Beksan Trunajaya
Beksan Lawung adalah tarian klasik gaya Yogyakarta. Tarian ini diciptakan oleh Hamengkubuwana I yang merupakan sultan pertama dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Terdapat tiga jenis tarian yang termasuk dalam kategori Beksan Lawung, yaitu Beksan Lawung Ageng, Beksan Lawung Alit, dan Beksan Sekar Madura. Beksan ini dahulu ditarikan oleh pasukan Trunajaya dari Madura, yang bergabung dalam bregada Nyutra, sehingga juga disebut sebagai Beksan Trunajaya.[1]
Nama asli | ꦧꦼꦏ꧀ꦱꦤ꧀ꦭꦮꦸꦁ |
---|---|
Genre | Perang |
Instrumen | Gamelan |
Pencipta | Hamengkubuwana I |
Tahun | Abad ke-18 |
Asal | Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia |
Sejarah
Beksan Lawung diciptakan oleh Hamengkubuwana I berdasarkan latihan watangan yang rutin digelar setiap hari Sabtu. Watangan adalah latihan ketangkasan prajurit dalam berkuda dan menggunakan tombak. Tombak yang digunakan adalah tombak berujung tumpul, yang dalam bahasa Jawa disebut lawung. Perlombaan ini rutin dilaksanakan di Alun-alun Utara, dan sering diiringi gendhing penghormatan Monggang.[2]
Saat Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri, Pemerintah Kolonial mengawasi penyelenggaraan pemerintahan di Keraton, sehingga Hamengkubuwana I memutuskan untuk menyamarkan latihan watangan yang rutin digelar tersebut ke dalam sebuah tarian yang diberi nama Beksan Lawung. Pada masa kekuasaannya hingga diteruskan kepada putranya, beksan ini dipertunjukkan secara publik untuk melegitimasi kekuasaan Sultan. Beksan ini sempat vakum dipertunjukkan ke publik pada masa Hamengkubuwana III hingga V, beksan ini dihentikan karena meletusnya Perang Diponegoro serta krisis ekonomi yang melanda Hindia Belanda pascaperang. Beksan ini kemudian dipertunjukkan lagi pada masa Hamengkubuwana VII sebagai simbol perwakilan diri Sultan dalam sebuah perhelatan publik dan pernikahan keluarga Kesultanan. Beksan ini menjadi semakin populer pada masa Hamengkubuwana IX, karena mulai diajarkan di perkumpulan tari yang dibentuk di luar benteng Keraton.[3]
Deskripsi
Peran penari
Peran penari dalam Beksan Lawung terdiri atas:[4]
- Dua orang botoh yang hendak menguji ketangkasan prajurit-prajurit yang dibinanya.
- Dua orang salaotho yang suka melawak, tetapi setia pada botoh.
- Empat orang lurah, prajurit berpangkat tinggi.
- Empat orang jajar, prajurit berpangkat rendah.
- Empat orang ploncon, orang yang menyediakan tombak untuk digunakan untuk adu ketangkasan.
Gerakan
Iringan gendhing
Referensi
- ^ Tinarsidartha 2015, hlm. 15.
- ^ Era.id. "Mengenal Beksan Lawung Ageng, Salah Satu Tarian Pusaka Keraton Yogyakarta". ERA.ID. Diakses tanggal 2024-05-06.
- ^ Tinarsidharta 2015, hlm. 18-19.
- ^ Media, Kompas Cyber (2021-03-16). "Beksan Lawung Ageng, Tarian Pusaka Keraton Yogyakarta". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-05-06.
Daftar pustaka
- Tinarsidharta, Kusmahardika; Pramutomo (2016). "Beksan Lawung Ageng pada Upacara Pernikahan Agung Kraton Yogyakarta". Gelar: Jurnal Seni dan Budaya. 14 (2): 191–200. doi:10.33153/glr.v14i2.2083.