Psikologi media

Revisi sejak 23 Mei 2024 23.56 oleh Kim Nansa (bicara | kontrib) (Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Psikologi media adalah cabang ataupun disiplin ilmu dalam ilmu psikologi yang berfokus pada interaksi perilaku manusia dengan media, dan teknologi. Psikologi media tidak terbatas pada media massa atau konten media namun mencakup semua bentuk komunikasi yang terkait dengan media, seperti penggunaan, desain, dampak, dan perilaku muncul karena media. Psikologi media merupakan bidang studi yang relatif baru disebabkan, berkembangnya, dan majunya teknologi. Disiplin ilmu ini menggunakan berbagai jenis metode analisis, dan investasi untuk mengembangkan model kerja sehingga bisa mengetahui persepsi pengguna dalam pengalaman menggunakan media. Metode-metode ini digunakan untuk masyarakat secara luas, ataupun secara individu. Seorang psikolog media mampu melakukan kegiatan yang mencakup konsultasi, desain, dan produksi diberbagai media seperti televisi, videogame, film, dan penyiaran berita. Seorang psikolog media tidak dianggap sebagai sosok yang ditampilkan dimedia seperti konselor, psikoterapis, dokter, dll namum seorang psikolog media mereka yang meneliti, bekerja, ataupun berkontribusi di lapangan secara langsung[1].

Sejarah

sunting

Ada tumpang tindih dengan berbagai bidang ilmu seperti ilmu komunikasi, antropologi, pendidikan, dan sosiologi. Belum lagi yang berada dalam disiplin ilmu psikologi itu sendiri. Banyak penelitian yang mungkin bisa dianggap sebagai "Psikologi media" berasal dari bidang ilmu lain baik itu berasal dari akademik ataupun terapan. Pada tahun 1920an seorang profesional dari pemasaran, periklanan, dan hubungan masyarakt mulai melakukan penelitian tentang perilaku konsumen, dan motivasi untuk komersial[2]. Penggunaan media massa selama Perang Dunia II, menciptakan gelombang minat akademis dalam menggunakan pesan media massa, dan menghasilkan penciptaan bidang baru yakni ilmu komunikasi [3] Bidang psikologi media menjadi terkenal pada tahun 1950-an ketika televisi menjadi populer dirumah tangga Amerika. psikolog menanggapi keprihatinan sosial yang meluas tentang anak-anak, dan kebiasaanmenonton televisi mereka. Misalnya, para peneliti mulai mempelajari dampak menonton televisi terhadap keterampilan membaca anak-anak. Kemudian, mereka mulai mempelajari dampak menonton televisi yang mengandung kekerasan terhadap perilaku anak-anak, misalnya, jika mereka cenderung menunjukkan perilaku anti-sosial atau meniru perilaku kekerasan yang mereka lihat. Peristiwa ini mengarah pada pembentukan divisi baru American Psychological Association pada tahun 1987. Divisi 46, Divisi Psikologi Media (sekarang APA Society for Media Psychology and Technology), adalah salah satu divisi yang paling cepat berkembang pesat di American Psychological Association. psikolog media saat ini mempelajari baik warisan maupun bentuk media baru yang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir seperti teknologi telepon seluler, internet, dan genre baru televisi. psikolog media juga terlibat dalam bagaimana orang terpengaruh dan dapat mengambil manfaat dari desain teknologi seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) dan teknologi seluler, seperti menggunakan VR untuk membantu korban trauma[4].

Teori psikologi media mencakup persepsi, kognisi, dan komponen humanistik pengguna dalam kaitannya dengan pengalaman mereka terhadap lingkungan mereka. psikolog media juga memanfaatkan psikologi perkembangan, naratif, dan temuan yang muncul dari ilmu saraf. Teori, dan penelitian dalam ilmu psikologi digunakan merupakan tulang punggung ilmu psikologi media, dan membimbing disiplin itu sendiri. Teori dalam psikologi yang diterapkan pada media mencakup beberapa dimensi, yaitu teks, gambar, simbol, video, dan suara. Psikologi sensorik, semiotika, semantik untuk komunikasi visual, dan bahasa, kognisi sosial serta ilmu saraf adalah beberapa bidang yang dibahas dalam studi bidang psikologi media ini[5]. Beberapa teori yang digunakan dalam psikologi media meliputi:

Teori disposisi afektif

sunting

Konsep teori disposisi afektif digunakan untuk membedakan perspektif pengguna pada berbagai bentuk konten media, dan perbedaan dalam fokus[6]. Teori ini terdiri dari empat komponen yang berasa dari emosi: (1) media didasarkan pada emosi, dan pendapat individu terhadap suatu karakter, (2) konten media didorong dari menikmati, dan apresiasi dari individu, (3) individu membentuk perasaan tentang karakter yang baik positif atau negatif, dan (4) media bergantung pada timbulnya konflik antar karakter, dan bagaimana individu bereaksi terhadap konflik tersebut[7].

Teori simulasi

sunting

Teori simulasi atau simulation theory (ST) berpendapat bahwa simulasi mental tidak sepenuhnya memisahakan informasi eksternal yang mengelilingi pengguna. Melainkan merupakan rangsangan yang dibentuk kembali menjadi citra, dan ingatan pengguna untuk menjalankan simulasi. Ini menjelaskan mengapa pengguna dapat membentuk pengalaman ini tanpa menggunakan teknologi, karena menunjukkan relevansi konstruksi, dan dari pemrosesan internal.[8]

Referensi

sunting
  1. ^ Dill, Karen E. (2013). The Oxford Handbook of Media Psychology (dalam bahasa Inggris). OUP USA. ISBN 978-0-19-539880-9. 
  2. ^ Rutledge, Pamela Brown (2012-12-31). "Arguing for Media Psychology as a Distinct Field". Oxford Handbooks Online. doi:10.1093/oxfordhb/9780195398809.013.0003. 
  3. ^ "Robert K. Merton". Criminology. Oxford University Press. 2021-07-28. 
  4. ^ Rizzo, Albert; John, Bruce; Newman, Brad; Williams, Josh; Hartholt, Arno; Lethin, Clarke; Buckwalter, J. Galen (2013-01). "Virtual Reality as a Tool for Delivering PTSD Exposure Therapy and Stress Resilience Training". Military Behavioral Health. 1 (1): 52–58. doi:10.1080/21635781.2012.721064. ISSN 2163-5781. 
  5. ^ Raney, Arthur A. (2011-01-01). "The Role of Morality in Emotional Reactions to and Enjoyment of Media Entertainment". Journal of Media Psychology. 23 (1): 18–23. doi:10.1027/1864-1105/a000027. ISSN 1864-1105. 
  6. ^ Interpersonal sensitivity : theory and measurement. Judith A. Hall, Frank J. Bernieri. Mahwah, N.J.: L. Erlbaum Associates. 2001. ISBN 0-585-38053-8. OCLC 48139531. 
  7. ^ Empathic accuracy. William John Ickes. New York. 1997. ISBN 1-57230-161-9. OCLC 35151238. 
  8. ^ Ickes, William John (2003). Everyday mind reading : understanding what other people think and feel. Amherst, N.Y.: Prometheus Books. ISBN 1-59102-119-7. OCLC 52937924.