Pulau Sibandang

pulau di Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Indonesia
Revisi sejak 19 April 2024 03.22 oleh Esther Rossini (bicara | kontrib) (Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.)

Pulau Sibandang adalah salah satu pulau alami di kawasan Danau Toba. Pulau ini berada di Muara, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Merupakan pulau terbesar kedua di kawasan Danau Toba setelah Pulau Samosir. Luasnya mencapai 461 hektare, dengan ketinggian sekitar 910 meter di atas permukaan laut.

Pulau Sibandang
Geografi
LokasiAsia Tenggara
Koordinat2°21′44.64″N 98°53′48.12″E / 2.3624000°N 98.8967000°E / 2.3624000; 98.8967000
Pemerintahan
NegaraIndonesia
ProvinsiSumatera Utara
Peta

Pulau ini dihuni empat marga, yaitu marga Ompusunggu, Rajagukguk, Simaremare, dan Siregar dengan jumlah penduduk keseluruhan sebesar 1.200 jiwa. Empat marga tersebut disimbolkan dengan adanya Pohon Hariara yang tumbuh di Desa Sibandang sebagai pendiri Sibandang. Pulau Sibandang juga merupakan salah satu dari 16 geosite yang ada di Geopark Kaldera Toba. Sejumlah hal yang bisa dinikmati di sana, nuansa pedesaan tradisional dan unsur-unsur geopark. Hasil perkebunan menunjang produksi pertanian di kawasan ini. Khususnya komoditas mangga udang, yaitu mangga khas Pulau Sibandang. Komoditas mangga dapat menjadi daya tarik agrowisata melalui beberapa olahan kuliner yang diproduksi masyarakat setempat, seperti dodol mangga dan selai mangga. Selain mangga, terdapat pula hasil kebun lainnya, seperti alpukat, kopi, jagung, kakao, kacang tanah, bawang merah, dan ubi-ubian.Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Sektor ekonomi lainnya, yaitu berasal dari hasil tangkapan ikan air tawar, seperti ikan mas, mujair, dan pora-pora. Beberapa ritual adat yang masih dilakukan di Pulau Sibandang, seperti Gombura berupa ritual meminta hujan pada musim hujan. Lumban Pasir, yaitu ritual memuja, dan Situnggung berupa ritual berdoa sambil memainkan ogung atau alat musik berbentuk gong sekaligus alat komunikasi yang digunakan masyarakat Batak. Selain ritual, terdapat juga kesenian sakral seperti Hoda-hoda, sejenis kuda lumping.

Tradisi

Kemudian, ada Tarian Tor-tor, dan kerajinan yang berkembang, yaitu menenun ulos tradisional di Desa Papande. Bisa dilihat langsung mulai dari proses pembuatan tali, motif hingga pengerjaan. Jenis ulos yang paling terkenal dari Sibandang adalah Ulos Harungguan. Kegiatan menarik lainnya yang bisa dilakukan dan disaksikan di Pulau Sibandang adalah memancing ikan di tengah danau. Sebagian besar masyarakat di sini juga bermata pencaharian sebagai nelayan. Desa ini juga memiliki situs peninggalan sejarah berupa rumah kepala nagari yang telah berdiri selama ratusan tahun, sejak zaman kolonial Belanda. Ada juga rumah adat Rajagukguk yang kini dijadikan sebagai tempat wisata. Rumah ini merupakan raja pertama di Sibandang yang sudah berusia kurang lebih 300 tahun. Puncak Bukit Sibandang juga termasuk spot yang banyak dikunjungi wisatawan karena keunikannya. Dari sini kita bisa menikmati sisi tengah Danau Toba. Di desa ini bisa dilihat pula makam Raja Sorta Uluan yang dikenal sebagai Raja Sibandang. Ada lagi situs partungkoan, yakni merupakan kursi batu tempat raja-raja dahulu melakukan rapat atau musyawarah.

Destinasi Wisata

Pulau Samosir bukan satu-satunya pulau yang berada di tengah Danau Toba. Ada Pulau Sibandang, pulau lain yang juga terletak di danau alami di Sumatera Utara tersebut. Pulau yang berlokasi di wilayah Tapanuli Utara ini memiliki beberapa pesona yang patut untuk dikunjungi. Potensi Pulau Sibandang sangat tinggi. Sejak awal tiba dari pelabuhan, kita sudah disodori view yang bagus. Masyarakatnya juga ramah. Salah satu objek yang menarik adalah desa pengrajin ulos yang dulunya diperuntukan kepada para Raja Batak. Di Pulau Sibandang wisatawan bisa menyaksikan proses pembuatan Ulos Harungguan di Desa Papande. Ulos di desa tersebut masih dibuat dengan alat tenun tradisional. Ditempat ini wisatawan juga dapat menikmati Hoda-Hoda—salah satu ritual kuno masayrakat Desa Sampuran yang dipadukan dengan tarian Mossak—sebagai seni budaya. Tarian ini sejenis ilmu bela diri silat dari tanah Batak. Jika di Pulau Jawa pola tariannya mirip kuda lumping. Dimana, Pulau Sibandang juga dikenal dengan sebutan Pulau Mangga. Sebab, di pulau ini banyak pohon mangga tumbuh dan memiliki buah yang manis. Bahkan, pulau ini menjadi salah satu penghasil mangga yang manis dan lezat di sekitaran Danau Toba dan dijual ke berbagai daerah di provinsi Sumatera Utara. Tak hanya itu saja, di pulau yang memiliki luas 850 hektare ini juga memiliki peninggalan berupa rumah Kepala Nagari Raja Gukguk yang kini dijadikan sebagai wisata sejarah. Rumah dari Raja pertama di Sibandang rumah atau Kepala Nagari Raja Gukguk sudah berusia kurang lebih 300 tahun. Konon, warna merah pada ukiran rumah tersebut adalah darah manusia atau pawa lawan yang berhasil di taklukan oleh Kepala Nagari Raja Gukguk. Namun sayangnya rumah tersebut kurang perawatan, sehingga termakan rayap dan sudah mengalami kerapuhan.

ika masih kurang, terdapat makam Raja Sorta Uluan yang diyakini sebagai Raja Pulau Sibandang di puncak bukit Sibandang. Lalu ada situs berupa Partukkoan yang merupakan kursi batu tempat raja raja dahulu untuk melakukan rapat musyawarah. Untuk menuju kawasan Pulau Sibandang yang terletak di Kecamatan Muara ini, ada dua rute yang jadi pilihan, yaitu pertama bisa melalui via Parapat dan Dolok sanggul, kedua rute tersebut tetap harus masuk melalui simpang Bandara Silangit atau Muara, kemudian lanjut terus menuju pelabuhan kapal yang terletak di Desa Unte Mungkur. Dan jarak tempuh diantara kedua jalur itu, via Parapat enam jam lebih cepat satu jam dibandingkan Dolok Sanggul yang jarak tempuhnya sekitar tujuh jam. Dari pelabuhan Desa Unte Mungkur, tempat penyebrangan kapal menuju ke Pulo Sibandang memiliki jarak sekitar 600 meter, dengan jarak tempuh sekitar sepuluh menit. Dan kapal merupakan alat transportasi utama di pulau tersebut maka setiap hari selalu ada pergerakannya, dan mengenai intensitas hilir mudiknya kapal tidak menentu sebab tergantung pada banyaknya penumpang.