Bukit Bambu, Poso Kota Selatan, Poso

kelurahan di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
Revisi sejak 6 April 2024 08.36 oleh Toposopamona (bicara | kontrib) (Sejarah: Perbaikan konten)

Bukit Bambu adalah kelurahan di kecamatan Poso Kota Selatan, Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia.

Bukit Bambu
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Tengah
KabupatenPoso
KecamatanPoso Kota Selatan
Kode Kemendagri72.02.21.1002 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7204072004 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk-
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 1°24′11.52″S 120°47′15.94″E / 1.4032000°S 120.7877611°E / -1.4032000; 120.7877611

Demografi

Penduduk asli Kelurahan Bukit Bambu atau dulunya disebut Buyumboyo yaitu dari Suku Bare'e To Lage berkehidupan dengan berpenghasilan mayoritas petani cokelat.

Sejarah

Pada awal bulan Desember 1904, Engelenberg memerintahkan untuk memulai pembangunan jalan di Tambarana, Poso Pesisir Utara dengan sistem Kerja Paksa Heerendiensten. Para pekerja di sini beristirahat ketika siang hari, sementara Engelenberg memerintahkan mereka untuk terus bekerja, dan permintaan ini ditolak oleh para pekerja dari Suku Bare'e. Engelenberg kemudian memerintahkan aparat pribumi untuk bertindak tegas, akibatnya rakyat menjadi marah dan menyerang aparat pemerintah Hindia Belanda dan pertikaian tidak dapat dihindarkan. Beberapa orang aparat pemerintah terluka, tetapi Engelenberg berhasil menyelamatkan diri.[1]

Rakyat Suku Bare'e yang tidak terima dengan perlakuan Hindia Belanda melaporkan ke Kerajaan Tojo dan laporan diterima oleh Raja Tojo Lariu bahwa telah terjadi pemungutan Asele (Asele dari bahasa Bare'e; artinya pajak) dan Kerja Paksa Heerendiensten kepada rakyat Suku Bare'e di Tambarana. Setelah beberapa lama di Poso, Pemerintah Hindia Belanda bertemu dengan penguasa wilayah Poso yaitu Kerajaan Tojo, dan melakukan provokasi kepada Raja Tojo Lariu, dan juga Papa i Lila (Kolomboy) penerus Lariu, supaya mau bekerja sama dengan Pemerintah Hindia Belanda, tetapi ditolak. Setelah itu pemerintah Hindia Belanda menduduki Buyumboyo atau yang sekarang dinamakan Kelurahan Bukit Bambu, dengan mengangkat Budak dari Kerajaan Tojo yaitu Tadjongga atau biasa dipanggil dengan nama Papa i Melempo dari pihak To Kadombuku.[2]

Itulah pemerintah Hindia Belanda yang berhasil mengatasi pihak Kerajaan Tojo, dan berkat kerjasama misionaris Kristen Hindia Belanda yang konon katanya berhasil melepaskan wilayah Poso dari cengkeraman Kedatuan Luwu dengan mengadakan suatu taktik gerakan misionaris Kristen yang disebut Monangu Buaja[3] (krokodilzwemmen).

Referensi

  1. ^ "Donggala: From Imperialism to the Regency Establishment". Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses tanggal 29 November 2016. 
  2. ^ AANRAKINGEN MET DEN DJENA VAN TODJO, Papa i Melempo adalah budak dari Kerajaan Tojo, De Bare'e-Sprekende de Toradja Van midden celebes jilid 1 halaman 139, [1].
  3. ^ Sumber buku "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151: MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), menyatakan Monangu buaya yaitu budaya ciptaan Misionaris Belanda . [2].