Roberto Mancini
Roberto Mancini lahir 27 November 1964) adalah pelatih dan mantan pemain sepak bola asal Italia. Dia adalah pelatih kepala tim nasional sepak bola Italia.[3][4]
Mancini pada 2021 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Informasi pribadi | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nama lengkap | Roberto Mancini[1] | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tanggal lahir | 27 November 1964[2] | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tempat lahir | Lesi, Italia | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tinggi | 183 cm (6 ft 0 in)[2] | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Posisi bermain | Penyerang | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Karier senior* | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tahun | Tim | Tampil | (Gol) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
1981–1982 | Bologna | 30 | (9) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
1982–1997 | Sampdoria | 424 | (132) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
1997–2001 | Lazio | 87 | (15) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
2001 | → Leicester City (pinjaman) | 4 | (0) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
Total | 545 | (156) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tim nasional | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1982–1986 | Italia U-21 | 26 | (9) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
1984–1994 | Italia | 36 | (4) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kepelatihan | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2001–2002 | Fiorentina | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2002–2004 | Lazio | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2004–2008 | Inter Milan | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2009–2013 | Manchester City | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2013–2014 | Galatasaray | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2014–2016 | Inter Milan | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2017–2018 | Zenit Saint Petersburg | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2018–2023 | Italia | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Prestasi
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
* Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga domestik |
Sebagai pemain, Mancini beroperasi sebagai penyerang posisi dalam, dan terkenal karena waktunya di Sampdoria, di mana ia memainkan lebih dari 550 pertandingan , dan membantu tim memenangkan gelar liga Serie A, empat gelar Coppa Italia, dan Piala Winners UEFA. Dia bermain sebanyak 36 kali untuk Italia, mengambil bagian di Euro 1988 UEFA dan Piala Dunia FIFA 1990, mencapai finis semifinal di kedua turnamen, meskipun dia tidak pernah turun ke lapangan selama turnamen 1990. Pada tahun 1997, setelah 15 tahun di Sampdoria, Mancini meninggalkan klub untuk bergabung dengan Lazio, di mana ia memenangkan gelar berikutnya scudetto dan Piala Winners, selain Piala Super UEFA dan dua gelar Coppa Italia lainnya. Selain Gianluigi Buffon, dia adalah pemain dengan gelar Coppa Italia terbanyak (6). Sebagai pemain, Mancini sering memberikan pembicaraan tim di paruh waktu. Menjelang akhir karir bermainnya, ia menjadi asisten Sven-Göran Eriksson di Lazio.
Peran manajer pertamanya adalah di Fiorentina pada tahun 2001, di usianya yang baru 36 tahun, memenangkan gelar Coppa Italia. Musim berikutnya, ia mengambil alih jabatan manajer di Lazio, di mana ia membimbing klub tersebut meraih gelar Coppa Italia lainnya. Pada tahun 2004, Mancini ditawari pekerjaan sebagai manajer di Inter Milan, yang dengannya ia memenangkan tiga gelar Serie A berturut-turut, sebuah rekor klub; dia dipecat pada tahun 2008. Setelah keluar dari sepakbola selama lebih dari setahun, Mancini ditunjuk sebagai manajer Manchester City pada bulan Desember 2009. Dia membantu City memenangkan Piala FA di musim 2010–11, trofi besar pertama klub dalam 35 tahun, dan gelar liga pertama mereka dalam 44 tahun di musim 2011–12. Mancini mengambil alih tugas manajerial di klub Turki Galatasaray pada bulan September 2013, memenangkan Piala Turki dalam satu-satunya musimnya di klub, sebelum kembali ke Inter Milan selama dua tahun lagi sebelum menangani tim Rusia Zenit. Pada tahun 2018, ia mengambil alih tim nasional sepak bola Italia setelah tim tersebut gagal lolos ke Piala Dunia FIFA 2018. Pada tahun 2021, Mancini membimbing Italia ke Kejuaraan Eropa keduanya di Euro 2020. Di bawah manajemennya, tim tidak terkalahkan dari Oktober 2018 hingga Oktober 2021, dan memegang rekor dunia pertandingan berturut-turut terbanyak tanpa kekalahan (37), namun Italia kemudian gagal mencapai Piala Dunia untuk kedua kalinya berturut-turut setelah bermain-main. dari kekalahan dari Makedonia Utara.
