Celepuk jawa
Celepuk jawa (Otus angelinae) adalah spesies burung hantu langka yang endemik di hutan-hutan Pulau Jawa, Indonesia.[1] Tidak ada subspesies lain dalam genus ini kecuali spesies ini.[1] Status konservasi spesies ini adalah rentan.[1][2]
Celepuk jawa
| |
---|---|
Otus angelinae | |
Status konservasi | |
Rentan | |
IUCN | 22688591 |
Taksonomi | |
Kelas | Aves |
Ordo | Strigiformes |
Famili | Strigidae |
Genus | Otus |
Spesies | Otus angelinae Finsch, 1912 |
Tipe taksonomi | Otus |
Tata nama | |
Dinamakan berdasarkan | Angeline Henriette Caroline Bartels (en) |
Distribusi | |
Endemik | Jawa |
Ciri-ciri
suntingCelepuk jawa merupakan burung hantu berukuran tubuh kecil, yaitu panjang antara 16–18 cm, berat antara 75-91 g, dan lebar sayap antara 135–149 mm.[1][3][4] Warna tubuhnya gelap kecoklatan, dengan cakram wajah berwarna coklat kemerah-merahan, serta alisnya yang berwarna putih terang membentang hingga ke jambul telinga.[1][3] Warna bulu luarnya coklat gelap kemerahan, sering kali dengan kerah keputihan dan garis-garis skapula hitam dan putih, dan bulu tubuh bagian dada berwarna krem atau keputihan.[1] Warna selaput pelangi (iris) mata kuning keemasan.[1] Burung muda memiliki suara keras "tch-tschschsch" yang diulang setiap 6 detik sedangkan suara burung dewasa mirip dengan Otus brookii.[4]
Persebaran
suntingCatatan BirdLife International (2001) menyebutkan bahwa celepuk jawa terdapat di tiga gunung di Jawa Barat (Gede-Pangrango, Salak), meskipun diperkirakan bahwa spesies ini terdapat pula di kawasan pegunungan Jawa Tengah (Slamet) dan Jawa Timur (Ijen).[1][3] Survei terakhir di pegunungan Slamet dan Ijen (Mittermeier et al., 2014), meski tidak komprehensif, belum menemukan spesies ini.[1] Hanya satu saja spesimen spesies ini, yang sebelumnya dianggap Otus brookii, yang menjadi dasar identifikasi bahwa spesies ini tersebar seluruh wilayah dataran tinggi di Jawa bagian tengah dan timur (Konig et al., 2009).[1] Hal tersebut perlu penelitian lebih lanjut, mengingat sifat celepuk jawa yang sangat tenang dan pendiam menyulitkan penemuan keberadaannya di alam bebas.[1][3]
Referensi
sunting- ^ a b c d e f g h i j k Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaIUCN
- ^ Newton, Ian (2002). Ecology and Conservation of Owls (dalam bahasa Inggris). Csiro Publishing. ISBN 9780643067943.
- ^ a b c d Mikkola, Heimo (2017-06-15). Owls of the World - A Photographic Guide: Second Edition (dalam bahasa Inggris). Bloomsbury Publishing. ISBN 9781472945617.
- ^ a b MacKinnon, John (2010). Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Jakarta: Burung Indonesia. hlm. 40. ISBN 9786029731101.