Sabuai, Kumai, Kotawaringin Barat
Sabuai adalah sebuah nama desa di wilayah pesisir Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia.
Sabuai | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Kalimantan Tengah | ||||
Kabupaten | Kotawaringin Barat | ||||
Kecamatan | Kumai | ||||
Kode pos | 74181 | ||||
Kode Kemendagri | 62.01.01.2003 | ||||
Luas | 6500 km² | ||||
Jumlah penduduk | 699 jiwa | ||||
Kepadatan | 0,094 jiwa/km² | ||||
Jumlah RT | 7 | ||||
Situs web | profil | ||||
|
Sejarah
Sabuai adalah sebuah Desa di Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah. Sabuai merupakan salah satu diantara wilayah Desa tertua yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat dan memiliki kisah sejarah yang panjang. Dari menjadi bagian wilayah kerajaan Nusantara, tempat jalur singgahnya para pedagang Nusantara, Asia dan Eropa, tempat masuknya penyebaran Ajaran Islam, menjadi bagian wilayah kekuasaan Belanda dan Jepang, serta merupakan wilayah pertempuran fisik melawan penjajahan Belanda pada Agresi Militer Belanda II pada tahun 1946.
Pada masa lalu sekitar abad X-XX daerah pesisir pantai Desa Sabuai pernah menjadi kawasan penting dan ramai untuk perdagangan atau persinggahan kapal-kapal dari China entah secara sengaja maupun tidak sengaja. Persinggahan secara sengaja berarti terjadi proses komunikasi secara intensif antara pedagang China dengan penduduk setempat melalui jalur perdagangan. Dengan kata lain, maka kawasan pantai Desa Sabuai sejak abad X merupakan pelabuhan laut yang cukup ramai, tempat pertemuan antara pedagang China dan penduduk setempat. Dibuktikan dengan beberapa temuan arkeologis yang berupa keramik-keramik yang diperkirakan berasal dari masa Dinasti Tang (618-907), Dinasti Sung (960-1279), Dinasi Ming (1368-1644) dan Dinasti Ching (1644-1912). Pada abad-abad selanjutnya, komunikasi dan perdagangan tidak saja melibatkan para pedagang China, tetapi juga pedagang dari Eropa. Dengan temuan beberapa botol minuman yang bertuliskan huruf latin dalam bahasa inggris serta mata uang dari belanda. Di samping temuan benda yang berasal dari China dan Eropa, di Desa Sabuai juga ditemukan beberapa buah makam yang tidak diketahui siapa tokoh yang dimakamkan. Berdasarkan pada temuan makam dan nisan yang ada, dapat diperkirakan bahwa nisan tersebut berasal dari luar Kotawaringin Barat, mengingat batuan andesit tidak ditemukan di daerah ini. Sementara dari bentuk nisannya mengingatkan pada bentuk-bentuk nisan yang ada di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera pada masa-masa awal Islam datang (abad 13-15 M) serta temuan bata utuh dan serpihan di daerah ini mengindikasikan adanya sebuah struktur atau bangunan bata, yang di perkirakan dari masa Hindu-Budha.
Bekesah, sebelum menjadi Kampoeng wilayah ini telah ditempati oleh para pelaut dari Boné sekitar tahun 1900-an yang mengalami gangguan pelayaran sehingga terdampar di wilayah pesisir pantai ini. Hadji Saman, salah satu dari para pelaut tersebut memutuskan untuk menetap dan tinggal di wilayah ini bersama berapa orang pelaut Boné lainnya. Setelah itu mulailah ada yang datang dan menempati wilayah ini serta melakukan perkawinan dengan sesama pendatang lainnya. Namun pada masa itu tempat tinggal mereka saling berjauhan mulai dari tepian S. Waringin sampai ke Tg. Pengoedjan. Karena semakin banyaknya penduduk maka dibentuklan sebuah Kampoeng dengan melakukan penunjukan/pemilihan Tetoea Kampoeng untuk memimpin wilayah pesisir pantai ini. Hadji Saman ditunjuk/dipilih penduduk setempat untuk menjadi Tetoea Kampoeng diwilayah ini yang diberi nama SabolaE untuk daerah ini. Adapun nama SabolaE diambil dari bahasa Bugis-Makassar yang artinya “Satu Rumah” karena pada masa itu hanya ada satu buah rumah milik Hadji Saman yang berada diwilayah ini.
