Museum Bikon Blewut
Museum Bikon Blewut adalah museum yang terletak di atas perbukitan desa Takaplager, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur[1] dan berada di dalam kompleks Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero.[2] Nama museum ini diambil dari bahasa Sikka yaitu dari kata Bikon yang berarti Lampau dan Blewut yang artinya Rusak, sehingga Bikon Blewut diartikan sebagai sisa-sisa peninggalan masa lampau. Saat ini kepemilikan dan pengelolaan museum dipegang oleh Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero.[3]
Museum ini bisa dikunjungi setiap hari Senin hingga Jumat dari pukul 09.00 wita hingga 14.00 wita dan tidak ada patokan harga karcis masuk tetapi pengunjung bisa memberi sumbangan secara sukerela.[4]
Bangunan
Musuem ini selesai direnovasi pada 2022 lalu dan dibuka kembali pada 1 Februari 2023. Sebagian besar pengunjung berasal dari Eropa, Amerika dan Australia yang memiliki tujuan riset dan pengambilan data untuk disertasi dan tesis mereka.[4]
Koleksi
Museum ini menyimpan beberapa koleksi alat-alat kebudayaan dari era paleolitikum, mesolitikum, neolitikum, hingga zaman perunggu. Selain koleksi alat-alat kebudayaan, museum ini juga menyimpan fosil fauna dan flora dan koleksi seni budaya masyarakat Flores dan NTT pada era kontemporer. Koleksi di Museum Bikon Blewut dikumpulkan mulai tahun 1965 oleh Pater Verhoeven, misionaris Ordo SVD yang memiliki minat di bidang etnologi, linguistik, dan antropologi budaya setempat.[1] Usaha pengumpulan koleksi kemudian dilanjutkan oleh Pater Piet Petu pada tahun 80-an dan kemudian menjadi kepala museum dari tahun 1983 sampai 1999.[1][5]
Adapun koleksi museum yang dipamerkan adalah fosil gajah purba Flores yang ditemukan pada tahun 1922 saat gempa di wilayah Watumelang, Kabupaten Sikka. Selain itu, terdapat pula rangka utuh tikus purba dan ular. Koleksi lainnya adalah peralatan makan dan perkakas rumah tangga dongson Flores dan dari zaman batu, senjata tradisional serta lukisan. Kemudian juga terdapat koleksi uang kertas dan koin dari beberapa negara dan zaman. Lalu terdapat juga fosil manusia purba Flores (Homo floresiensis) yang ditemukan pada tahun 2002 di Gua Liang Bua, Pulau Flores.[6]
Referensi
- ^ a b c Hakim, Muhammad Lukman (2011-04-14). "Melihat Masa Lalu Flores di Museum Bikon Blewut". detikcom. Diakses tanggal 2020-06-06.
- ^ Ama, Kornelis (2019-05-19). "Bikon Blewut, Ungkap Jejak Peradaban Flores yang Tersembunyi". kompas.id. Diakses tanggal 2024-05-24.
- ^ "Museum Bikon Blewut - Sistem Registrasi Nasional Museum". Sistem Registrasi Nasional Museum Kemdikbud. Diakses tanggal 2024-05-24.
- ^ a b Fuka, Nofri (2023-02-02). "Sempat Direnovasi, Museum Bikon Blewut di Sikka Kembali Dibuka untuk Wisatawan". Tribunflores.com. Diakses tanggal 2024-05-24.
- ^ "Museum Blikon Blewut «". www.stfkledalero.ac.id. Diakses tanggal 2019-08-22.
- ^ Lodan, Amelia (2022-09-27). "Blikon Blewut, Museum Warisan Budaya Flores". www.syuradikara.sch.id. Diakses tanggal 2024-05-24.