Pembicaraan:Sulalatus Salatin

Menurut saya Sejarah Melayu lebih dikenal daripada Sulalatus Salatin dalam bahasa Indonesia. Meursault2004ngobrol 01:21, 4 Februari 2009 (UTC)

Mungkin judul Sulalatus Salatin lebih baik, krn Sejarah Melayu akan membuat oarng berfikir isi artikel bukan mengenai buku tetapi mengenai sejarah orang Melayu. Kembangraps (bicara) 12:09, 7 Oktober 2009 (UTC)

Bagaimana dengan Hikayat Sejarah Melayu? Meursault2004ngobrol 12:22, 7 Oktober 2009 (UTC)

Bentuk Inggrisnya adalah Malay Annals, mengapa diterjemahkan jadi Sejarah Melayu ya? Sementara itu, di salah satu buku teks SLTP ("Pengantar Kesusastraan Indonesia") disebut sebagai Istana Raja-raja (terjemahan dari Sulalatus Salatin). Kalau Hikayat Melayu saja bagaimana ? Kembangraps (bicara) 12:35, 7 Oktober 2009 (UTC)

Hikayat Melayu itu sebuah karya serupa, kalau tidak salah, tapi isinya agak berbeda. Hmm ... dulu saya pernah dapat pelajaran mengenai hal ini. Nanti saya pikirkan lagi. Meursault2004ngobrol 12:53, 7 Oktober 2009 (UTC)

Ok. sekalian mas, artikel bahasa Indonesia dan bahasa Melayu dibenahi, sekarang kan Bulan Bahasa. Kembangraps (bicara) 12:59, 7 Oktober 2009 (UTC)

Bukannya Sulalatus Salatin memang judul aslinya? Sebutan Malay Annals diberikan oleh orang Inggris, lalu malah diterjemahkan kembali menjadi Sejarah Melayu. Gombang (bicara) 13:46, 7 Oktober 2009 (UTC)

Begitukah situasinya? Sayang saya punya buku tentang sejarah Sastra Melayu tapi ada di rumah saya ... Meursault2004ngobrol 13:58, 7 Oktober 2009 (UTC)

Saya kebetulan punya buku Sejarah Melayu terbitan Royal Asiatic Society cabang Malaysia. Di pengantarnya, R. Roolvink menyebutkan orang Belanda pada awalnya masih memakai judul Sulalatus Salatin, tapi orang Inggris (John Leyden) menggunakan judul Malay Annals. Abdullah bin Abdulkadir kemudian menggunakan sebutan Sejarah Melayu. Tapi sebutan Sejarah Melayu itu sendiri tidak ada dalam teks. Gombang (bicara) 15:13, 7 Oktober 2009 (UTC)
@ Kembangraps. Bahasa Indonesia dan bahasa Melayu itu sebuah neverending story :-) Meursault2004ngobrol 13:59, 7 Oktober 2009 (UTC)

Saya lebih suka memperlakukan artikel bahasa Melayu dengan menitikberatkan pada sejarah, variasi dialek, huubngan dengan bahsa Indonesia (dan bhs Malaysia), tanpa terlalu banyak fokus ke aspek fonologi/fonetik. Di artikel bahasa Indonesia, dibahas mengenai sejarah "penyimpangannya" dari bahasa Melayu Raja Ali Haji (gara2 van Ophuysen dan orang2 Balai Pustaka) --> sejarah moderen. Aspek fonologi diperdalam, juga aspek kontemporer (pengaruh bahasa Betawi, bahasa daerah, bhs Jawa), perbandingan dg bhs Malaysia, serta gejala anglicism yang mulai muncul. Setuju ngga? Kembangraps (bicara) 15:33, 7 Oktober 2009 (UTC)

Kembali ke halaman "Sulalatus Salatin".