Pertempuran Bojong Kokosan

Pertempuran Bojong Kokosan adalah pertempuran yang terjadi ketika konvoi tentara Inggris (Sekutu) yang hendak memperkuat pasukannya di Bandung disergap para pejuang Indonesia di Bojong Kokosan, Sukabumi.

Pertempuran Bojong Kokosan
Bagian dari Revolusi Nasional Indonesia
Tanggal1945
LokasiSukabumi
Hasil Kemenangan Indonesia
Pihak terlibat
 Indonesia  Britania Raya
Tokoh dan pemimpin
Edi Sukardi AJF Doulton
Korban
73 Tentara Keamanan Rakyat (TKR) tewas

80 Tentara Inggris tewas


Dahsyatnya Pertempuran di Palagan Bojongkokosan menyebabkan layaknya peristiwa tersebut diabadikan sebagai Hari Juang Siliwangi.

Keterlibatan mesin perang modern sekutu dan serdadunya dalam jumlah banyak di area tempur Palagan ini, tercatat dengan rapi dan terinci.

Art of The War, Sun Tzu" (400-320 SM) menulis :

"Untuk mengalahkan bangsa yang besar, tidak dengan mengirimkan pasukan perang. Tapi dengan cara menghapus pengetahuan mereka atas kejayaan para leluhurnya."

Sementara Soekarno menulis, "Jangan sekali-kali melupakan Sejarah"

Maka Pertempuran Bojong Kokosan adalah fase perang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamasikan 4 bulan sebelumnya, 17 Agustus 1945.

Penyergapan

Kabar yang diterima para pejuang menyebutkan bahwa pasukan Sekutu yang hendak menuju Bandung terdiri dari ratusan serdadu sekutu yang dikawal beberapa kendaraan lapis baja dan persenjataan modern. Sekitar pukul 15.00, kendaraan pengawal konvoi Sekutu terjebak lubang yang disiapkan oleh para pejuang di jalan yang diapit dua tebing di daerah Bojong Kokosan, jalan raya antara Bogor-Sukabumi. Menggunakan strategi hit and run, pertempuran sengit ini terjadi selama sekitar dua jam, sebelum akhirnya tentara Sekutu bisa melanjutkan perjalanannya, meskipun sepanjang jalan masih terjadi tembak-menembak.

Peristiwa tersebut dicatat oleh Letkol A. J. F. Doulton dalam Sejarah Militer Inggris “The fighting cock “, tertulis pada Chapter 24, “the turn of the year 1945/1946 “, sebagai berikut:

“An up convoy, escorted by 5/9 Jats, who were newcomers to Java, had begun the long climb through the hills when the leading rehicles were halted by a road-block. The hillside was alive with Indonesians, many of them, in the Japanese fashion occupying fox-holes, from which they lobbed an andless supply of Molotov coctail on the vehicles. It is no easy task to fight out of an ambush where an unseen foe commands the high ground and the infantry escort is spread over eight miles of road; moreover nightfall was not many hours away. The Jats C.O. was seriosly wounded in the first brush, one vehicle was ablaze, several others were badly damaged and number of drivers had slumped over their wheels, either dead or grievously hit”.

(Doulton, 1951:183)

(Sebuah konvoy dikawal oleh Batalyon 5/9 Jats, pendatang baru di Pulau Jawa, mulai bergerak lama mendaki perbukitan-perbukitan. Kendaraan pendahulu berhenti dihadang perintang jalan. Diatas perbukitan dipenuhi orang-orang Indonesia. Banyak diantaranya yang bersembunyi di lubang-lubang pertahanan ala Jepang, dan mulai melempari kendaraan-kendaraan kami dengan bom-bom molotov tanpa habis-habisnya. Tidaklah mudah untuk keluar dari suatu penghadang yang dilakukan oleh musuh yang tidak nampak, yang menempati ketinggian-ketinggian, lebih-lebih keadaan sudah mendekati gelap malam. Ditambah lagi pengawal terpencar di jalanan sepanjang 10 km. Pimpinan pasukan Jats sudah terluka parah pada awal serangan. Satu kendaraan terbakar, sejumlah lainnya rusak berat dan sejumlah pengemudi terlungkup diatas kemudi, entah mati atau terkena tembakan yang mengenaskan).

Desa-desa di sekitar arena pertempuran di Cibadak - Kabupaten Sukabumi ini kemudian dibombardir oleh pasukan udara Kerajaan Inggris (Royal Air Force).

Serangan udara balas dendam ini dalam dokumentasi Inggris diakui sebagai yang paling dasyat dalam perang Jawa (…while the R.A.F. delivered the heaviest air strike of the Java “ war “ ) (Doulton, 1951:284 The Fighting Cock).

Jumlah korban

Penyergapan tentara yang dikawal beberapa kendaraan lapis baja jenis Stuart ini menewaskan 50-an tentara Inggris dan melukai seratusan lainnya, sementara 30-an lainnya hilang. Banyaknya korban di pihak Inggris menimbulkan perdebatan di Parlemen Inggris dan mengundang perhatian dunia.

Catatan dari Letkol A.J.F. Doulton, sebagai berikut : “Happily for us, this battle was the end of jeavy casualties, but it was no final strom which left the air clear and there was not much rest for the troops.”

(“Syukurlah, ini adalah jumlah korban besar yang terakhir yang kami alami dalam pertempuran, namun ini bukan badai terakhir dan pasukan tidak cukup mendapat istirahat”)

Hari Juang Siliwangi

Sejak tahun 2004, pertempuran yang terjadi pada tanggal 9 Desember 1945 ini diperingati sebagai Hari Juang Siliwangi.

Pranala luar