken Arok), yang setelah itu digulingkan oleh sepupunya, Adipati Kediri zaman majapahit yaitu Girindrawardhana Dyah Ranawijaya.

Merebut Takhta Majapahit

Menurut Pararaton, pada tahun 1468, Bhre Kertabhumi melakukan pemberontakan terhadap pamannya yang bernama Suraprabhawa (Singhawikramawardhana), adik Rajasawardhana, karena ia adalah putra Rajasawardhana, yang merasa lebih berhak atas takhta Majapahit dibanding pamannya itu. Pemerintahan Suraprabhawa berakhir tahun 1468 dan digantikan oleh keponakannya, yaitu Bhre Kertabhumi putra Rajasawardhana. Suraprabhawa beserta keluarganya kemudian melarikan diri ke daerah Keling, Daha. Pararaton memang tidak menyebut dengan jelas kalau Bhre Kertabhumi adalah raja yang menggantikan Suraprabhawa. Justru dalam kronik Cina dari Kuil Sam Po Kong, diketahui kalau Kung-ta-bu-mi adalah penguasa Majapahit yang memerintah sampai meninggal pada tahun 1478.

Dikalahkan Girindrawardhana

Menurut Prasasti Petak dan Prasasti Jiyu yang dibuat tahun 1474, oleh Dyah Ranawijaya (Girindrawardhana).Dyah Shingawardhana / Bhre Kertabhumi dikalahkan oleh Dyah Ranawijaya, raja Majapahit yang sejak tahun 1474 menggantikan Singhawikramawardhana. Hal ini diperkuat juga dalam Prasasti Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Bhre Kertabhumi,[2] serta memindahkan ibu kota Majapahit ke Daha (Kediri). Bhre Kertabhumi kemudian melarikan diri ke daerah Demak. Peristiwa perebutan kekuasaan ini kemudian memicu perang antara Majapahit melawan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Bhre Kertabhumi. Hingga pada tahun 1478, setelah Bhre Kertabhumi wafat, Raden Patah putra Bhre Kertabhumi mendirikan Kerajaan Demak dan memisahkan diri dari Majapahit.

Keluarga dan keturunan

 

  • Kakek: Kertawijaya (Brawijaya I)
  • Ayah: Rajasawardhana
  • Ibu: Manggalawardhani Bhre Tanjungpura
  • Saudara:
  • Istri :
    • Dewi Amarawati/dwarawati (champa)
    • Siu Ban Chi (tiongkok)
    • Dewi Wandhan Kuning (sulawesi)
    • Dewi Kian (cina palembang)
  • Anak:
    • Ratu Ratna Pambayun(mojokerto)
    • Raden Patah (demak)
    • Bondan Kajawan (mataram)
    • Bathara Katong (wengker)
    • Raden Jaka Ketul
    • Harya Tarunaba/jokoKretek(makasar)
    • Harya Dilah (palembang)
    • Jaran Panoleh (songenep)
    • Harya Dewa Ketuk (bali)
    • Harya prabangkara (pergi ke cina)
    • Harya Kuwik (borneo)
    • Jakasujalma (suralegawa/blambangan)
    • Raden Surenggana (perang demak)
    • Retno bintara (nusa barung)
    • Retnokedaton(umbul kendat pengging)
    • Retno Kumolo (jipang)
    • jaka mulya gajah premada (sragen)
    • Retno Marlangen (Lowano)
    • Raden Gugur/sunan Lawu
    • DLL


  • Cucu:
    • Pati Unus
    • Trenggana
    • Nyai Ageng Ngerang
    • Ki Getas Pandawa
    • Ki Ageng Wanasaba, lainnya
    • kebo kanigoro
    • kebo amiluhur
    • kebo kenongo

Referensi

  • Babad Majapahit dan Para Wali (Jilid 3). 1989. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
  • Babad Tanah Jawi. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
  • H.J. de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
  • J.L.A. Brandes, 1897, Pararaton (Ken Arok) of het boek der Koningen van Tumapěl en van Majapahit. Uitgegeven en toegelicht. Batavia: Albrecht; 's Hage: Nijhoff. VBG 49.1.
  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS
  1. ^ Fakir, Suparman Al (2023-10-12). BABAD GLAGAHWANGI. Uwais Inspirasi Indonesia. ISBN 978-623-133-157-1. 
  2. ^ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.