Ismail al-Faruqi

akademisi Palestina-Amerika Serikat

Ismail Raji al-Faruqi (1 Januari 192127 Mei 1986) adalah seorang cendekiawan Muslim yang terkenal dengan kontribusinya dalam studi Islam dan dialog antaragama.

Ismail Raji al-Faruqi, cendekiawan Muslim

Masa muda

Ismail Raji al-Faruqi lahir di Jaffa, Palestina pada tanggal 1 Januari 1921. Ayahnya, 'Abd al-Huda al-Faruqi, adalah seorang hakim Islam (qadi). Al-Faruqi menerima pendidikan agama awalnya di rumah dan di masjid setempat. Pada tahun 1936, ia mulai bersekolah di Collège des Frères di Jaffa.

Pada tahun 1941, ia lulus dari American University of Beirut. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di Indiana University, di mana ia memperoleh gelar Master dalam filsafat dengan tesis berjudul The Ethics of Reason and the Ethics of Life (Kantian and Nietzschean Ethics) pada tahun 1949.[1] Ia juga meraih gelar Master kedua dalam filsafat dari Harvard University pada tahun 1951 dan gelar Ph.D. dengan tesis berjudul On Justifying the Good dari Indiana University pada tahun 1952.[2]

Karier

Setelah menyelesaikan pendidikannya, al-Faruqi bekerja untuk pemerintah Inggris di Palestina. Pada tahun 1945, ia diangkat sebagai Gubernur Galilea. Setelah pencaplokan Palestina oleh Israel, al-Faruqi pindah ke Amerika Serikat.

Di Amerika, ia melanjutkan pendidikan Master dalam bidang filsafat di Indiana University dan Harvard University. Ia memperoleh gelar Ph.D. dengan tesis berjudul On Justifying the Good dari Indiana University pada tahun 1952.[3]

Dia kemudian mengajar di berbagai universitas di seluruh dunia, termasuk di Kanada, Pakistan, dan Amerika Serikat. Pada tahun 1968, dia menjadi guru besar Studi Islam di Temple University, Amerika Serikat.[4] Selama di Temple University, John Esposito menjadi mahasiswa doktoral pertamanya.[5][6]

Pada bulan Maret 1977, al-Faruqi memainkan peran penting dalam Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Muslim di Mekah. Konferensi ini dihadiri oleh tokoh-tokoh seperti Muhammad Kamal Hassan, Syed Muhammad Naquib al-Attas, dan Syed Ali Ashraf, antara lain. Konferensi ini menetapkan dasar untuk pendirian universitas-universitas Islam di Dhaka, Islamabad, Kuala Lumpur, Kampala, dan Niger. Al-Faruqi berperan penting dalam musyawarah dan pengembangan rencana aksi konferensi tersebut.[7]

Pemikiran

Al-Faruqi terkenal dengan pandangan-pandangannya tentang Islamisasi pengetahuan. Dia menekankan pentingnya mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam dengan disiplin ilmu modern, yang tetap relevan bagi para cendekiawan dan pendidik yang bertujuan untuk mengharmonisasikan iman dan akal.

Urubah

Pemikiran awal al-Faruqi difokuskan pada urubah (Arabisme). Ia berpendapat bahwa urubah adalah inti dari identitas dan seperangkat nilai yang menyatukan semua Muslim menjadi satu komunitas orang beriman (ummah). Al-Faruqi percaya bahwa bahasa Arab, sebagai bahasa Al-Qur'an, sangat penting untuk memahami sepenuhnya konsep Islam tentang dunia. Ia menganggap urubah tidak terpisahkan dari identitas Muslim, mencakup dimensi bahasa dan agama.[8] Konsep tawhid (monoteisme) juga menjadi elemen sentral dalam kesadaran agama Arab, yang ditemukan dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Al-Faruqi menyoroti aliran keyakinan monoteistik yang dimiliki oleh ketiga agama ini, yang berakar pada budaya dan bahasa Arab.

Islamisasi Pengetahuan

Al-Faruqi mengembangkan konsep Islamisasi pengetahuan, yang bertujuan untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam dengan disiplin ilmu kontemporer. Ia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan modern harus didasarkan pada nilai-nilai Islam untuk menghindari sekularisasi dan disintegrasi moral. Al-Faruqi menekankan pentingnya prinsip-prinsip Islam dalam pendidikan, politik, dan etika.[9] Karyanya di bidang ini memuncak dengan pendirian IIIT, yang bertujuan untuk mengembangkan epistemologi dan metodologi Islam untuk berbagai bidang studi.

Pandangannya tentang Zionisme

Sebagai anak Palestina, al-Faruqi mengecam keras apa yang telah dilakukan oleh Zionis Israel yang menjadi dalang pencaplokan Palestina. Namun, ia dengan tegas membedakan antara Zionisme dan Yahudi. Dalam bukunya Islam and The Problem of Israel, ia menyatakan bahwa Islam menghormati agama Yahudi sebagai agama Tuhan, namun menentang politik Zionisme.[10]

Kematian

Ismail Raji al-Faruqi dan istrinya dibunuh di rumah mereka pada tanggal 27 Mei 1986. Pembunuhan ini diduga terkait dengan kritiknya yang keras terhadap Zionisme.[11][12]

Catatan Kaki

  1. ^ Al-Faruqi, Isma'il Raji (1949). The Ethics of Reason and the Ethics of Life (Kantian and Nietzschean Ethics) (Tesis). Bloomington: Indiana University. 
  2. ^ Al-Faruqi, Isma'il (1952). On Justifying the Good (Tesis PhD thesis). Bloomington: Indiana University. 
  3. ^ Al-Faruqi, Isma'il (1952). On Justifying the Good (Tesis PhD thesis). Bloomington: Indiana University. 
  4. ^ Fletcher, Charles (2014). Muslim-Christian Engagement in the Twentieth Century: The Principles of Inter-faith Dialogue and the Work of Ismail Al-Faruqi. United Kingdom: I.B.Tauris. 
  5. ^ Quraishi, M. Tariq (1986). Ismail al-Faruqi: An Enduring Legacy. MSA Publications. hlm. 9. 
  6. ^ "Editorial". The American Journal of Islamic Social Sciences. 28 (3): ii–xii. 2011. 
  7. ^ "Editorial". The American Journal of Islamic Social Sciences. 28 (3): ii–xii. 2011. 
  8. ^ Al-Faruqi, Isma'il R. (1962). 'Urubah and Religion: An Analysis of the Dominant Ideas of Arabism and of Islam as Its Heights Moment of Consciousness. On Arabism. 1. Amsterdam: Djambatan. 
  9. ^ Al-Faruqi, Isma'il Raji (1982). Islamization of Knowledge: General Principles and Work Plan. IIIT. 
  10. ^ Al-Faruqi, Isma'il Raji (1980). Islam and the Problem of Israel. London: The Islamic Council of Europe. 
  11. ^ "Black Muslim Charged in Slaying of Islamic Scholar and His Wife". The New York Times. January 18, 1987. 
  12. ^ O'Bryan, Ruth (July 8, 1987). "Confession Details Stalking, Slaying Of Islamic Scholars". The Morning Call. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 2, 2018. Diakses tanggal May 13, 2018.