|name = Balai Budaya Jakarta | image =

Balai Budaya Jakarta

Balai Budaya Jakarta adalah pusat kebudayaan milik Kementrian Kebudayaan dan Pendidikan Republik Indonesia yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan kegiatan kebudayaan dan seni seperti pameran lukisan dan aktivitas seni lainnya serta sebagai ruang pertemuan antar seniman. Balai Budaya ini merupakan bagian dari sejarah awal mula pergerakan seni budaya nasional Indonesia.[1] Gedung Balai Budaya Jakarta terletak di Jalan Gereja Theresia nomor 47, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.[2] Tahun 1950 hingga 1970-an merupakan masa-masa paling aktif yang dialami oleh Balai Budaya. Beberapa senimaan ternama Indonesia pernah menggunakan atau menyelenggarakan pameran di sini, diantaranya adalah Affandi, WS Rendra, Sudjoyono, Umar Kayam, Mochtar Lubis, Taufik Ismail dan Remy Silado.[3] Pada tahun 1963 Manifes Kebudayaan dicetuskan di gedung ini.[2]

Bangunan Balai Budaya diresmikan oleh Ketua Badan Pekerja Badan Musjawarat Kebudajaan Nasional (BMKN), R. Gaos Hardjasoemantri, pada tanggal 14 April 1954.[4] Kemudian, pada tahun 1960-an, Gubernur Jakarta pada masa itu, Ali Sadikin, memugar Balai Budaya ini.[3] Selama tahun 1957 hingga 1997, telah diselenggarakan hampir 600 kegiatan seni di gedung ini.[1] Selain itu, majalah sastra Horizon yang dikelola oleh Sapardi Djoko Damono dan Sutardji Calzoum Bachri, pernah menggunakan bagian sayap kiri dari gedung ini sebagai kantor.[1] Pelukis Nashar juga pernah bermukim di gedung ini.[1]

Pasca era reformasi, gedung Balai Budaya mulai terbengkalai dan tidak terurus.[1] Hampir tidak ada kegiatan apapun baik pameran maupun diskusi berkaitan seni di gedung ini. Beberapa usaha untuk memperkenalkan dan menggunakan kembali Balai Budaya ini telah dilakukan. Diantaranya oleh pelukis Sri Warso Wahono yang menyelenggarakan pameran pada bulan November 2014.[1] Pada Januari 2015, sejumlah 32 pelukis pemula menggunakan gedung Balai Budaya untuk memamerkan karya-karya mereka.[1] Di bulan Maret 2017, pengurus Balai Budaya mengadakan sayembara melukis dengan tema revolusi mental sebagai salah satu upaya untuk membangkitkan kembali lembaga kesenian ini.[5]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g Liauw, Hindra, ed. (21 Januari 2015). "Balai Budaya Jakarta, Kawah Candradimuka yang Makin Tersisihkan". Kompas.com. Diakses tanggal 4 Maret 2018. 
  2. ^ a b "Balai Budaya Jakarta Semakin Tak Terawat". National Geographic Indonesia. Diakses tanggal 4 Maret 2018. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ a b Cahya, Kahfi Dirga (30 Agustus 2016). Syatiri, Ana Shofiana, ed. "Balai Budaya yang Kian Tenggelam". Kompas.com. Diakses tanggal 4 Maret 2018. 
  4. ^ Liauw, Hindra, ed. (5 Agustus 2015). "Sejarah Balai Budaya Semakin Jelas". Kompas.com. Diakses tanggal 4 Maret 2018. 
  5. ^ Marzuqi, Abdillah (8 November 2016). "Menggeliatkan Lagi Gairah Seni di Balai Budaya". Media Indonesia. Diakses tanggal 4 Maret 2018.