Mancini telah mencapai setidaknya semifinal kompetisi piala nasional utama di setiap musim dia menjadi manajer, dari tahun 2002 hingga 2014. Dia memegang sejumlah rekor, termasuk rekor terbanyak berturut-turut Final Coppa Italia dari tahun 2004 hingga 2008, dengan Lazio sekali pada tahun 2004 dan bersama Inter Milan dalam empat musim berikutnya.
Karier bermain
Karier klub
Sampdoria
Mancini menjalani debutnya di pentas Serie A Italia saat bermian untuk Bologna pada 12 September 1981. Pada tahun berikutnya, ia dibeli oleh Sampdoria dengan biaya £2.2 juta.[5] Sewaktu di Sampdoria, ia menjadi duet penyerang yang dinamis bersama Gianluca Vialli, dan membantu klub memenangi satu titel liga pada 1991, empat titel Coppa Italia dan satu titel Piala Winners UEFA pada tahun 1990. Ia juga turut tampil pada final Piala Champions Eropa 1992 melawan Barcelona.
Pada usia 27, Mancini telah mendapat hak untuk duduk dalam panel wawancara yang memilih Sven-Göran Eriksson sebagai manajer. Mancini pun sering memimpin team-talk untuk klub. Ia juga hadir dalam pertemuan dewan dan memiliki suara dalam kebijakan transfer klub. Kepindahan David Platt pun tak lepas dari campur tangan Mancini, sampai-sampai David Platt menyatakan bahwa Mancini hampir seperti anak dari presiden Sampdoria, Paolo Mantovani. Sampai pada tahap tersebut, Mancini telah membuktikan dirinya sebagai orang yang paling berpengaruh di ruang ganti Blucerchiati. Kendati masih seorang remaja belia, ia telah menjadi orang yang tidak suka jika otoritasnya diganggu. Kedatangan Trevor Francis dari Manchester City pada 1982 membuat Mancini merasa posisinya telah terancam. Mancini pun menyelesaikan masalah tersebut dengan sebuah perkelahian. Padahal saat itu ia masih berusia 18 tahun, menantang seseorang yang sepuluh tahun lebih tua darinya. Hal serupa juga pernah terjadi pada Liam Brady, yang berumur delapan tahun lebih tua darinya. Juan Sebastián Verón pun pernah menyatakan bahwa Mancini mempunyai kepribadian yang rumit.[6]
Lazio
Bersama Lazio ia memenangi gelar scudetto keduanya dan juga satu titel Piala Winners UEFA serta tambahan dua titel Coppa Italia. Kendati pada musim 1999–00 Lazio berhasil memenangi scudetto dan Coppa Italia, Mancini justru gagal mencetak gol dalam 20 pertandingan dan akhirnya memutuskan untuk pensiun. Ia bergabung dengan staf kepelatihan dan menjadi Sven-Göran Eriksson kedua. Pada tahun 2011, ketika ditanya tentang perihal Mancini, Eriksson mengatakan, "Akulah yang membawanya ke Lazio bersamaku dan (pada saat itu) ia ingin menjadi manajer walaupun ia masih menjadi seorang pemain. Ia pernah menjadi pelatih, ia pernah menjadi seorang kit man, ia juga pernah menjadi supir bus, ia pernah menjadi segalanya. Sewaktu di Sampdoria, ia selalu ingin mengecek dan memastikan bahwa "segala sesuatu sudah pada tempatnya" sebelum latihan dimulai. Terkadang aku ingin berkata padanya: "Mancio, you have a game to play on Sunday, you will be exhausted if you have to control everything." Namun, memang seperti itulah ia."[7]
Leicester City
Setelah bergabung dengan Leicester City sebagai pemain pinjaman pada Januari 2001,[8][9] Mancini melakukan debutnya di Liga Primer Inggris ketika bertanding melawan Arsenal pada usia 36 tahun. Namun, ia gagal untuk bermain full 90 menit dari lima kali penampilannya bersama klub.[10] Awal Februari, ia mengambil cuti dengan alasan pribadi. Kemudian ia menghubungi klub via telepon pada 14 Februari, memberi tahu klub bahwa ia tidak akan kembali ke Inggris karena ia telah ditawari jabatan manajer di Fiorentina.[11] Walaupun begitu, ia mengatakan bahwa selama peminjamannya di Leicester City tersebut, ia telah jatuh cinta dengan sepak bola Inggris, yang mana kelak akan mendorongnya untuk menerima tawaran pekerjaan di Manchester City.[12]
Karier internasional
Walaupun kariernya cukup sukses di level klub, Mancini tidak pernah menjadi pemain reguler timnas Italia. Sewaktu bermain untuk tim U-21, Mancini menjadi bagian dari tim yang berhasil mencapai semi final Kejuaraan U-21 UEFA 1984 dan menjadi runner-up pada tahun 1986. Bersama timnas senior, ia tampil sebanyak 36 kali dan mencetak empat gol. Mancini menjadi bagian dari skuad Italia pada Piala Dunia FIFA 1990, tetapi, ia tidak sekalipun tampil karena kalah bersaing dengan Gianluca Vialli dan Roberto Baggio. Karier internasionalnya berakhir setelah berselisih dengan pelatih Italia kala itu, Arrigo Sacchi. Ia kecewa tidak mendapat jaminan untuk masuk skuad inti Italia pada perhelatan Piala Dunia FIFA 1994. Kompetisi yang sengit untuk mendapat tempat di skuad inti dengan para penyerang lainnya semisal Gianfranco Zola, Roberto Baggio dan kemudian setelahnya Francesco Totti dan Alessandro Del Piero, semakin menghambat keberlanjutan kariernya bersama timnas Italia.
Karier kepelatihan
Awal karier
Walaupun telah selesai menulis sebuah pamflet penelitian berjudul "Il Trequartista",[13] yang mengupas tentang peran seorang gelandang serang, ia belum juga berhak memperoleh lencana kepelatihan yang dibutuhkan guna menjadi manajer. Ia membutukan sebuah dispensasi khusus dari pihak berwenang dalam persepak bolaan Italia sebelum mengisi jabatan di Fiorentina.[14] Pada saat itu, Fiorentina sedang dililit masalah finansial dan ia sempat terjun ke lapangan sebagai pemain dalam beberapa kesempatan. Menurut beberapa sumber,[15] Mancini terkadang bekerja tanpa digaji dan bahkan ia mendapat ancaman pembunuhan karena ia harus menjual beberapa pemain kunci seperti Rui Costa dan Francesco Toldo. Namun di luar itu semua, Mancini berhasil membawa timnya menjuarai Coppa Italia dan menemebus zona promosi sebelum ia keluar pada Januari 2002, setelah bekerja hanya selama 10 bulan.[15] Fiorentina pun pada akhirnya berhasil promosi ke Serie A pada Juni 2002.[16]
Pada Mei 2002, Mancini ditunjuk menjadi manajer Lazio. Lagi-lagi ia dihadapakan pada pada permasalahan finansial klub. Ia kembali harus menjual para pemain inti seperti Hernán Crespo dan Alessandro Nesta. Gaji para pemain pun dipaksa dipotong hingga 80 persen. Pada musim pertamanya di Lazio, Mancini berhasil membawa klub mencapai semi final Liga Eropa UEFA 2002-03. Dan pada musim 2003-04, Lazio berhasil memenangi Coppa Italia.[17] Di liga domestik, Lazio finis di urutan empat klasemen akhir 2003 dan urutan enam pada 2004. Sebelum dimulainya Serie A musim 2004-05, beredar rumor bahwa Inter Milan telah mendekati Mancini untuk mengisi posisi manajer yang baru kosong. Tidak lama setelah itu, Mancini keluar dari Lazio dan mengumumkan kepergiannya ke Inter.
Inter Milan
Di bawah asuhan Mancini, Inter Milan memenangi trofi domestik pertama mereka sejak 1989. Inter pun menjadi tim yang mendominasi di Italia. Pada musim pertamanya, Inter memenangi Coppa Italia 2004-05 dengan kemenangan 3–0 atas AS Roma di San Siro pada babak final. Pada musim ini pula, Inter finis di urutan tiga klasemen Serie A 2003-04 dan hanya bisa tembus babak perempat final Liga Champions UEFA 2004–05 setelah kalah dari rival sekota AC Milan dengan agregat 3–0. Pada Agustus 2005, Inter memenangi Piala Super Italia yang kedua dalam sejarah setelah menang 1–0 atas Juventus. Inter kembali menggondol trofi Coppa Italia 2005-06 dan Piala Super Italia 2006. Akibat dari Calciopoli, titel Scudetto musim 2005-06 yang diraih Juventus dialihkan ke Inter.
Inter berhasil memecahkan rekor 17 kali kemenangan beruntun pada Serie A, dimulai dari 25 September 2006, saat menang 4–1 atas Livorno dan berakhir pada 28 Februari 2007 setelah ditahan imbang 1-1 oleh Udinese. Rekor kemenangan selama lima bulan ini menjadi yang terbaik dalam sejarah liga sepak bola Eropa. Inter pun memenangi titel liga kedua mereka secara beruntun dengan lima game tersisa dan hanya sekali mencicipi kekalahan di liga domestik pada musim tersebut.Inter mengakhiri musim dengan poin 97 yang memecahkan rekor sepak bola Italia. Poin tersebut juga menjadi rekor Eropa sampai tahun 2010.
Mancini menjadi pelatih ketiga dalam sejarah Inter yang mampu memenangi titel liga secara beruntun setelah Alfredo Foni(1952–53; 1953–54) dan Helenio Herrera (1964–65; 1965–66). Inter juga melaju ke final pada Coppa Italia dan Italian Super Cup untuk musim ketiga secara beruntun. Namun tidak satupun titel tersebut diraih karena mereka takluk oleh Roma pada kedua pertandingan tersebut. Pada musim keempatnya di Inter, yang juga musim terakhirnya, reputasinya kembali meningkat setelah berhasil mempersembahkan titel Serie A yang ketiga secara beruntun. Lagi-lagi ia berhasil membawa Inter ke final Coppa Italia, tetapi kembali kalah dari Roma untuk kedua kalinya secara beruntun.
Di balik semua kesuksesannya tersebut, ia belum mampu memberikan kemajuan yang berarti bagi Inter di kancah Eropa, yang mana membuat pemilik Inter Milan, Massimo Moratti, tidak senang. Inter gugur pada babak enam belas besar Liga Champions 2007-08 oleh Liverpool dengan agregat 3-0. Kekalahan ini ditengarai akibat kurangnya antisipasi Mancini pada ulah pemainnya, yang berakibat dikeluarkannya satu kartu merah bagi pemain Inter pada tiap-tiap leg yang dihelat.[18][19]
Pada Maret 2008, di tengah-tengah rumor bahwa ia akan dipecat dan digantikan oleh José Mourinho pada akhir musim, Mancini mengumumkan niatnya unutk mengundurkan diri pada akhir musim 2007–08. Namun, ia membatalkan keputusannya tersebut sehari setelah melakukan pertemuan dengan presiden Inter, Massimo Moratti.[20] Pada 29 Mei 2008, Inter secara resmi mengumumkan pemecatan Mancini. Massimo Moratti menunjuk komentar Mancini setelah kekalahan dari Liverpool sebagai alasan pemecatan.[21] Ia digantikan oleh José Mourinho, yang sebelumnya menukangi Chelsea.[22]
Pada musim 2014-15 Inter yang ditangani oleh Walter Mazzarri mengalami penurunan peforma. Peforma Inter yang terus merosot menyebabkan Erick Tohir selaku pemilik klub memecat Mazzarri pada November 2014 dan menunjuk Mancini untuk menukangi Inter kali kedua. Pada debut keduanya bersama Inter, Mancini harus menghadapi laga derby Madonnina dengan tim sekota AC Milan di lanjutan Serie A. Debut Mancini tersebut berakhir seri dengan skor 1-1.
Manchester City
Pada 19 Desember 2009, secara terbuka diumumkan bahwa Mancini telah dipilih untuk mengambil alih posisi manajer Manchester City dengan kontrak tiga setengah tahun menyusul pemecatan Mark Hughes. Dengan dukungan investasi besar-besaran dari pemilik klub, Manchester City menjadi klub yang digadang-gadang akan menuai sukses.[23] Kedatangan Mancini di tengah jalannya musim, memberikan dampak berarti bagi performa City, dengan meraih empat kemenangan beruntun. Mancini memenangi Derby Manchester pertamanya 2–1 pada leg pertama semi final Piala Liga Inggris 2009-10.[24] Walaupun pada akhirnya disingkirkan Manchester United yang menang 3-1 pada leg kedua. Pada bulan April, Manchester City naik ke peringkat empat klasemen Liga Primer. Namun, pada 5 Mei, gol tunggal Tottenham Hotspur yang memberikan kekalahan kandang bagi City, menjadikan klub kehilangan tempat pada Liga Champions UEFA 2010–11. City finis di peringkat lima klasemen akhir, raihan tertinggi mereka dalam format baru Liga Utama Inggris.[25] Beredar spekulasi yang menyebutkan bahwa Mancini akan dipecat jika City gagal mengamankan tempat di Liga Champions. Namun sang direktur Khaldoon Al Mubarak, memberikan dukungan bagi Mancini untuk meneruskan pekerjaannya pada musim berikutnya.[26]
Mancini banyak menghabiskan biaya untuk belanja pemain selama bursa transfer musim panas 2010. Ia membeli bek asal Jerman, Jérôme Boateng dari Hamburg (£10.64 juta),[27] pemain Spanyol David Silva dari Valencia (£24 juta),[28] Yaya Touré dari Barcelona (£24 juta),[29] dan Aleksandar Kolarov dari Lazio (£16 million).[30]
Usai menang 2–0 atas Wigan Athletic pada 19 September 2010, City naik ke peringkat empat, dan semenjak itu tidak peranah keluar dari zona empat besar hingga akhir musim. Performa baik City membawa Mancini sebagai Manajer Terbaik Bulanan Liga Primer unutk bulan Desember 2011.[31] City juga berhasil menjadi juara grup A pada Liga Eropa UEFA 2010-2011 namun akhirnya tersingkir oleh Dynamo Kyiv pada bulan Maret. Namun kegagalan tersebut justru direspon dengan torehan 8 kemenangan dari 10 pertandingan, termasuk saat mengalahkan sang rival Manchester United pada semi final Piala FA 2010-11 di Wembley Stadium.
Kemenangan atas Tottenham Hotspur pada bulan Mei menjadi jaminan City agar bisa berlaga di pentas Liga Champions UEFA 2011–12. Kemenangan ini dilanjutkan dengan raihan titel Piala FA setelah menang 1–0 atas Stoke City pada babak final. Keberhasilannya merebut Piala FA, membuat Mancini menjadi manajer keenam City yang berhasil memenangi trofi major, sekaligus mengakhiri puasa gelar terpanjang dalam sejarah klub.[32][33][34] Manchester City F.C mengakhiri musim di peringkat ketiga, satu tingkat di atas Arsenal, sehingga lolos dari babak play-off Liga Champions musim berikutnya. Mereka hanya kalah selisih gol dari Chelsea yang menduduki peringkat kedua.