Pada peta wilayah Kotawaringin tahun 1920 daerah ini berganti menjadi Saboei. pemberian nama Saboei untuk daerah bagian pesisir pantai sampai ke Tg. Pengoedjan sedangkan untuk daerah tepian S. Waringin diberi nama Koealasapo dan menjadi bagian dari daerah kekuasaan Kesultanan Kotawaringin yang berpusat di Pangkalanboeoen (Soekaboemi). Pada tahun 1925 daerah pesisir pantai Negeri Soekaboemi ini masih menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Kotawaringin serta bertambah nya nama daerah di sebelah timur Saboei dengan sebutan Keraja di buktikan dengan Soerat Djoewal Beli antara orang Bangsa Bugis bernama Hadji Muhamad Djin bin Daing Maloerang yang menjual sebuah kebun dengan pagarnya di sebelah timur Koeala Pangkalan Boen, Kampoeng Keraja kepada Djain bin Toeweng anak Boemi-Poetra di Pangkalan Boen bersaksi di hadapan Pangeran Adipatie (Mangkoe-Boemi) dan di saksikan oleh Kepala Kampoeng Saboei Muhammad Said di Pangkalan Boen pada 7 Januarie 1925.
Dalam perjalanan sejarah sejak berdirinya hingga tahun 1935-1950 Kampoeng Saboei menjadi daerah basis peperangan fisik dalam merebut dan memepertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Kumandang dan gelora Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 benar-benar telah membangkitkan seluruh rakyat Indonesia untuk serentak dan bahu-membahu bersama-sama ikut turun kegelanggang dan kancah perjuangan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kampoeng Saboei yang pada masa itu dipimpin oleh Astur bin Mataher bersama para pemuda dan penduduk Kampoeng Saboei melakukan perlawanan terhadap penjajah di wilayah Kampoeng Saboei yang membentang dari KoealaSapo sampai ke Tandjung Pengoedjan untuk mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada Agresi Militer Belanda II pada tahun 1946 Mayor Tjilik Riwut sebagai Komandan Pasukan M.N. 1001 Mobiele Brigade MBT/TNI. Dalam hal memberangkatkan tentara ekspedisi ke Kalimantan, didahului oleh Rombongan I Pasukan TKR Pimpinan Rahadi Usman yang gugur dalam pertempuran melawan militer Belanda/NICA di Ketapang, Kalimantan Barat. Disusul ekspedisi Tentara/Pasukan berikutnya Pimpinan Letnan Kolonel Husin Hamzah yang dalam pertempuran melawan pasukan Belanda/NICA di Teluk Bogam – Sungai Rangas, Kotawaringin, Kalimantan Tengah. Letnan Kolonel Husin Hamzah gugur, segera Pimpinan pertempuran digantikan Mayor Firmansyah. Dalam pertempuran itu, pihak Belanda/NICA mengalami kekalahan lebih kurang 40 orang tewas bersama-sama komandannya, Luitenant De Vries, terkubur di Teluk Bogam itu.
Di tahun 1960 Kampoeng Saboei di bagi menjadi 3 (tiga) yaitu, Kampung Sabuai, Kampung Keraya, Kampung Teluk Bogam. Selanjutnya pada tahun 2010 Desa Sabuai mengalami pemekaran wilayah/pembentukan Desa baru yaitu Desa Sabuai Timur yang berasal dari sebagian wilayah Desa Sabuai Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah.
Geografi dan Iklim
Letak Desa Sabuai
Desa Sabuai merupakan desa yang berada di pesisir pantai barat Kumai yang wilayahnya langsung berhadapan dengan laut jawa sebelah selatan Kota Pangkalan Bun.
