Alexandre Koyré
Alexandre Koyré adalah seorang filsuf ilmu pengetahuan Prancis pada abad 20.[1] Koyré mengajar di beberapa Universitas, di Paris, Amerika Serikat dan di New School for Social Research di New York.[1] Salah satu sumbangan Koyré adalah tulisannya tentang Sejarah Ilmu Pengetahuan dan banyak tentang sejarah Filsafat.[1]
Alexandre Koyré | |
---|---|
Lahir | 29 Augustus 1892 |
Meninggal | 28 April 1964 |
Era | Abad 20 |
Kawasan | Filsafat Barat |
Aliran | Fenomenologi Sejarahepistemologi |
Minat utama | Sejarah Ilmu Pengetahuan Filsafat Ilmu Pengetahuan |
Dipengaruhi | |
Memengaruhi |
Riwayat Hidup
suntingAlexandre Koyré lahir di Taganrog, Rusia. Ia belajar matematika dan filsafat di Gottingen (Jerman) salah satunya pada Edmund Husserl.[1] Saat Perang Dunia I ia masuk tentara Prancis sebagai sukarelawan, Pada tahun 1929 menjadi docteur en lettres, dan sesudah mengajar di Universitas Universitas Montpellier diangkat menjadi direktur di École pratique des hautes études di Paris. Kemudian Perang Dunia II pindah ke Amerika Serikat dan mengajar di sana.[1]
Pemikiran
suntingDalam Sejarah Ilmu Pengetahuan yang ditulisnya, Koyré menekankan diskontinuitas. Hal ini dia nyatakan dalam batas revolusi-revolusi ilmiah pada abad 17 dan 18 sebagai kritik terhadap Pierre Duhem (1861-1916).[1] Dalam pandangannya, ilmu pengetahuan bukan hal yang merupakan kontinuitas, sebab semuanya sebenarnya sudah ada, dan ilmu pengetahuan bukan yang pertama menghadapi fakta-fakta, melainkan hanya terusan dari ilmu yang sebelumnya.[1] Ilmu yang semula, misalnya teori Galilei bukanlah hasil dari akal sehat kemudian dialihkan kepada teori untuk pertama kali, tetapi melainkan terdapat fakta yang sebelumnya sudah ada.
Dalam Pendulum Galilei, terlihat bahwa Koyre menggunakan keahlian matematika dan filsafatnya sebagai landasan berpikirnya.[2] Misalnya dalam Galilei yang menyelidiki bahwa tubuh yang segar dan lemah pasti akan jatuh dengan cara dan kecepatan yang berbeda.[2] Hal ini terkait dengan teori Aritoteles bahwa berat dan tinggi badan juga mempengarui kecepatan jatuhnya. dapat dilihat bahwa teori-teori ini bukanlah hal baru yang senantiasa ada, melainkan merupakan diskontinuitas, sebab sudah ada sebelumnya.[2]
Pengaruh
suntingSalah satu ilmuwan sejarah ilmu pengetahuan yang sangat terpengaruh oleh Koyre adalah Thomas Kuhn di Amerika Serikat.[1]