Musim berikutnya, Mancini kembali memburu pemain untuk meningkatkan performa klub. Total £60 juta dikeluarkan untuk membeli dua pemain: Sergio Agüero, yang menjadi rekor transfer klub, dan Samir Nasri. Pemain lain yang dibeli selama bursa transfer musim panas tersebut adalah Gaël Clichy dan Stefan Savić, sementara Owen Hargreaves bergabung dengan status bebas transfer dari Manchester United. City memulai Liga Primer musim tersebut dengan laju impresif. mereka memperoleh 12 kemenangan dari 14 pertandingan dan mencetak total 48 gol dan hanya kebobolan 13 kali. Sampai bulan Desember, City belum pernah terkalahkan di liga dan unggul lima poin dari rival mereka, Manchester United, yang berada di peringkat kedua. Edin Džeko mendapat penghargaan Pemain Terbaik Bulanan Liga Primer untuk bulan Agustus 2011 dan David Silva memenanginya pula pada bulan September 2011. Mancini juga memberikan kekalahan terbesar bagi Manchester United sejak 1955, yaitu ketika City membantai United 6–1 di Old Trafford.[35] Mancini pun dinobatkan sebagai Manajer Terbaik Bulanan Liga Primer pada bulan Oktober 2011. Ini semua tak lepas dari upaya Mancini mendatangkan Sergio Agüero di awal musim yang memberikan dampak bagi performa City musim tersebut.[36][37][38]
Raihan positif di liga tidak berdampak pada performa City di ajang Liga Champions musim 2011-12, yang mana mereka tergabung satu grup bersama Bayern Munich, Napoli dan Villarreal. City tidak lolos ke babak knock-out karena hanya finis di peringkat tiga setelah mengumpulkan sepuluh poin. Mereka pun tersingkir di babak ketiga Piala FA saat kalah 3-2 melawan Manchester United pada 8 Januari 2012. Sementara di kompetisi Carling Cup, City dikalahkan oleh Liverpool pada babak semi final dengan agregat 3-2.[39] Pada 13 Mei 2012, semua kegagalan terbayar sudah. City berhasil menyabet titel Liga Primer Inggris usai pertandingan dramatis atas QPR dengan kemenangan comeback 3-2, yang mana mereka terlebih dahulu tertinggal 2–1 sebelum masuk injury time. Mancini menjadi manajer asal Italia kedua yang mampu memenangi titel Liga Primer setelah Carlo Ancelotti bersama Chelsea pada musim 2009-10.
Pada 9 Juli 2012 Manchester City mengumumkan bahwa Mancini telah meneken kontrak baru berdurasi 5 tahun, sampai musim panas 2017.[40] Manchester City membuka musim berikutnya dengan gelar Community Shield FA 2012 melawan juara Final Piala FA 2012, Chelsea pada 12 Agustus 2012, di Villa Park. Pada kesempatan tersebut City menang 3–2.
Pada 21 November 2012, usai ditahan imbang 1–1 oleh Real Madrid pada babak grup Liga Champions UEFA 2012–13, City tak mampu melanjutkan langkahnya ke fase knock-out, mengulang kegagalan serupa yang terjadi pada musim sebelumnya.[41] Performa buruk Manchester City di liga, membuat Manchester United mampu mengamankan titel lebih awal, pada 22 April 2013, setelah menang 3–0 dari Aston Villa, yang masih menyisakan empat pertandingan. Pada 11 Mei 2013, Manchester City kalah 1–0 dari Wigan pada Final Piala FA 2013, akibat gol telat dari Ben Watson.
Selang dua hari dari kekalahan City atas Wigan, tepatnya pada 13 Mei 2013, Mancini dipecat dari jabatannya sebagai manajer Manchester City,.[42][43]
Galatasaray
Pada 30 September 2013, Mancini meneken kontrak berdurasi tiga tahun dengan Galatasaray menggantikan Fatih Terim.[44]
Statistik kepelatihan
- Per pertandingan dimainkan 6 Juni 2024.[45]
Tim | Sejak | Hingga | Rekor | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
G | W | D | L | GF | GA | GD | Win % | |||
Fiorentina | 26 Februari 2001 | 14 Januari 2002 | 43 | 12 | 9 | 22 | 49 | 74 | −25 | 27,91 |
Lazio | 9 Mei 2002 | 14 Juni 2004 | 102 | 49 | 32 | 21 | 160 | 102 | +58 | 48,04 |
