A. Alin De
Asril Alin Djainan atau A. Alin De (4 Maret 1952 – 19 Agustus 2007)[1] merupakan seniman teater dan pelukis asal Sumatera Barat yang dikenal di Indonesia. Semasa hidupnya A. Alin De setidaknya telah melakukan 40 pementasan teater sebagai sutradara dan penulis naskah. Dalam bidang seni lukis, ia telah memamerkan karyanya di ajang Pameran Besar Seni Lukis Indonesia 1976 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.[2]
Biografi | |
---|---|
Kelahiran | 4 Maret 1952 Padang |
Kematian | 19 Agustus 2007 (55 tahun) Padang |
Data pribadi | |
Kelompok etnik | Orang Minangkabau |
Pendidikan | Institut Seni Indonesia Yogyakarta (1972–1979) SMK Negeri 4 Padang (1969–1972) |
Kegiatan | |
Pekerjaan | penulis skenario, pelukis, sutradara teater |
Bekerja di | Harian Singgalang (1982–1995) |
Keluarga | |
Pasangan nikah | Emi Amir (1976–1981) Erlina Ernawati (1981–) |
Anak | Milanda ( Erlina Ernawati) Yudistira ( Erlina Ernawati) Gondan Gerhana ( Erlina Ernawati) |
Orang tua | Djainan , Nurjani |
Saudara | Tasmir Tay, Rostini, Jamalus, Jayamurni, Suryadi, Ming Suryani dan Jon Romi |
Ia belajar melukis di SSRI Padang dan STSRI-ASRI Yogyakarta[3]. Dalam bidang teater, Alin merupakan anggota Bumi Teater yang diasuh oleh Wisran Hadi. Kemudian dengan beberapa orang lainnya mereka mendirikan kelompok teater yang dinamakan dengan Sanggar Seni Dayung-Dayung.
Pendidikan
suntingAlinde bersekolah di SMP 5 Padang, kemudian menyelesaikan sekolahnya pada tahun 1968 dan melanjutkan sekolah ke SMA Ganesa meskipun tidak selesai.[1] Keinginan untuk mengembangkan bakatnya dibidang seni, disambut baik oleh orang tua. Alinde kemudian memutuskan untuk pindah ke Sekolah Seni Rupa Padang. Ia menyelesaikan studinya pada tahun 1972.Setelah lulus dari Sekolah Seni Rupa Padang, Alinde melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STRSI-ASRI) di daerah Yogyakarta dan lulus pada tahun 1979. Pada masa perkuliahanlah, Alinde dekat dengan tokoh-tokoh kalangan seniman seperti Kasman, Surisman Mara, Nazar Ismael, Harun Al Rasyid, dan Darvies Rasyidin.[1]
Karya
suntingDalam menulis naskah A. Alin De kerap melakukan kerja dekontruksi dari teks sebelumnya. Oleh karena kerjanya, Naskah Matriakat Jamilan Putri Dewaraja pernah disangka hasil plagiat dari naskah Antigone karya Sophokles. (bagian dari trilogi Oedipus). Persamaan antara Antigone dengan Matriakat Jamilan Putri Dewaraja tampak pada alur cerita. Tokoh dan relasi antartokoh memiliki kesejajaran, namun ada beberapa tokoh dalam Antigone yang tidak memiliki kesejajaran dalam Matriakat Jamilan Putri Dewaraja, sebaliknya juga demikian.[4]
Keluarga
suntingKedua orang Alinde memiliki keturunan minang asil, ibunya yang bernama Nurjani berasal dari Taluak Pantai Kata Kabupaten Pariaman sedangkan ayahnya yang bernama Djainan berasal dari Sungai Puar Kabupaten Agam. Alinde merupakan anak pertama dan memiliki tujuh adik yakni Tasmir Tay, Rostini, Jamalus, Jayamurni, Suryadi, Ming Suryani, dan Jon Romi.[1]
Alinde menikah pada tahun 1976 dengan seorang perempuan bernama Emi Amir dan dikaruniai dua orang anak.[1] Namun pernikahan tersebut tidak bertahan lama, pada tahun 1981, Alinde dan Emi memutuskan untuk bercerai.[1] Setelah bercerai dengan Emi, Alinde menikah kembali dengan Erlina Ernawati dan dikaruniai tiga orang anak yang bernama Milanda, Yudistira, dan Gondan Gerhana.[1] Darah seni yang ada pada Alinde dan istrinya turun kepada anak-anaknya, Gondan mewarisi bakat seni serta berbakat pada bidang kuliner. Serta Yudistira juga ikut menggeluti bidang seni dan tergabung sebagai anggota dari Sanggar Teater Imaji.[1]
Referensi
sunting- ^ a b c d e f g h "A. Alin De dan karyanya: maestro dalam bidang kebudayaan di Provinsi Sumatera Barat". Situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
- ^ Ernatip; Hasanadi. "A. Alin De dan Karyanya: Maestro Dalam Bidang Kebudayaan di Provinsi Sumatera Barat" (PDF). Repositori Kemendikbud. Kemendikbud RI. Diakses tanggal 18-08-2019.
- ^ Dewan Kesenian Jakarta (Desember 1980). 1980 Pameran Besar Seni Lukis Indonesia 4 (PDF). Dewan Kesenian Jakarta.
- ^ Sonia (19 Agustus 2019). "Zurmailis: A Alin De Bukan Plagiat". Harian Khazanah.