Gunung Ruang

gunung di Indonesia

Gunung Ruang adalah sebuah gunung berapi kerucut (stratovolcano) Tipe-A yang terletak di pulau dengan nama sama yang termasuk dalam administrasi Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara. Terdapat dua desa/kampung yang berada di pulau vulkanik ini, yaitu Desa Laingpatehi dan Desa Pumpente.

Gunung Ruang
Gunung Ruang dilihat dari pulau Tagulandang, Sitaro
Titik tertinggi
Ketinggian725 m (2.379 kaki)[1]
Koordinat2°18′N 125°22′E / 2.30°N 125.37°E / 2.30; 125.37
Geografi
LetakKepulauan Sitaro, Indonesia
Geologi
Jenis gunungstratovolcano
Busur/sabuk vulkanikCincin Api Pasifik
Letusan terakhir‘’Sedang Berlangsung’’

Ketinggian puncak gunung yang berupa kubah lava ini adalah 725 m dari permukaan rata-rata laut (sebelum letusan 2024). Pulau Ruang merupakan bagian puncak dari gunung api yang menjulang dari dasar Laut Sulawesi. Gunung api ini adalah yang paling selatan dari rangkaian gunung api pada busur Sangihe.[2]

Catatan pertama mengenai letusan gunung ini adalah pada tahun 1808.[3] Meskipun gunung ini cukup aktif dengan selang waktu erupsi antara satu sampai lima puluh tahun, perhatian terhadap gunung ini relatif kurang apabila dibandingkan dengan Gn. Karangetang yang lebih aktif.

Letusan Gunung Ruang pada bulan April 2024 adalah aktivitas yang terakhir dan merupakan letusan yang tercatat paling spektakuler.

Profil geologi

Sebagai salah satu gunung api yang terbentuk pada busur Sangihe, Gunung Ruang adalah bagian dari rangkaian gunung api yang terbentuk pada zona subduksi pertemuan dua lempeng tektonik. Ia adalah satu dari empat gunung api termuda (terbentuk pada kala Holosen) di busur tersebut, bersama-sama dengan Gunung Awu, Gunung Karangetang dan Gunung Banua Wuhu.[4]

Pulau Ruang, yang terbentuk oleh bagian Gunung Ruang yang muncul di atas permukaan laut, memiliki dasar di bawah permukaan laut dengan Pulau Tagulandang − yang juga merupakan pulau vulkanik − yang terletak di timur lautnya hanya terpisah selat selebar satu kilometer lebih. Pulau ini membentuk hampir seperti bundaran dengan ukuran kira-kira 4 km × 5 km. Pulau ini dihuni penduduk tetapi hanya pada bagian pantai. Sebagian lereng gunung dimanfaatkan menjadi usaha pertanian oleh penduduknya.

Puncak gunung terisi sebagian dengan kubah lava yang terbentuk akibat aktivitas 1904. Semenjak itu, aktivitas vulkanik berupa pembentukan kubah lava dan luncuran aliran piroklastik (awan panas).[3]

Catatan aktivitas vulkanik (letusan) menurut Program Vulkanisme Global (GVP) dari Smithsonian Institution adalah pada tahun 1808 (VEI = 2), 1936 (2), 1840 (2), 1856 (1), 1870 (3?), 1871 (2), 1874 (2), 1889 (1), 1904-1905 (3?), 1914 (2), 1949 (2), dan September 2002 (4?).[3] Pada bulan April 2024 kembali tercatat erupsi yang besar.

Letusan 2024

Sebelum letusan 2024, pada tanggal 16 April 2022 status Gunung Ruang pernah dinaikkan dari Normal (level I) ke Waspada (level II) oleh PVMBG berdasarkan aktivitas vulkanik yang meningkat.[5] Namun aktivitas ini kemudian melandai dan kemudian menurun pada rentang April sampai dengan Juni 2022 sehingga pada akhir bulan Juni 2022 PVMBG mengembalikan status bahaya dari Waspada ke Aktif Normal.[6]

Letusan Gunung Ruang pada tahun 2024 berlangsung mendadak. Pada tanggal 15 April 2024 pukul 15.54, Badan Geologi PVMBG baru saja mengeluarkan laporan pers mengenai aktivitas gunung ini dan digolongkan aktif normal, meskipun mencatat kenaikan aktivitas kegempaan vulkanik pada periode 10-15 April 2024.[7]

Pada tanggal 16 April 2024, terhitung mulai pukul 10.00 WITA, Status Gunung Ruang dinaikkan dari Normal ke Waspada akibat aktivitas yang terus meningkat.[8] Menyusul pada pukul 16.00 WITA di tanggal yang sama, status Gunung Ruang kembali dinaikkan dari Waspada ke Siaga.[9] Penyebab kenaikan ini adalah mulai teramati erupsi lemah, kemudian tercatat lonjakan 198 gempa vulkanik dalam (pukul 00.00 sampai 12.00 pada tanggal tersebut) yang menandakan adanya pergerakan magma ke permukaan. Akibat status ini, kawasan berjarak 4 km dari puncak aktivitas letusan harus dikosongkan dari manusia, sehingga penduduk Pulau Ruang yang berjumlah sekitar 800 orang harus dievakuasi segera.

Semenjak naiknya status pada level Siaga ini, rangkaian peningkatan intensitas letusan semakin membesar.[10] Letusan eksplosif terjadi tanggal 16 April 2024 pukul 21.45 WITA dengan estimasi tinggi kolom erupsi mencapai 2.000 m dari puncak. Erupsi eksplosif kembali terjadi pada tanggal 17 April 2024 pukul 01.08 WITA dengan ketinggian kolom erupsi diperkirakan mencapai 2.500 m yang disertai suara gemuruh serta dentuman, diikuti dengan erupsi pada pukul 05.05 WITA dengan ketinggian kolom erupsi diperkirakan 1.800 m dari puncak. Di sore hari tercatat dua letusan besar pada pukul 18.00 dengan kolom erupsi lava mencapai 2.500 m dari puncak dan pukul 20.15 dengan tinggi kolom erupsi lava mencapai estimasi 3.000 m dari puncak disertai suara gemuruh dan dentuman serta ribuan petir menyambar. Hal ini membuat Badan Geologi pada tanggal 17 April 2024 pukul 21.00 WITA, menaikkan status bahaya Gunung Ruang dinaikkan dari Siaga ke Awas (level IV, tertinggi). Pada level ini, kawasan bahaya yang harus disterilkan dari penduduk adalah 6 km dari titik pusat aktivitas erupsi, sehingga membuat sekitar 10.200 penduduk desa Tagulandang di Pulau Tagulandang yang persis berada di utara Pulau Ruang harus dievakuasi ke tempat aman (Manado dan Bitung) karena ancaman hujan material padat letusan, luruhan aliran piroklastik (awan panas), dan potensi tsunami apabila tubuh gunung runtuh memasuki perairan samudera.[11]

Letusan tersebut menyebabkan ditutupnya Bandara Internasional Sam Ratulangi di Manado. Erupsi yang terjadi pada 17 April pukul 7 malam waktu setempat bertipe Plinian, yang menimbulkan awan jamur raksasa yang dapat terlihat dari satelit.

Letusan 1871

Letusan dan tsunami Gunung Ruang 1871
 
Gunung apiGunung Ruang
Tanggal mulai3 Maret 1871
Tanggal selesai14 Maret 1871
LokasiKepulauan Sitaro, Pulau Sangihe, Laut Maluku
VEI2
Dampak416 tewas

Letusan Gunung Ruang tahun 1871 dimulai pada tanggal 3 Maret dan berakhir pada tanggal 14 Maret di gunung berapi Ruang di Laut Maluku, Indonesia. Letusan tersebut memicu tsunami dahsyat berukuran 25 meter (82 kaki). Bencana ini membanjiri banyak desa di pulau-pulau terdekat, menewaskan sekitar 400 orang, dimana sebagian besar penduduk desa tenggelam, dan mayat mereka kemudian terlihat di pantai.[12]

Letusan pada 3 Maret dimulai ketika material vulkanik mulai berjatuhan dari puncak dan masuk ke laut. Ahli zoologi dan antropolog Jerman Dr. Adolf Bernhard Meyer, seorang saksi mata letusan tersebut menggambarkan Ruang sebagai pulau berbentuk kerucut yang menjulang di atas laut. Pada saat terjadi letusan, pulau tersebut tidak berpenghuni. Namun penduduk sekitar Pulau Tagulandang memiliki perkebunan di Pulau Ruang. Gempa kuat dan suara gemuruh keras terjadi pada pukul 20.00 waktu setempat. Berdasarkan pengamatan sejarah letusan tersebut, Pranantyo dan pihak lain menafsirkannya sebagai runtuhnya sebagian sisi gunung berapi bagian timur. Simulasi keruntuhan sisi dan tsunami yang dipicu menunjukkan volume longsor sebesar 01 km3 (0,24 cu mi) yang paling sesuai dengan deskripsi historis ketinggian tsunami di pulau-pulau terdekat.[13] Program Vulkanisme Global di Smithsonian Institution menetapkan tingkat letusan 2 pada Volcanic Explosivity Index (VEI).[1] Letusan berlanjut pada 9-10 dan 14 Maret.[14]

Menurut Dr. Meyer, tsunami menyebabkan kerusakan parah di pulau Tagulandang, yang terletak di sebelah Ruang, sangat sedikit rumah yang selamat dari tsunami.[15] Gelombang setinggi hingga 25 m (82 ft) menyapu pemukiman tepi laut, dan menggenangi daratan sejauh 180 m (590 ft). Dua gelombang tsunami tambahan melanda pantai tak lama setelahnya. Tsunami menghancurkan desa Bahhuas; setidaknya 75 rumah hancur. Tiga rumah tetap berada di pantai tetapi hanya satu yang aman untuk digunakan; dua rumah lainnya mengalami kerusakan parah. Banyak rumah yang terbalik atau hancur. Sebuah gereja di pulau dengan tembok luar yang tebal juga dibongkar. Puing-puing rumah ditimbun di seluruh bekas pemukiman.[14][12]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b "Ruang". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-06. Diakses tanggal 2006-12-18.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "gvp" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ Morrice, M.G.; Jezek, P.A.; Gill, J.B.; Whitford, D.J.; Monoarfa, M. (November 1983). "An introduction to the Sangihe arc: Volcanism accompanying arc—Arc collision in the Molucca Sea, Indonesia". Journal of Volcanology and Geothermal Research. 19 (1–2): 135–165. doi:10.1016/0377-0273(83)90129-4. 
  3. ^ a b c "Ruang". Global Volcanism Program Smithsonian Institution. Diakses tanggal 19 April 2024. 
  4. ^ Situmorang, Roni Marudut (20 Mei 2021). "Fakta Geologis Menarik Gunung Api Ruang: Sejarah Gelombang Pasang Telan 400 Jiwa". kumparan.com. Diakses tanggal 19 April 2024. 
  5. ^ Antara (17 April 2022). Prima, Erwin, ed. "Gunung Ruang Berstatus Waspada, Warga Diingatkan Tidak Mendekat". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-16. Diakses tanggal 2022-06-08. 
  6. ^ redaksi (26 Juni 2022). "Gunung Ruang di Kepulauan Sitaro Level Normal". darilaut.id. Diakses tanggal 20 April 2024. 
  7. ^ Santoso, Gentur Dwi Teguh (16 April 2024). "Press release Gunung Ruang 15 April 2024". Badan Geologi. Diakses tanggal 19 April 2024. 
  8. ^ Santoso, Gentur Dwi Teguh (16 Apr 2024). "Penyampaian Kenaikan Tingkat Aktivitas G. Ruang Dari Level I (Normal) ke Level II (Waspada)". Badan Geologi PVMBG. Diakses tanggal 19 April 2024. 
  9. ^ Santoso, Gentur Dwi Teguh (17 Apr 2024). "Penyampaian Kenaikan Tingkat Aktivitas G. Ruang Dari Level II (Waspada) Menjadi Level III (Siaga)". Badan Geologi PVMBG. Diakses tanggal 19 April 2024. 
  10. ^ Santoso, Gentur Dwi Teguh (18 Apr 2024). "Penyampaian Kenaikan Tingkat Aktivitas G. Ruang Dari Level III (Siaga) Menjadi Level IV (AWAS)". Press Release Badan Geologi PVMBG. Diakses tanggal 19 April 2024. 
  11. ^ "Badan Geologi Ungkap Sejarah Erupsi Gunung Ruang, Pernah Tsunami 25 Meter". news.detik.com. Diakses tanggal 18 April 2024. 
  12. ^ a b "Tsunami Event Information". earthquake.usgs.gov. NOAA National Centers for Environmental Information. Diakses tanggal 23 January 2022. 
  13. ^ Ignatius R. Pranantyo; Mohammad Heidarzadeh; Phil R. Cummins (2021). "Complex tsunami hazards in eastern Indonesia from seismic and non-seismic sources: Deterministic modelling based on historical and modern data" (PDF). Geoscience Letters. 8 (8): 20. Bibcode:2021GSL.....8...20P. doi:10.1186/s40562-021-00190-y . 
  14. ^ a b "Significant Volcanic Eruption". ngdc.noaa.gov. NOAA National Centers for Environmental Information. Diakses tanggal 23 January 2022. 
  15. ^ Rowley, G. D. (1877). Ornithological Miscellany. 2. London: Taylor and Francis. hlm. 324–325.