Inter Milan | 7 Juli 2004 | 29 Mei 2008 | 226 | 140 | 60 | 26 | 404 | 189 | +215 | 61,95 |
Manchester City | 19 Desember 2009 | 13 Mei 2013 | 191 | 113 | 38 | 40 | 361 | 176 | +185 | 59,16 |
Galatasaray | 30 September 2013 | 11 Juni 2014 | 46 | 24 | 13 | 9 | 82 | 47 | +35 | 52,17 |
Inter Milan | 14 November 2014 | 8 Agustus 2016 | 77 | 36 | 18 | 23 | 110 | 85 | +25 | 46,75 |
Zenit Saint Petersburg | 1 Juni 2017 | 13 Mei 2018 | 45 | 22 | 13 | 10 | 74 | 35 | +39 | 48,89 |
Italy | 15 Mei 2018 | 13 Agustus 2023 | 61 | 37 | 15 | 9 | 123 | 45 | +78 | 60,66 |
Saudi Arabia | 27 Agustus 2023 | Sekarang | 16 | 8 | 5 | 3 | 23 | 12 | +11 | 50,00 |
Total | 807 | 441 | 203 | 163 | 1.386 | 765 | +621 | 54,65 |
Gelar
Sebagai pemain
Sampdoria
- Serie A: 1990–91
- Coppa Italia: 1984–85, 1987–88, 1988–89, 1993–94
- Piala Super Italia: 1991
- Piala Winners UEFA: 1989–90
Lazio
- Serie A: 1999–2000
- Coppa Italia: 1997–98, 1999–2000
- Piala Super Italia: 1998
- Piala Winners UEFA: 1998–99
- Piala Super UEFA: 1999
Italia
Individu
- Guerin d'Oro: 1987-88, 1990-91
- Pemain Terbaik Tahunan Serie A: 1996-97
- Pemain Terbaik Tahunan Italia: 1996-97
- Albo Panchina d'Oro: 2007-08
Sebagai pelatih
Fiorentina
Lazio
Inter Milan
Manchester City
Italia
Referensi
- ^ "Roberto Mancini". Barry Hugman's Footballers. Diakses tanggal 21 December 2017.
- ^ a b "Mancini: Roberto Mancini: Manager". BDFutbol. Diakses tanggal 21 December 2017.
- ^ "Italy appoint Roberto Mancini as new manager – signalling route back for Mario Balotelli" (dalam bahasa Inggris).
- ^ "Mancini ha rassegnato le dimissioni da CT della Nazionale. La FIGC valuterà la migliore opzione per gli Azzurri" (dalam bahasa Italia). FIGC.it. 13 Agustus 2023. Diakses tanggal 13 Agustus 2023.
- ^ Mancini to return with great style
- ^ Taylor, Daniel (6 January 2012). "Roberto Mancini is Manchester City's very own Sir Alex Ferguson". The Guardian. London.
- ^ Sven Goran Eriksson: 'I liked city. they'll win the league – absolutely' – News & Comment – Football. The Independent (2011-01-08). Retrieved on 2012-05-05.
- ^ Winter, Henry (2001-01-18). "Mancini's move to Leicester will benefit England". London: telegraph.co.uk. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-13. Diakses tanggal 2009-10-24.
- ^ "Mancini's Foxes fate in balance". BBC Sport. 2001-02-22. Diakses tanggal 2012-03-09.
- ^ "Just how close were Leicester City to signing Dutch master Johan Cruyff?". www.thebluearmy.co.uk. 2009-10-23. Diakses tanggal 2009-10-23.
- ^ Lawton, Matt (2001-02-15). "Mancini leaves Leicester". London: telegraph.co.uk. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-13. Diakses tanggal 2009-10-23.
- ^ "Roberto Mancini Is Inter A Good Thing". News of the World/www.newsoftheworld.co.uk. 2009-12-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-12-23. Diakses tanggal 2013-02-03.
- ^ Roan, Dan (18 May 2010). "England learn from Italy's national training centre". BBC Sport. Diakses tanggal 23 January 2010.
- ^ Lawton, Matt. (2001-02-15) Mancini leaves Leicester – Diarsipkan 2012-09-13 di Archive.is. Telegraph.co.uk. Retrieved on 2012-05-05.
- ^ a b "Hot 100 on Mancini". Manchester Evening News. 30 December 2009. Diakses tanggal 2010-02-02.
- ^ "Fiorentina back where they belong". FIFA.com. 31 October 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-13. Diakses tanggal 2010-04-27.
- ^ Marcotti, Gabriele (21 December 2009). "Temper and talent help Roberto Mancini stand out from the rest". London: Times Online.
- ^ "Liverpool 2-0 Inter Milan". BBC Sport. 19 February 2008. Diakses tanggal 2012-06-01.
- ^ "Inter Milan 0-1 Liverpool (0-3)". BBC Sport. 11 March 2008. Diakses tanggal 2012-06-01.
