Yuzu

Revisi sejak 29 Juni 2024 12.44 oleh Mitgatvm Bot (bicara | kontrib) (top: tanpa takson -> klad + clean up)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Ini adalah artikel tentang buah-buahan. Untuk grup musik lihat Yuzu (grup musik)

Yuzu
Buah yuzu di pohon
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
C. ichangensis x C. reticulata var. austera
Nama binomial
Citrus ichangensis x Citrus reticulata var. austera

Yuzu atau (Citrus ichangensis x C. reticulata, sebelumnya C. junos Siebold ex. Tanaka; bahasa Jepang ユズ, 柚, 柚子 (yuzu); Hangul: 유자 (yuja); dari bahasa Tionghoa: 柚子, yòu zi) adalah sejenis tanaman jeruk yang berasal dari Asia Timur. Yuzu adalah turunan dari jeruk mandarin dan citrus ichangensis. Buah yuzu umumnya sedikit kecil dengan kulit yang kasar, serta warnanya yang bermacam-macam tergantung pada kematangannya. Ukuran buahnya berkisar antara 5,5 cm hingga 7,5 cm.

Tanaman ini berasal dari Cina dan tumbuh secara liar di Cina bagian tengah dan Tibet. Yuzu diperkenalkan ke Jepang dan Korea sejak zaman Dinasti Tang dan produksinya berkembang pesat di ketiga negara itu.

Yuzu sangat tahan terhadap cuaca beku sampai -5 °C ketika sebagian besar tanaman jenis jeruk tidak bisa berkembang pada cuaca sedingin itu. Di Jepang, Hanayuzu (花ゆず atau 花柚) adalah sebutan bagi pohon yuzu yang hanya untuk dinikmati keindahan bunganya saja.

Deskripsi

sunting

Buah ini terlihat seperti limau gedang kecil dengan kulit yang tidak rata, dan bisa berwarna kuning atau hijau tergantung pada tingkat kematangannya. Buah yuzu yang sangat beraroma, biasanya berdiameter antara 5,5 dan 7,5 cm (2–3 inci),[1] tetapi bisa mencapai hingga 10 cm atau 4 inci.[2]

Pohon yuzu memiliki bentuk seperti semak belukar atau pohon kecil,[3] yang umumnya memiliki banyak duri besar.[4] Daunnya terkenal karena tangkainya yang besar hingga mencapai 18–30 × 6–15 mm,[4][5] menyerupai daun jeruk purut dan ichang papeda, dan beraroma kuat.

Yuzu sangat mirip sudachi (Citrus sudachi, jeruk Jepang dari Prefektur Tokushima yang merupakan hasil persilangan antara jeruk yuzu dengan jeruk mandarin) dalam banyak hal.[6] Meskipun tidak seperti sudachi, yuzu matang berubah warnanya menjadi oranye sedangkan sudachi masih mempertahankan warna hijaunya meski sudah matang.[7]

Nama dan taksonomi

sunting

Nama Yuzu berasal dari bahasa Jepang dan terkenal diserap dalam bahasa Inggris.[8] Dalam bahasa Jepang sendiri, beberapa teori mengatakan bahwa asal kata tersebut merupakan serapan dari bahasa Tionghoa Kuno yaitu yu yang berarti jeruk dan terbaca oleh orang Jepang dengan pengucapan yang sama.[5] Ketika pertama kali dikenalkan kepada orang Jepang, hanya nama yu saja digunakan, tanpa kata zu. Saat ini dalam bahasa Mandarin, kata yu tidak lagi digunakan sejak lama.[4] Nama yuzu baru terbentuk ketika orang-orang Jepang menyebut jeruk ini sebagai yu no su (柚の子) kemudian mengalami penyingkatan menjadi yusu dan kemudian menjadi yuzu.[9] Nama yuzu mengandung karakter 柚 yang mana baik bahasa Korea dan Jepang berbagi cara pengucapan yang sama yaitu "yu" (유) dan karakter 子 yang apabila dalam bahasa Korea dibaca "ja" (자)[10] dan membentuk nama buah jeruk ini menjadi "Yuja" (유자) dalam bahasa Korea.[11]

Nama ilmiah dari Yuzu pada awalnya adalah Citrus junos. Nama ini diberikan oleh Tyozaburo Tanaka pada tahun 1954 dalam bukunya yang berjudul Species problem in Citrus: a critical study of wild and cultivated units of Citrus, based upon field studies in their native homes.[12] Nama junos kemungkinan dipilih berasal dari sebuah kata dalam bahasa Jepang yang secara harfiah berarti cuka (柚の子, yu no su).[13] Sebenarnya penamaan ini keliru karena baik tanaman maupun hewan yang terlahir dari persilangan tak memiliki nama taksonominya sendiri dan mengikuti kedua nama induknya. Tanaka saat meneliti jeruk yuzu pada tahun 1954 masih belum mengakui yuzu sebagai persilangan antara jeruk mandarin dengan jeruk ichang papeda dan menganggapnya sebagai spesies yang terpisah. Hal tersebut yang kemudian membuat Tanaka memberi nama ilmiah kepada jeruk yuzu.[5][14] Nama ini kemudian diperbaiki menjadi Citrus ichangensis x Citrus reticulata untuk menyesuaikannya dengan tata aturan penamaan yang ilmiah.[14]

Sejarah

sunting

Sejarah keberadaan jeruk yuzu di Jepang dapat ditarik sejauh Tiongkok mengenalkan jeruk untuk pertama kalinya di Jepang. Spesies Citrus setelah diteliti merupakan tumbuhan asli dari daerah India, lebih tepatnya dari daerah Assam sejak 30–40 juta tahun yang lalu. Tanaman ini kemudian disebarluaskan ke Thailand, Tiongkok, Malaysia dan ke daerah kepulauan lain seperti Indonesia dan Taiwan hingga akhirnya dibawa ke Jepang. Jeruk tachibana yang merupakan varietas jeruk mandarin tertua di Jepang, diperkenalkan ke Jepang melalui Semenanjung Korea dari daratan Cina. Nama jeruk tersebut terdapat di Manyoshu, kumpulan puisi klasik Jepang tertua yang masih ada yang disusun sekitar tahun 759 M selama periode Nara, dan dianggap sebagai satu-satunya buah jeruk yang ada di alam liar di Jepang.[15] Setelah itu, diperkirakan varietas jeruk pahit Asia yang disebut daidai, dan jeruk kecil lainnya tiba di Jepang sekitar 2 hingga 300 M. Yuzu berasal dari Tiongkok yang kemungkinan masih berada di bawah kuasa dinasti Tang[4] dan diperkenalkan ke Jepang dan negara-negara lain sekitar abad ke-4 hingga ke-8. Nama yuzu disebutkan dalam Shoku-Nihongi, sebuah teks sejarah Jepang yang dibuat oleh kekaisaran yang diselesaikan pada tahun 797 M.[16]

Varietas lain

sunting

Selain dipanen buahnya, yuzu juga dapat dijadikan sebagai tanaman hias yang seringkali bunganya lebih mencolok daripada buahnya itu sendiri. Yuzu semacam ini biasanya dinamai Hana yuzu (花ゆず atau 花柚) dan sering kali hanya dinikmati bunganya saja sebagai hiasan dan bukan buahnya.[17] Berbagai jenis jeruk yuzu manis yang dikenal sebagai yuko yang hanya ada di Jepang. Varian ini kemudian menjadi sangat terancam punah selama tahun 1970-an dan 1980-an. Saat ini ada upaya besar telah dilakukan untuk menghidupkan kembali varietas ini di Jepang selatan.[18] Variasi lain dari yuzu di Jepang dengan kulitnya yang kasar disebut shishi yuzu (獅子柚子, secara harfiah "Yuzu singa").[19]

Penggunaan

sunting

Jepang dan Korea

sunting

Yuzu rasanya asam, dan lebih asam dari grapefruit. Buahnya jarang dimakan, tetapi karena aromanya yang kuat, sering digunakan untuk dijadikan pewangi masakan atau kue di dalam kuliner Jepang dan Korea. Saat ini, aroma Yuzu juga banyak digunakan dalam penggunaan parfum atau wewangian. Biasanya aroma ini digunakan sebagai aroma bak mandi dan juga sebagai inhaler dan aromaterapi pijat spa. Umumnya dalam kasus yang terkahir, jeruk ini dipercaya dapat melembutkan kulit dan dijadikan sebagai pelembap atau moisturizer.[20] Yuzu juga dapat diekstrak kulitnya untuk dijadikan minyak esensi yang memiliki banyak manfaat. Jeruk ini juga seringkali dapat ditemui dalam ritus keagamaan Shinto. Para pendeta agama Shinto sering kali melibatkan yuzu dalam berbagai upacara keagamaan.[21]

