Masjid Ash Shulaha
Masjid Ash Shulaha adalah sebuah masjid yang terletak di kelurahan Barabai Darat, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Masjid ini berlokasi di pinggir sungai Barabai dan tepat di turunan Jembatan Shulaha atau di simpang empat Jalan Perintis Kemerdekaan menuju objek wisata Pagat Batu Benawa dan dibelah lagi dua jalan yakni Hevia dan Jalan Tri Kesuma.
Masjid Ash Shulaha | |
---|---|
Agama | |
Afiliasi | Islam |
Provinsi | Kalimantan Selatan |
Lokasi | |
Lokasi | Barabai, Indonesia |
Arsitektur | |
Tipe | Masjid |
Gaya arsitektur | Banjar dan Demak |
Rampung | 1928 |
Spesifikasi | |
Kapasitas | 2000 |
Kubah | 1 |
Menara | 2 |
Masjid ini memiliki gaya arsitektur campuran Banjar dan Demak. Hal ini terciri pada atapnya yang bertumpang tiga. Filosofinya adalah tingkat pertama bermakna syariat, kedua tarikat dan atap teratas adalah hakikat. Sekarang, masjid ini hanya memiliki satu kubah.[1]
Sejarah
suntingMasjid Ash Shulaha awalnya bernama Masjid Jami yang kemudian berganti nama ketika dilakukan relokasi pada 1900an.[1] Pada awal dibangun di tahun 1825 M,[2] masjid ini hanya berfungsi sebagai tempat jema‘ah salat lima waktu saja. Kemudian pada 1820, seorang ulama bernama Muhammad Aqil atau Datu Aqil dikirim ke Barabai dan membuat Masjid Jami bisa digunakan untuk salat jumat dan tempat belajar.
Awal 1900-an, ada seseorang yang mewakafkan tanah untuk didirikan bangunan masjid yang letaknya di seberang masjid yang lama dan pembangunan tersebut selesai pada 1928.
Selain menjadi tempat ibadah, masjid Ash Shulaha juga berfungsi sebagai tempat untuk menyusun strategi dan tempat para ulama berdakwah dalam menyerukan perlawanan terhadap penjajah.[1]
Masa revolusi
suntingPada masa revolusi fisik di tahun 1946, masjid ini menjadi tempat munculnya tiga orang yang berani memprovokasi warga. Hingga terjadilah peristiwa penyerangan markas Belanda di Barabai pada 19 Maret 1946 yang membuat tiga orang tersebut ditangkap pihak Belanda. Tiga orang tersebut dikenal sebagai Tri Kesuma atau Tiga Badingsanak, yaitu Muhammad Nawawi Arief, Norman Arief dan Al Hamdie Arif. Akhirnya Belanda memutuskan menembak mati Norman Arief dan memenjarakan Al Hamdie Arief dan Muhammad Nawawi Arief di Pulau Nusakambangan. Julukan ketiga bersaudara ini diabadikan menjadi nama jalan di kota Barabai. [1]
Banjir Barabai
suntingSelama Banjir yang melanda kota Barabai di tahun 2021[3] dan 2023, Masjid Ash Shulaha menjadi salah satu tempat pengungsian.[4] Sebanyak 70 warga mengungsi ke lantai atas Masjid Ash Shulaha, karena lantai dasar masjid sudah terendam air.[5]
Arah kiblat
suntingPengukuran arah kiblat masjid ini menggunakan metode rubu‘ mujayyab dan bayang-bayang matahari. Hasil pengukuran arah kiblat masjid dengan menggunakan kompas dengan koreksi deklinasi magnetik dan segitiga siku-siku, didapatkan bahwa arah kiblat Masjid Ash-Shulaha Barabai kurang tepat, dan bergeser sebesar 1 ̊ ke arah Selatan dari arah kiblat yang semestinya.[6]
Referensi
sunting- ^ a b c d Helmi, Muhammad (2022-10-03). "Masjid Ash Sulaha di Barabai, Awal Mula Tri Kesuma". Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 2023-06-10.
- ^ Amin (2012-07-12). "MESJID ASH-SHULAHA BARABAI TAK TERSENTUH BANJIR MESKI KAMPUNG DI SEKITARNYA TERGENANG AIR". Kemenag Kalsel. Diakses tanggal 2023-06-10.
- ^ Adiyat (2021-01-14). "Banjir Barabai, Warga Mulai Mengungsi". kalselpos. Diakses tanggal 2023-06-10.
- ^ Redaksi (2023-03-18). "HST Siaga Satu Banjir!". kalsel.prokal.co. Diakses tanggal 2023-06-10.
- ^ Ary (2021-11-28). "6 Kabupaten di Kalsel Terdampak Banjir | jejakbanua.com". Jejak Banua. Diakses tanggal 2023-06-10.
- ^ Rahmi, Nadiya (2022). ARAH KIBLAT MASJID-MASJID BESAR DI HULU SUNGAI TENGAH (Akurasi Menurut Ilmu Falak dan Ilmu Fikih). Banjarmasin: Skripsi Fakultas Syariah UIN Antasari.