Hilmar Farid

Revisi sejak 2 Juni 2024 01.21 oleh Mehmed Saykono (bicara | kontrib) (update gelar)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Hilmar Farid, B.A., M.A., Ph.D. (lahir 8 Maret 1968) adalah seorang sejarawan, aktivis, dan pengajar Indonesia.

Hilmar Farid
Hilmar pada Januari 2020
LahirHilmar Farid
08 Maret 1968 (umur 56)
Jerman Bonn, Jerman Barat
KebangsaanIndonesia Indonesia
PekerjaanDirektur Jenderal Kebudayaan
Dikenal atassejarawan, aktivis dan pengajar Indonesia

Pada tanggal 31 Desember 2015, ia dilantik menjadi Direktur Jenderal Kebudayaan yang baru, menggantikan Kacung Marijan yang telah menjabat selama 4,5 tahun.[1] Hilmar merupakan orang pertama yang menduduki kursi direktur jenderal yang berasal dari tataran non-pegawai kementerian. Saat dilantik, ia juga masih menduduki jabatan komisaris di PT Krakatau Steel (Persero).

Kehidupan awal dan pendidikan

Hilmar lahir di kota Bonn, Jerman Barat, pada tanggal 8 Maret 1968. Hilmar merupakan anak dari Agus Setiadi, seorang penerjemah buku cerita anak.

Pada 1993, ia menyelesaikan studinya di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia dengan judul skripsi "Politik, Bacaan dan Bahasa Pada Masa Pergerakan: Sebuah Studi Awal". Dua tahun setelah lulus, pria penyuka musik ini kemudian mengajar di Institut Kesenian Jakarta selama 4 tahun.

Karier

Organisasi

Pada 1994, bersama beberapa seniman, peneliti, aktivis, dan pekerja budaya di Jakarta, ia mendirikan Jaringan Kerja Budaya dan menerbitkan bacaan cetak berkala Media Kerja Budaya.

Pada 2002, Hilmar mendirikan dan memimpin Institut Sejarah Sosial Indonesia hingga 2007. Saat ini ia masih bertindak sebagai ketua dewan pembina organisasi nirlaba tersebut sambil menjadi Ketua Perkumpulan Praxis sejak 2012.

Tertarik pada kebudayaan dan sejarah, Hilmar kemudian aktif di Asian Regional Exchange for New Alternatives (ARENA) dan Inter-Asia Cultural Studies Society sebagai editor. Pada Maret 2012, ia bersama rekan-rekannya membentuk Relawan Penggerak Jakarta Baru (RPJB), yang bertujuan mensosialisasi pilkada Jakarta 2012 tanpa keterlibatan uang dan mendukung serta mengkampanyekan figur yang layak dipilih.

Penulis

Pada 2012, ia meluncurkan bukunya berjudul "Kisah Tiga Patung" yang diterbitkan Indonesia Berdikari. Bukunya yang lain, berasal dari disertasi doktornya di National University of Singapore bidang kajian budaya pada bulan Mei 2014 berjudul “Rewriting the Nation: Pramoedya and the Politics of Decolonization”.

Referensi

  1. ^ abidien, Zed (2016-01-01). "Hilmar Farid Jadi Dirjen Kebudayaan, Siapa Dia?". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-07-03. 

Pranala luar