Air Guci

Revisi sejak 10 Mei 2024 04.09 oleh Volstand (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)


Air Guci atau Airguci atau Arguci merupakan salah satu kerajinan tangan bahari (tua/lama) berupa kain khas Banua Banjar yang telah popular sejak ratusan tahun silam. Pada zaman dahulu kain Airguci hanya boleh dipakai oleh penguasa Kerajaan Banjar saja. Hal ini karena Air Guci tak hanya sekedar kain biasa, melainkan simbol kain kehormatan Kesultanan Banjar. Seiring perkembangan zaman serta upaya pelestariannya oleh masyarakat Banjar membuat Kesakralan kain Air Guci kini kian luntur. [1].

Busana/Pakaian adat Suku Banjar dengan bahan dari kain AirGuci.

Sejarah Air Guci

sunting

Menurut kisah dalam budaya tutur masyarakat Banjar yang secara turun-temurun terus dijaga, konon arguci merupakan simbol kemewahan pembesar kesultanan Banjar dan para pagustian (bangsawan/keluarga kerajaan).

Pada kejayaan kesultanan Banjar, keindahan Sulam Arguci (payet) yang rata-rata dikerjakan oleh anak perempuan dan ibu-ibu rumah tangga ini telah menghias baju-baju kebesaran yang dipakai oleh raja-raja Banjar. Selain juga mempercantik dinding-dinding istana, bahkan sampai ranjang para sultan juga tidak luput dari sentuhan arguci dengan motif beragam yang umumnya mempunyai pakem yang melekat.

Sepertinya tradisi dan kebiasaan lingkungan istana Kesultanan Banjar yang selalu menjadikan arguci sebagai elemen penting dan utama untuk membangun estetika di berbagai kepentingan dan keperluan estetis kesultanan sejak ratusan tahun yang lalu dan inilah akar dari ciri khas dekorasi pelamainan, ragam hias pakaian adat dan juga hiasan tradisional khas Banjar.

Sebagai produk budaya tradisional, arguci juga tidak terlepas dari beragam mitos yang menyertai dan sebagian di antaranya masih diyakini masyarakat Banjar. Salah satu mitos yang paling banyak diketahui umum adalah baju kebesaran untuk raja/sultan Banjar yang harus berwarna kuning dan wajib berhias arguci. Mengapa harus kuning, kalau dirunut dari tradisi masyarakat Melayu secara umum, warna kuning dimaknai sebagai lambang/simbol kemakmuran. Artinya secara logika siapapun yang menjadi raja akan berusaha untuk membawa rakyatnya kepada kemakmuran.

Saat ini kain Sulam Arguci sudah banyak digunakan oleh masyarakat umum banjar, dan biasanya digunakan pada prosesi pernikahan adat Banjar atau bentuk acara/hajatan Urang Banjar, khususnya yang menggunakan pelaminan atau panggung,

Adapun motif dari kerajinan Air Guci bermacam - macam yaitu motif gigi haruan, halililpan, pucuk rabung. Selain itu Air Guci menggunakan payet, di masa lalu payet yang digunakan adalah payet tembaga, tetapi karena tembaga susah di dapat, Air Guci dimasa kini menggunakan payet dengan bahan sintetis yang mudah didapat dan lebih ringan untuk dipakai.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ "Keindahan Air Guci, Kain Kehormatan Raja Banjar Kian Ditelan Zaman". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). 2021-09-10. Diakses tanggal 2023-02-12. 
  2. ^ Agency, ANTARA News. "Pekan Gawai Dayak IX Sintang wujud nyata untuk memajukan budaya nasional". ANTARA News Kalimantan Barat. Diakses tanggal 2023-02-12.