Peperangan Johor–Jambi
Perang Johor-Jambi adalah sebuah perang ketika Melaka jatuh ditangan Belanda dan Kesultanan Aceh mengalami penolakan. Perang berlangsung selama 13 Tahun. Dan kedua pihak mengalami kerugian yang sangat besar.[1]
Perang Johor-Jambi | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kesultanan Johor | Kesultanan Jambi | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Laksamana Abdul Jamil Sultan Abdul Jalil Shah III Sultan Ibrahim Shah | Unknown | ||||||
Korban | |||||||
Kerugian Berat Setengah Pasukan milik Johor Terbunuh |
Sebagian Pasukan milik Jambi Terbunuh Kota Penting milik Jambi dibakar oleh Johor |
Latar Belakang
Perang dilatarbelakangi setelah kejatuhan melaka portugis dan penolakan kesultanan Aceh. Johor memantapkan kembali sebagai kekuatan di sepanjang selat melaka di bawah pemerintahan Sultan Abdul Jalil Shah III (1623-1677). Pengaruh nya meluas ke daerah² sepertk Pahang,Sungei Ujong,Malaka,Klang,dan Kepulauan Riau.[2]Pada saat Perang Segitiga Jambi menjadi kawasan di Sumatera yang menjadi kekuatan politik dan ekonomi terbesar di Sumatera. Jambi dan Johor pada saat itu sudah mulai masuk dalam tahap perang akan tetapi Anak Raja Jambi menikahi anak perempuan dari laksaman Abdul Jamil.[3]
Referensi
- ^ Ricklefs, author (2010). A New History of Southeast Asia. Bloomsmburry: Bloomsburry Academic. ISBN 9780230212138.
- ^ Tan Ding, Eing (1978). A Potrait of Malaysia and Singapore. Oxford University Press. hlm. 22. ISBN 978-0-19-580722-6.
- ^ Jim, Baker (2014-09-07). Crossroads:A Popular History of Malaysia and Singapore. Marshall Cavendish. hlm. 64. ISBN 978-981-4516-02-0.