- Letak posisi pada :
- 02,59'59 Drajat Lintang Selatan
- 3'22'84 Bujur Timur
- 198'Azimut dari Pangkalan Bun
- Jarak Udara 34,44 Km dari Pangkalan Bun
- Jarak tempuh ke kecamatan 67 Km
Batas Administrasi Desa :
- Sebelah Utara : Desa Pasir Panjang
- Sebelah Barat : Desa Tanjung Putri
- Sebelah Timur : Desa Sabuai Timur
- Sebelah Selatan : Laut Jawa
Luas Wilayah : 6500 km²
Iklim
- Ketinggian dari permukaan laut 1,5 mdpl
- Kategori wilayah adalah dataran rendah :
- Dataran Rendah : 5500
- Dataran Sedang : 750 Km²
- Bukit/Natai : 250
- Jenis Tanah : Pasir Berlumpur, Tanah Hitam/Putih, Kapur dan Pasir Kuarsa
- Klimatologi :
- Curah Hujan Rata-rata Pertahun : 1.000 mm/tahun
- Luas Wilayah Rawan Kekeringan :
Pemerintahan
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa dan Peraturan Desa Nomor 02 Tahun 2008 Tentang Perangkat Desa.
Kependudukan
Desa Sabuai Kecamatan Kumai pada tahun 2019 Penduduk berjumlah 612 Jiwa dan 171 Kepala Keluarga (KK). Terdiri dari 298 laki-laki dan 314 perempuan serta 7 Rukun Tetangga (RT). Lebih jelasnya dapat terlihat pada tabel :
No | Rukun Tetangga (RT) | Jumlah KK | Laki-Laki | Perempuan | Jumlah Jiwa | Keterangan |
---|---|---|---|---|---|---|
1. | RT.01 | 25 | 49 | 47 | 96 | |
2. | RT.02 | 19 | 34 | 36 | 70 | |
3. | RT.03 | 28 | 41 | 47 | 88 | |
4. | RT.04 | 27 | 49 | 58 | 107 | |
5. | RT.05 | 30 | 41 | 48 | 89 | |
6. | RT.06 | 20 | 38 | 45 | 83 | |
7. | RT.07 | 22 | 40 | 39 | 79 | |
Jumlah Total | 171 | 298 | 314 | 612 |
- Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pendidikan
No | Tingkat Pendidikan | Laki-laki | Perempuan | Jumlah |
---|---|---|---|---|
1. | Tidak Tamat SD | 2 | 3 | 5 |
2. | SD/MI | 35 | 43 | 78 |
3. | SLTP/Sederajat | 15 | 24 | 39 |
4. | SLTA/Sederajat | 7 | 12 | 19 |
5. | Diploma | 0 | 1 | 1 |
6. | Sarjana | 5 | 6 | 11 |
7. | Pend.Keterampilan | 0 | 0 | 0 |
- Jumlah Penduduk Menurut Agama
No | Agama | Laki-laki | Perempuan | Jumlah |
---|---|---|---|---|
1. | Islam | 298 | 314 | 612 |
2. | Kristen Protestan | 0 | 0 | 0 |
3. | Kristen Khatolik | 0 | 0 | 0 |
4. | Hindu | 0 | 0 | 0 |
5. | Budha | 0 | 0 | 0 |
6. | Kaharingan | 0 | 0 | 0 |
7. | Lainnya | 0 | 0 | 0 |
Perekonomian
Sebagian besar mata pencaharian Masyarakat Desa Sabuai adalah usaha Pertanian dan Perkebunan, Desa Sabuai mempunyai lahan Pertanian yang sangat luas yang merupakan rencana lumbung pangan pertanian terbesar di wilayah Kecamatan Kumai. Desa Sabuai sebagian besar wilayahnya bertanah gambut, pasir dan sebagian besar masyarakat Desa Sabuai bekerja sebagai petani, karena lahan pertanian yang dimiliki serta kapasitas lahan pertanian yang cukup luas.
- Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
No | Jenis Pekerjaan | Jumlah laki-laki | Jumlah Perempuan | Jumlah |
---|---|---|---|---|
1. | Petani | 88 | 23 | 111 |
2. | Nelayan | 23 | 0 | 23 |
3. | Wirawasta | 15 | 10 | 25 |
4. | Pegawai Negeri Sipil | 1 | 1 | 2 |
5. | Buruh | 13 | 5 | 18 |
6. | Pelajar | 47 | 62 | 109 |
7. | Ibu Rumah Tangga | 0 | 80 | 80 |
8. | Karyawan Swasta | 8 | 5 | 13 |
9. | Tidak Bekerja | 4 | 8 | 12 |
10. | Dagang | 7 | 5 | 12 |
11. | Tukang | 8 | 0 | 8 |
12. | Lainnya | 19 | 11 | 30 |
- Penyerapan Tenaga Industri Perdesaan
No | Jenis Industri | Jumlah Produk/bln | Jumlah Tenaga Kerja | Skala Usaha |
---|---|---|---|---|
1. | Proses Pembuatan Minyak Kelapa | >100 Ltr | 15 org | 3 unit |
2. | Proses Pembuatan Minyak VCO | >5 Ltr | 3 org | 1 unit |
3. | Usaha Pengrajin Sapu Lidi, Aksesoris, dll | >10 unit | 10 | 2 unit |
- Potensi dan Pemanfaatan Lahan
No | Jenis lahan | Luas penggunaan (ha) | Semetara belum Dikelola (ha) | Jumlah (ha) |
---|---|---|---|---|
1. | Lahan Sawah | 745 | 400 | 1145 ha |
2. | Ladang | 0 | 0 | 0 |
3. | Tegalan/Kebun | 150 | 0 | 150 ha |
4. | Pekarangan | 60 | 70 | 130 ha |
5. | Padang Gembala | 10 | 0 | 10 ha |
6. | Kolam/Empang | 0 | 15 | 15 ha |
7. | Perkebunan | 316,5 | 183,5 | 500 ha |
8. | Hutan | 1.600 | 1.600 | 1.600 ha |
9. | Rawa | 0 | 0 | 0 |
10. | Lain-lain | 0 | 2.950 | 2.950 ha |
Jumlah | 6.500 ha |
- Potensi Sumber Daya Alam
- Jenis Tanaman
No | Jenis Tanaman | Produksi(ton)/tahun | Luas (ha) |
---|---|---|---|
1. | Jungatap | 1 | 10 |
2. | Sawo | 0 | 0 |
3. | Kuweni | 0,1 | 4 |
4. | Mangga | 0,5 | 10 |
5. | Kelapa | 10.000 biji | 150 |
6. | Singkong | 0,5 | 2 |
7. | Ubi Jalar | 0,1 | 1 |
8. | Jagung | 0 | 0 |
9. | Kelapa Sawit | 100 | 100 |
- Jenis Ternak
No | Jenis Ternak | Jumlah Ternak (ekor) | Luas Pengelolaan (ha) |
---|---|---|---|
1. | Sapi | 155 | 15 ha |
2. | Kambing | 30 | 5 ha |
3. | Ayam | 1000 | 2 ha |
4. | Itik | 320 | 1 ha |
5. | Angsa | 0 | 0 |
- Jenis Perikanan
No | Jenis Alat Tangkap | Jumlah Alat Tangkap | Produksi (ton)/bln |
---|---|---|---|
1. | Jaring Rajungan | 850 Pcs | 0,2 |
2. | Jaring Udang | 800 Pcs | 0,1 |
3. | Jaring Ikan | 1300 Pcs | 0,5 |
4. | Sungkur | 12 Pcs | 0,1 |
5. | Bubu | 10 Pcs | 0,1 |
6. | Jala | 10 Pcs | 0,05 |
Pariwisata
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |