Pendidikan Profesi Guru

Revisi sejak 19 Mei 2024 02.53 oleh Meraki97 (bicara | kontrib) (Penambahan isi artikel mengenai jenis PPG)

Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang tujuannya untuk mempersiapkan mahasiswa agar memiliki keahlian khusus (kompetensi) yang harus dimiliki oleh seorang guru. Pendidikan profesi guru harus ditempuh selama 1-2 tahun setelah seorang calon lulus dari program sarjana kependidikan maupun sarjana nonkependidikan. Program Pendidikan Profesi Guru merupakan program pengganti akta IV yang sudah tidak berlaku kembali mulai tahun 2005.[1]

Gelar

Lulusan pendidikan profesi akan mendapatkan gelar.[2] Menurut Mohammad Nuh (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), pendidikan profesi akan melegitimasi profesi guru. Pendidikan profesi juga akan menambah gelar Gr di belakang nama guru tersebut. karena menurut undang-undang, guru adalah profesi, sama seperti dokter. Sehingga guru dituntut juga memiliki profesionalisme dalam bidangnya masing-masing.

Tujuan

PPG (Program Pendidikan Profesi Guru) diharapkan kompetensi dan profesionalisme guru benar-benar lebih terjamin dengan menjalani masa pendidikan selama 2 semester atau 1 tahun. PPG (Program Pendidikan Profesi Guru) berlaku bagi yang ingin menjadi guru baik sarjana dari fakultas pendidikan, maupun non pendidikan.

Syarat PPG

Perlu diketahui, saat ini tidak semua orang dapat mengikuti program PPG, karena pemerintah saat ini tengah mengeluarkan undang-undang yang mengatur hal tersebut diantaranya mengatur tentang syarat-syarat peserta PPG.[3] Hal tersebut tertuang dalam Permendikbud Nomor 37 Tahun 2017 pasal 4 bahwa syarat untuk menjadi peserta program PPG harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Memiliki kualifikasi akademik S1 atau D4; Guru dalam Jabatan atau pegawai negeri sipil yang mendapatkan tugas mengajar yang sudah diangkat sampai dengan akhir tahun 2015; Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK); dan Terdaftar pada data pokok pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

|Permendikbud No. 27 Tahun 2017|Sumber}}

Jenis PPG

Program Pendidikan Guru (PG) merupakan program lanjutan yang ditawarkan setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, dengan tujuan untuk mengembangkan keahlian khusus yang diperlukan dalam profesi mengajar. PPG terbagi menjadi dua jenis, yaitu PPG Prajabatan dan PG Dalam Jabatan.[4]

PPG Prajabatan

PPG Prajabatan adalah inisiatif pendidikan yang diadakan setelah menyelesaikan program sarjana atau sarjana terapan, terbuka bagi lulusan Sarjana maupun Diploma IV dari berbagai latar belakang, baik pendidikan maupun non-pendidikan, yang berminat untuk menjadi guru. Program ini bertujuan untuk memperoleh Sertifikat Pendidik khusus dalam bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.[5]

PPG Dalam Jabatan

PPG Dalam Jabatan merupakan program pendidikan yang ditargetkan kepada guru-guru yang tengah aktif dalam profesi mengajar di lembaga pendidikan. Fokus utama dari program ini adalah untuk meningkatkan kualifikasi dan kemampuan guru, dengan tujuan agar mereka dapat menjadi pendidik yang profesional dan unggul secara kualitas.[6]

Keunggulan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akhirnya melegalkan sarjana non kependidikan[7] untuk menjadi guru profesional. Ke depan sarjana lulusan di luar FKIP (fakultas keguruan dan ilmu pendidikan) itu bersaing dengan sarjana yang empat tahun mengenyam kuliah kependidikan. Kebijakan membuka akses bagi sarjana non[8] kependidikan untuk menjadi guru ini tertuang dalam Permendikbud 87/2013 tentang Pendidikan Profesi Guru Prajabatan (PPG). Sarjana dari fakultas non FKIP itu bebas mengajar mulai dari jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA/sederajat.[9] Sertifikasi bertujuan untuk meningkatkan kompetensi Guru dalam Jabatan sebagai tenaga profesional pada satuan pendidikan untuk memenuhi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sarjana non kependidikan[10] juga diwajibkan mengikuti saringan masuk PPG selayaknya sarjana kependidikan. Meskipun aksesnya dibuka setara dengan lulusan FKIP, sarjana non kependidikan wajib mengikuti dan lulus program matrikulasi dulu sebelum menjalani PPG. Sedangkan untuk sarjana FKIP yang linier atau sesuai dengan matapelajaran yang bakal diampu, tidak perlu mengikuti program matrikulasi itu. Khusus untuk sarjana yang bakal mengajar di jenjang SMP dan SMA/sederajat, tidak ada perlakukan berbeda bagi lulusan kependidikan maupun non kependidikan ketika mengikuti PPG. Mereka diwajibkan untuk mengikuti PPG dengan bobot atau beban belajar sebanyak 36 hingga 40 SKS. Menurut Sulistiyo sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Kemendikbud harus bisa menanggung risiko jika membuka akses luas kepada sarjana non kependidikan untuk menjadi guru profesional. Guru adalah profesi khusus, sehingga pendidikannya juga khusus dalam waktu yang cukup.

Referensi