- ^ Buckley, Kevin (19 December 2009). "Roberto Mancini arrives at Manchester City, kissed by fortune". London: Guardian.co.uk. Diakses tanggal 2010-12-19.
- ^ "F.C. Internazionale statement". FC Internazionale Milano. 2008-05-29. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-31. Diakses tanggal 2008-05-29.
- ^ Fifield, Dominic (28 May 2008). "Mourinho set to replace ousted Mancini". London: Guardian.co.uk. Diakses tanggal 2010-02-03.
- ^ Burt, Jason (10 January 2009). "Mancini linked to City after dinner-table negotiations". The Independent. London. Diakses tanggal 1 January 2010.
- ^ McNulty, Phil (19 January 2010). "Man City 2–1 Man Utd". BBC Sport. Diakses tanggal 2010-01-20.
- ^ Dawkes, Phil (9 May 2010). "West Ham 1–1 Man City". BBC Sport.
- ^ "Chairman exclusive". mcfc.co.uk. 7 May 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-14. Diakses tanggal 2013-02-03.
- ^ "Manchester City sign Hamburg's Jerome Boateng". BBC Sport. 5 June 2010.
- ^ "Manchester City complete £54m David Silva transfer". BBC Sport. 14 July 2010.
- ^ "Manchester City sign midfielder Yaya Toure". BBC Sport. 2 July 2010.
- ^ Bevan, Chris (24 July 2010). "City sign Kolarov". BBC Sport.
- ^ "Mancini and Nasri receive Barclays awards". Premier League. 14 January 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-06. Diakses tanggal 29 January 2011.
- ^ Roberto Mancini on Manchester City's FA Cup win over Manchester United |football – ITV Sport Diarsipkan 2011-04-19 di Wayback Machine.. Itv.com. Retrieved on 2012-05-05.
- ^ Match report on Manchester City v Stoke City in the FA Cup final 14 May 2011 – Manchester City FC. Mcfc.co.uk (2011-05-14). Retrieved on 2012-05-05.
- ^ White, Duncan (16 May 2011). "Manchester City 1 Stoke City 0 match report". Daily Telegraph. London. Diakses tanggal 16 May 2011.
- ^ "Man Utd 1–6 Man City". BBC News. 23 October 2011.
- ^ Holt, Oliver (15 August 2011). "Why Aguero's 30-minute cameo may have been the spark that changes Manchester City for ever". Daily Mirror.
- ^ Lawton, James (17 August 2011). "Aguero's priceless gifts may be the making of City". The Independent. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-13. Diakses tanggal 2013-02-03.
- ^ Taylor, Daniel (16 August 2011). "Can Sergio Agüero's artillery propel Manchester City to the title?". The Guardian. London.
- ^ McNulty, Phil (25 January 2012). "Liverpool 2-2 Manchester City". BBC Sport. Diakses tanggal 2012-05-31.
- ^ "Roberto Mancini". Diakses tanggal 9 Juli 2012.
- ^ "Man City 1-1 Real Madrid". 21 November 2012.
- ^ Roberto Mancini sacked as Manchester City manager, 13 Mei 2013, BBC Sport
- ^ "Mancini sacked! A year after winning the title City fire Italian boss with £7m pay-off... but Barca emerge as rivals for Pellegrini". Daily Mail. 12 Mei 2013. Diakses tanggal 14 Mei 2013.
- ^ "Galatasaray appoint Roberto Mancini". ESPN FC. 30 September 2013. Diakses tanggal 30 September 2013.
- ^ "Roberto Mancini career sheet". footballdatabase. Diakses tanggal 9 May 2020.
- ^ McNulty, Phil (11 Juli 2021). "England lose shootout in Euro 2020 final". BBC Sport (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-11. Diakses tanggal 11 Juli 2021.
Pranala luar
- (Italia) Situs web resmi
- (Inggris) Roberto Mancini Diarsipkan 2018-12-15 di Wayback Machine. pada Goal.com
- (Inggris) Roberto Mancini Diarsipkan 2013-03-02 di Wayback Machine. pada Mcfc.co.uk
- (Inggris) Roberto Mancini pada Soccerbase.com