Jangrana I
Jangrana I atau Maulana Syarif (Mas) Adipati Djoyodirono adalah penguasa Surabaya yang berkuasa mulai tahun 1686 sampai 1703. Mas Adipati Djoyodirono dikenal sebagai penguasa yang berjiwa besar. Ia juga sangat mencintai masyarakat Surabaya. Demi menghindarkan pertumpahan darah ia rela menyerahkan kekuasaannya dan turun tahta. Tindakannya itu bahkan dikagumi oleh musuh-musuhnya sehingga disamakan dengan sikap cucu Nabi yaitu Hasan bin Ali. Secara genealogi Mas Adipati Djoyodirono memang masih tersambung dengan Hasan bin Ali dari jalur Anggawi. Tak heran jika Mas Adipati Djoyodirono disebut sebagai Anggawangsa.
Maulana Syarif Adipati Djoyodirono | |
---|---|
Adipati Surabaya I | |
Berkuasa | 1686 - 1703 |
Pemakaman | Pemakaman Sunan Boto Putih |
Keturunan | Prabujoko, Djoyopuspito, Kartoyudo, Kartonegoro |
Dinasti | Anggawi al-Hasani |
Ayah | Sultan Ageng Tirtayasa |
Mas Adipati Djoyodirono memiliki beberapa anak diantaranya adalah Djoyopuspito, Wirodirejo, Kertoyudo, Kertonegoro dsb. Semua anak-anaknya dikenal anti VOC dan bekerja sama dengan keturunan Suropati memerangi Belanda.
Latar Belakang
Mas Adipati Djoyodirono berasal dari Cirebon dan masih terhitung keturunan Sunan Gunung Jati. Hal ini dibuktikan dengan pemakaian gelar Maulana Syarif yang kelak akan diteruskan oleh anak keturunannya. Alih-alih menggunakan gelar "raden" , anak keturunan Mas Adipati Djoyodirono diberi gelar "mas" yang artinya adalah Maulana Syarif. Mas Adipati Djoyodirono diangkat menjadi penguasa Surabaya setelah menikahi putri Ki Ageng Brondong. Ki Ageng Brondong memang dikenal mempunyai pengaruh di Surabaya karena terhitung memiliki garis keturunan dengan Sunan Giri. Karena status menantu itulah maka makam Mas Adipati Djoyodirono diletakkan di klaster yang berbeda dengan Ki Ageng Brondong.