Penggunaan sebagai batang bawah

sunting

Keturunan yuzu digunakan dalam pertanaman jeruk di Indonesia sebagai batang bawah sejak masa penjajahan Belanda dan populer dengan nama Japanse Citroen (JC atau "jeruk jepang") sampai sekarang. JC dianjurkan sebagai batang bawah karena perakarannya baik, tahan terhadap penyakit bersumber dari tanah, dan dapat mempercepat pembungaan beberapa jenis jeruk batang atas (misalnya jeruk manis)[22]

Referensi

sunting
  1. ^ "13 Emerging Benefits and Uses of Yuzu Fruit". Healthline (dalam bahasa Inggris). 2020-01-03. Diakses tanggal 2022-01-23. 
  2. ^ "YUZU IN-DEPTH". Yuzu products of Okabayashi Farm (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-24. 
  3. ^ "Citrus junos - Useful Tropical Plants". tropical.theferns.info. Diakses tanggal 2022-01-23. 
  4. ^ a b c d "Yuzu". citrusvariety.ucr.edu. Diakses tanggal 2022-01-24. 
  5. ^ a b c "Yuzu". Citrus ID. Diakses tanggal 24 Januari 2022. 
  6. ^ "all about yuzu « Yuzu Passion" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-23. 
  7. ^ "Japanese Fruits". www.japan-guide.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-23. 
  8. ^ "Definition of YUZU". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-23. 
  9. ^ "Citrus junos". TheFreeDictionary.com. Diakses tanggal 2022-01-24. 
  10. ^ "Given Names". Korean Genealogy (dalam bahasa Inggris). 2013-01-28. Diakses tanggal 2022-01-25. 
  11. ^ "유자". Korean Naver Dictionary. Diakses tanggal 2022-01-26. 
  12. ^ taxonomy. "Taxonomy browser (Citrus junos)". www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses tanggal 2022-01-24. 
  13. ^ "Yuzu from Kôchi" (PDF). Nishikidori (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 26 Januari 2022. 
  14. ^ a b Talon, Manuel; Caruso, Marco; jr, Fred G. Gmitter (2020-01-21). The Genus Citrus (dalam bahasa Inggris). Woodhead Publishing. hlm. 38. ISBN 978-0-12-812217-4. 
  15. ^ Minamisawa, Mayumi (2021-05-19). "Introduction". Physiological Functions Mediated by Yuzu (Citrus junos) Seed-Derived Nutrients (dalam bahasa Inggris). IntechOpen. ISBN 978-1-83968-724-2. 
  16. ^ Fukutome, Nami (2020). "Yuzu in Japan and South Korea: A Comparative Study of Usage" (PDF). Faculty of Health and Nutrition. Tokyo Seisei College: 2. 
  17. ^ Sánchez, Mónica (2019-09-04). "Yuzu care guide, a very decorative and resistant fruit tree". Jardineria On (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-23. 
  18. ^ "Vol. 11: The Yuko, a Native Japanese Citrus — The Tokyo Foundation". web.archive.org. 2009-05-23. Archived from the original on 2009-05-23. Diakses tanggal 2022-01-23. 
  19. ^ "Shi Shi Yuzu Citrus". specialtyproduce.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-23. 
  20. ^ "YUZU | Highlighted Japanese Ingredients - Japanese agriculture, forestry, fisheries and food - Japan External Trade Organization". ジェトロ (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-24. 
  21. ^ Schiller, Carol; Schiller, David (2008). The Aromatherapy Encyclopedia: A Concise Guide to Over 385 Plant Oils (dalam bahasa Inggris). Basic Health Publications, Inc. hlm. 188. ISBN 978-1-59120-228-8. 
  22. ^ AAK. 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Cet. ke-13. Kanisius. hal. 190.

Pranala luar

sunting