Syekh Jumadil Qubro

Revisi sejak 4 April 2024 02.21 oleh Avamauza (bicara | kontrib) (Mengembangkan artikel Perbaikan kesalahan gaya/tata letak Mengembangkan artikel Perbaikan kesalahan gaya/tata letak)

Syekh Jumadil Qubro berasal dari Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah. Beliau dipercaya keturunan ke 10 dari Al-Husain, cucu Nabi Muhammad. Syekh Jumadil Kubro yaitu orangtua dari Maulana Malik Ibrahim Asmorokondi (Sunan Gresik) dan Maulana Ishaq yang tergabung dalam dewan Walisongo[1]. Syekh Jumadil Kubro wafat pada tahun 1376 M, 15 Muharram 797 H dan dimakamkan di Trowulan, Mojokerto.

Petilasan

Menurut cerita, petilasan makamnya ada di beberapa tempat. Yaitu di Semarang, Trowulan, dan Kecamatan Turi, Yogyakarta. Namun kesemuanya tidak ada yang tahu dimana makam sebenarnya Syekh Jumadil Kubro dimakamkan.

Syiar Islam

Syekh Jumadil Qubro dan anaknya Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq datang ke pulau Jawa. Kemudian mereka berpisah, Syekh Jumadil Qubro di Jawa, Maulana Malik Ibrahim di Champa kemudian mengislamkan raja Kerajaan Champa, dan adiknya Maulana Ishaq di Aceh menyebarkan Islam di wilayah Kesultanan Samudra Pasai.[2]

Jumadil Qubro merupakan kunci dari penyebaran Islam di Jawa yang sebelumnya masyarakat Jawa banyak yang menganut Agama Buddha dan Hindhu. Dakwah Syekh Jumadil Kubro pada masa awal di tanah Jawa yaitu di Majapahit. Waktu itu para warga dan nayaka praja (pegawai kerajaan) Majapahit masih menganut Agama Hindhu, Selain itu masyarakat pada masa tersebut juga masih banyak yang menganut Animisme dan Dinamisme.[3] Karena keuletan dan sikapnya yang baik, maka Syekh Jumadil Kubro banyak mendapat simpati dari para pegawai kerajaan di Majapahit. Cara dakwahnya yang lembut, sabar namun serius, menjadikan sosoknya disukai banyak orang. Tidak heran, jika makam Syekh Jumadil Qubro di Mojokerto ada diantara para punggawa praja Majapahit seperti Tumenggung Satim Singgo Moyo, Kenconowungu, Anjasmoro, Sunan Ngudung (ayah Sunan Kudus), dan diantara makam Patih dan Senopati yang ada di komplek pemakaman Trowulan.

Referensi

http://www.jelajahbudaya.com/kabar-budaya/kilas-sejarah-syeikh-jumadil-kubro.html https://web.archive.org/web/20111114142918/http://www.seasite.niu.edu/indonesian/islam/walisongo.htm

  1. ^ Dalem, Sunan. "Serat Wali Sana". Perpusnas RI. Diakses tanggal 4 April 2024. 
  2. ^ "Syekh Jumadil Kubro dan Pendidikan Islam Masa Majapahit". Jurnal Pendidikan Agama Islam. 03 (01): 59–80. Mei 2015. 
  3. ^ "Walisongo".