Peristiwa Kanigoro

Revisi sejak 20 April 2024 03.21 oleh Ihfandi Cahyo (bicara | kontrib) (Peristiwa)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Peristiwa Kanigoro adalah peristiwa pengepungan dan penangkapan peserta pelatihan mental (mental training) Pelajar Islam Indonesia (PII) di Pondok Pesantren Al Jauhar, Desa Kanigoro, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur oleh Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Pemuda Rakyat (PR) pada 13 Januari 1965. Peristiwa ini terjadi pada waktu subuh, sekitar pukul 04.30 WIB. BTI dan PR saat itu dikenal berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Masjid At-Taqwa, saksi Peristiwa Kanigoro 13 Januari 1965

Latar belakang

sunting

Kanigoro adalah desa yang dikenal sebagai basis PKI, dengan sebagian besar buruh tani di sana berafiliasi dengan BTI. Pada masa tersebut, gerakan dan mobilisasi partai politik makin meningkat, termasuk PKI. Sejak 9 Januari 1965, Pelajar Islam Indonesia Jawa Timur mengadakan kegiatan pelatihan mental di sana dan memiliki peserta berjumlah 127 serta panitia 36 orang. Meskipun izin kegiatan telah dikantongi, ada larangan mengadakan kegiatan dari Komandan Kodim Kediri khususnya pada acara ceramah yang menghadirkan salah satu mantan aktivis Partai Masyumi, M. Samelan. Namun, salah satu panitia yang merupakan Pengurus PII Jawa Timur, Anis Abiyoso, tetap memaksa Samelan untuk berceramah.[1]

Peristiwa

sunting

Peristiwa terjadi pada waktu subuh, sekitar pukul 04.30 WIB. Menurut TNI, penggeruduk pada Peristiwa Kanigoro berjumlah 2.000 orang dan membawa senjata tajam. BTI dan PR menyerbu masjid dengan alas kaki, sandal, dan kaki telanjang, sebuah perbuatan yang menyinggung umat muslim. Karena kalah jumlah, panitia keamanan tersebut tidak dapat menghadapi mereka. Abiyoso mengatakan bahwa beberapa di antara mereka ada yang menginjak-injak, merobek, dan membanting Al-Quran.[1] Setelah semua peserta acara tersebut dapat dikuasai, KH. Jauhari beserta para panitia dan peserta diarak sejauh 7 kilometer ke Kantor Polisi Sektor Kras. Mereka tiba di kantor polisi pada pukul 07.00 WIB.[2]

Kabar tentang Peristiwa Kanigoro tersebut menyebar dengan cepat. Putra KH. Jauhari, Gus Maksum Jauhari segera bersiap memegang kendali organisasi Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kediri, salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama (NU). Pada tanggal 18 Januari 1965, delapan truk yang membawa Banser bergerak ke Desa Kanigoro. Karena hal tersebut, polisi mengambil langkah-langkah pengamanan. Salah satu langkah yang diambil polisi adalah menangkap Suryadi dan Harmono sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

Akhir Peristiwa

sunting

Sebulan setelah kejadian itu, tepatnya pada 1 Februari 1965, ratusan anggota PII menggelar rapat guna menyikapi peristiwa tersebut. Seusai rapat selesai, mereka mendatangi dan melakukan pelemparan kantor PKI sebagai induk organisasi PR dan BTI. Pengurus PII Jawa Timur Anis Abiyoso pun menjadi buronan polisi akibat kejadian ini. Polisi akhirnya menganggap kasus Peristiwa Kanigoro ini selesai ketika Anis menyerahkan diri di Malang, 12 Februari 1965.

Peristiwa Kanigoro diabadikan sebagai adegan pertama pada film Penumpasan Penghianatan G30S/PKI yang diproduksi tahun 1984 oleh sutradara Arifin C. Noer dan disponsori oleh pemerintah Orde Baru pimpinan Soeharto.

Referensi

sunting
  1. ^ a b Ahsan, Ivan Aulia. "Peristiwa Kanigoro: Teror PKI kepada Aktivis Islam". Tirto.id. Diakses tanggal 2021-09-30. 
  2. ^ Fadillah, Ramadhian (2017-09-28). Fadillah, Ramadhian, ed. "Peristiwa Kanigoro, saat massa PKI menyerang masjid selepas subuh". Merdeka.com. Diakses tanggal 2021-09-30.