Pembicaraan:Martin O'Neill

Revisi sejak 22 Juni 2024 09.28 oleh Veracious (bicara | kontrib) (clean up)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Komentar terbaru: 1 tahun yang lalu oleh InternetArchiveBot pada topik External links found that need fixing (Oktober 2023)
ProyekWiki Biografi  
Ikon ProyekWiki
Artikel ini berada dalam lingkup ProyekWiki Biografi, sebuah kolaborasi untuk meningkatkan kualitas Biografi di Wikipedia. Jika Anda ingin berpartisipasi, silakan kunjungi halaman proyek, dan Anda dapat berdiskusi dan melihat tugas yang tersedia.
 ???  Artikel ini belum dinilai pada skala kualitas proyek.
 

Untitled

sunting

Tantangan Sang Midas

Tak banyak eks pemain hebat yang mampu menjadi pelatih yahud. Tapi, Martin O’Neill bisa. Bahkan karier manajerialnya lebih cemerlang. Bak Raja Midas dalam mitologi Yunani, semua tim yang ia tangani meraih prestasi emas. Martin O’Neill, disambut gembira di Villa Park. Wajar Aston Villa merasa beruntung mendapatkannya. Presiden Villa, Doug Ellis, bahkan menyebut bahwa ia siap menyodorkan kontrak seumur hidup bagi eks manajer Glasgow Celtic dan Leicester City tersebut. Jumat (4/8/06), O’Neil resmi mengisi posisi lowong yang ditinggal David O’Leary. Namun, ia hanya meneken kontrak selama satu tahun berjalan. “Ia tak sekadar mampir. Aku yakin ia akan berada di sini untuk waktu yang panjang,” kata Ellis kepada Sky Sports News. “Ia motivator ulung dan pribadi yang hangat. Kisah suksesnya sudah sangat jelas.” Reputasi pria Irlandia Utara tersebut memang tak pernah diragukan. Mantan gelandang Nottingham Forest yang menjuarai Piala Champion 1979 dan 1980 itu mampu menularkan kesuksesan di setiap klub yang ia tangani, entah itu klub kecil atau besar. Mulai dari klub ecek-ecek Wycombe Wanderers, yang berhasil dua kali promosi hingga ke divisi dua, pada awal 1990, hingga menuntun Leicester City naik ke kancah Premiership pada 1995. Dengan materi seadanya, ia dua kali menyetir The Foxes ke final Worthington Cup (Piala Liga), menundukkan Middlesborough pada final 1997, dan meraih tiket Piala UEFA.

Sensasi Celtic

Tapi, tentu saja yang paling sensasional adalah saat ia menjejakkan kaki di Parkhead, Mei 2000, meneruskan tongkat estafet dari John Barnes dan Kenny Dalglish (dua legenda Liverpool) sebagai pelatih Glasgow Celtic. Di musim perdananya, The Ulsterman langsung mencetak treble (juara liga, Piala Skotlandia, Piala Liga). Mereka lantas mempertahankan gelar liga di musim berikutnya. Celtic juga menembus final Piala UEFA 2002/2003 meski akhirnya ditekuk Porto di perpanjangan waktu. O’Neill mampu mengubah inferioritas The Bhoys menjadi tim super yang mendominasi persepak bolaan Skotlandia sekaligus menggeser rival sekota, Glasgow Rangers. Ia menanamkan winning mentality, daya juang, sifat ngotot, serta pola pertahanan berlapis kepada Paul Lambert dkk. Ia juga memaksimalkan kontribusi setiap pemain dan membuat striker Henrik Larsson kembali tajam (rekor 53 gol dan menyabet ''Golden Boot'' sebagai top scorer Eropa). Sayang, saat penggemar Celtic masih mendambakannya, O’Neill memutuskan mundur Mei 2005 dengan alasan pribadi. Ia mengaku tak lagi bisa berkonsentrasi mengurusi klub lantaran istrinya (Geraldine) terkena kanker lymphoma. Kini, setelah enam tahun meninggalkan Premiership, Sang Midas kembali ke ranah Inggris. Pemain Villa pun menyambutnya dengan sukacita. ”Martin telah datang dan ini sebuah era baru. Ia mampu membuat semua pemain mengeluarkan kemampuan terbaik. Ini yang kami butuhkan mengingat di sini banyak pemain berbakat,” ujar bek Aaron Hughes.

Incaran Klub Premiership

Kalau ada manajer yang paling sering dikaitkan dengan klub penghuni Premiership, maka dia pastilah Martin O’Neill. Kisah suksesnya bersama Celtic pada awal 2000 membuat O’Neill pernah digosipkan bakal menggantikan bos Manchester United, Sir Alex Ferguson. Padahal, ketika itu dua-duanya masih aktif di klub masing-masing. Setiap kali ada pemecatan pelatih atau isu seorang pelatih bakal hengkang, maka klub yang bersangkutan pasti dikabarkan bakal mendatangkan O’Neill. Ini misalnya terjadi pada akhir musim 2003/2004 saat Liverpool memberhentikan Gerard Houllier. Setelah mendepak Graeme Souness, Newcastle juga konon siap merekrut O'Neill, tapi pada akhirnya memilih Glenn Roeder. Ia juga konon sempat hampir menandatangani kontrak dengan Middlesbrough akhir musim lalu. Tapi, karena kesepakatan tak tercapai, posisi manajer pun dijabat Gareth Southgate, yang notabene eks kapten Boro. Pada akhirnya O'Neill berhasil dirayu Aston Villa, padahal ia konon takkan menolak bila ditawari kursi pelatih Inggris. Setelah kehilangan Sven-Goran Eriksson, FA memang sempat kelabakan mencari manajer baru sebelum akhirnya menunjuk Steve McClaren. Berbeda dengan sebagian kalangan yang tak berkenan duduk di kursi panas tersebut, O'Neill justru mengaku merasa tertantang dan takkan melewatkan kesempatan emas. “Itu adalah salah satu pekerjaan terbesar di sepak bola. Andai ditawarkan kepadaku, akan sangat bodoh bila menepisnya,” sebut O’Neill, yang juga pernah diberitakan The Advertiser, harian Australia, bakal menggantikan posisi Guus Hiddink di Socceroos.--MadridistasIndonesia 14:56, 18 Agustus 2006 (UTC)

sunting

Hello fellow editors,

I have found one or more external links on Martin O'Neill that are in need of attention. Please take a moment to review the links I found and correct them on the article if necessary. I found the following problems:

When you have finished making the appropriate changes, please visit this simple FaQ for additional information to fix any issues with the URLs mentioned above.

This notice will only be made once for these URLs.

Cheers.—InternetArchiveBot (Melaporkan kesalahan) 6 Oktober 2023 19.51 (UTC)Balas

Kembali ke halaman "Martin O'Neill".