Mlilir, Dolopo, Madiun
KULINER
Daerah Mlilir memiliki berbagai jenis kuliner khas yang hampir mirip dengan Ponorogo. Di Mlilir memiliki makanan khas yang hanya dapat dinikmati ketika berkunjung di daerah tersebut. Mlilir memiliki kampung Sate sebagai satu ikon yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Sate Mlilir merupakan kuliner berbahan dasar dari ayam 'kedu' (red : indukan ayam petelor) yang memiliki tekstur unik. Perpaduan rempah yang khas menjadikan Sate Mlilir menjadi pilihan bagi para pecinta sate. Sambel sate yang unik menjadi daya tarik tersendiri dengan citarasa yang hampir mirip dengan sambel kacang untuk nasi pecel ini menjadikan sate Mlilir sering pula bersanding sebagai lauk nasi pecel di samping 'rimbil'.
'Rimbil' (red : teri karo kambil) merupakan salah satu lauk pelengkap untuk nasi pecel khas daerah Mlilir. Adapun bahan dasar dari 'Rimbil' itu sendiri merupakan bahan dari parutan ketela pohon yang di parut, ditambahkan serutan kasar kelapa muda, teri dan kacang lontho serta cabe yang menjadikan pendamping nasi pecel yang hampir bisa ditemui di sego pecel tempo dulu di daerah Ponorogo.
Dan di daerah Mlilir pula ada minuman khas yang juga dapat ditemui di Ponorogo. Cemue ; minuman khas yang terbuat dari air jahe emprit yang manis bersantan dengan isian yang unik antara lain : potongan roti, kolang-kaling, kacang prol, mutiara, kelapa goreng dan bawang merah goreng.
Secara garis geografis Mlilir berada di perbatasan paling Selatan dari kabupaten Madiun, namun budaya dan kuliner banyak memiliki kemiripan dengan kabupaten Ponorogo, karena masyarakat Mlilir kebanyakan berasal dari Ponorogo yang merantau ke utara.
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Mlilir | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Madiun | ||||
Kecamatan | Dolopo | ||||
Kode Kemendagri | 35.19.02.1002 | ||||
Kode BPS | 3519030002 | ||||
|
Mlilir adalah salah satu kelurahan di Kabupaten Dolopo, Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Dulu saat Kelurahan Mlilir masih dalam bentuk Desa, Milir terdiri atas beberapa Dusun, yaitu:
- Dusun Blaru
- Dusun Ngeprih
- Dusun Prenggowiranan
- Dusun Nglobang
- Dusun Guwo
Geografis sungai
Sungai yang ada di Mlilir disebut Kali Asin. Kali Asin bersumber dari Telaga Ngebel. Ekologi Kali Asin pada tahun 1960-an masih sangat komplet (lengkap).
Kali Asin memiliki aneka ragam biota antara lain:
- ikan lele (Clarias batrachius)
- ikan gabus (Channa striata)
- ikan wader (Luciusoma setigerum,Rosbora argyrotaenia)
- ikan sili (Microphis brachyurus brachyurus)
- ikan sunduk prono (Ichthyocampus carce)
- ikan bader (Barbonymus gonionotus)
- ikan keting (Ketengus typus)
- ikan jogoripuh (Acrochordonichtys rugorus)
- belut (Monopterus albus, Ophisternon bengalense)
- udang
- lobster biru
- dll.
Dulu, di musim kemarau, banyak dijumpai lumut (ganggang hijau) yang menjuntai sepanjang 20–50 cm. Kini pada tahun 2012, keberadaan biota itu sudah langka. Kerusakan ekologi yang ada di Kali Asin antara lain dampak dari pencarian ikan dengan Endrin, jenu, penyetruman, dan pencemaran limbah rumah tangga.
Hasil Bumi
Hasil Bumi yang paling banyak di Kelurahan Mlilir adalah, Mangga dan padi. Mangga-mangga gadung ditanam di sepanjang jalan desa pada tahun 1980an, sebagai bagian dari program mangganisasi Kabupaten Madiun di saat Bupatinya dijabat oleh Ir Kadijono.
Kerajinan
Dulu saat Mlilir masih menjadi desa Dusun Guwo, terdapat pengrajin Pandai Besi. Produk yang dihasilkan adalah aneka macam pisau, ganco, pacul, singkal, pethel, alat sadap getah pinus, dan alat pertukangan. pengrajin Pandai Besi yang terkenal pada awalnya adalah Pak Sadiran (Alm). Kini usahanya diteruskan oleh keturunannya. Di lokasi yang sama juga pernah ada pengrajin genteng sampai tahun 1980-an. Namun kini sudah tidak ada.
Pendidikan
Di Kelurahan Mlilir terdapat beberapa sekolah dasar, Sekolah dasar yang paling terkenal di Kelurahan Mlilir adalah MI (Madrasah Ibtidaiyah) Kresna. terdapat juga MTS (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah) yang ada di Mlilir yaitu MTs - MA Miftahul Ulum, yang berada di jalan Ponpes Darussalam Pucang.
Sosial budaya
Adat istiadat peninggalan nenek moyang yang beragama Hindu masih ada di era Hindu sampai dengan tahun 1970-an, antara lain memberikan Cok bakal di kepunden, memberi sesaji kepada para leluhur yanh ditaruh di dalam atau dekat "senthong" ketika orang yang memberi mempunyai gawe atau mengirim doa. Seiring perkembangan agama Islam di indonesia, adat kebiasaan itu ditinggalkan.
pada Tahun-Tahun sebelumnya dan Tahun 1980-an , ada budaya yang bernama Megengan. budaya megengan adalah budaya selamatan pada malam likuran di bulan puasa. budaya megengan Diadakan per RT dan rumah terdekat sebanyak kurang lebih 20 keluarga. Tiap keluarga mengadakan sendiri-sendiri. Namun banyak brekat yang tidak habis alhasil brekat yang tidak habis kemudian di jemur. Namun sekarang budaya megengan bareng menjadi tukar menukar "brekat"[butuh rujukan].