Nyi Tjondrolukito

Revisi sejak 24 Mei 2024 02.20 oleh AABot (bicara | kontrib) (~)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Nyi Tjondrolukito (atau Condrolukito, ꦕꦤ꧀ꦢꦿꦭꦸꦏꦶꦠ; Sinduadi, Mlati, Sleman, 20 April 1920 - Jakarta, 3 November 1997) merupakan pesinden dalam genre gamelan Jawa gaya Yogyakarta, yang dapat dikatakan menjadi legenda dalam kesenian Jawa abad ke-20.

Terlahir dengan nama Turah (ꦠꦸꦫꦃ), wanita asal Dusun Pogung ini mulai berlatih olah vokal dan menari di Dalem Danurejan pada usia 12 tahun. Setelah diangkat sebagai seniman kraton, ia diberi nama Padhasih (ꦥꦝꦱꦶꦃ) oleh Sri Sultan HB VIII. "Condrolukito" adalah nama suaminya.

Karier

sunting

Pada masa awal kemerdekaan, ia mulai bernyanyi untuk RRI. Sejak itulah ia mulai dikenal kalangan luas. Uyon-uyon adalah bentuk kesenian yang paling sering dinyanyikannya, selain mengiringi pertunjukan wayang kulit ataupun iringan tarian. Ciptaannya, Jineman Kutut Manggung menjadi salah satu karya legendarisnya.Sebagai penyanyi, ia dikenal sering berinovasi dan menabrak pakem-pakem klasik, sehingga selain populer juga dianggap kontroversial.

Untuk mengenangnya, ruas jalan di selatan Monumen Yogya Kembali diberi nama menurut namanya.

Pranala luar

sunting