Songkok

penutup kepala khas dinasti Song
Revisi sejak 30 Juni 2024 06.58 oleh Badak Jawa (bicara | kontrib) (Membalikkan revisi 25973874 oleh 103.108.31.81 (bicara) taqiyah bukan nama lain songkok)

Songkok, peci, atau kopiah adalah topi yang banyak dipakai di Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan, paling umum di kalangan pria Muslim. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, songkok adalah penutup kepala kaum lelaki yang terbuat dari bahan kain beludru.[1] Di Indonesia, peci juga diasosiasikan dengan gerakan nasionalis.[2]

Sukarno memakai songkok
Gambar resimen Melayu memakai songkok ketika latihan
Gambar Songkok khas suku Makassar

Nama lain

Ia disebut "songkok" di semenanjung Melayu.[3] Sedangkan di Jawa disebut "kopiah" atau "kopeah".[4] Ini juga dikenal luas di Indonesia sebagai "peci", meskipun peci memiliki bentuk yang lebih elips dan kadang-kadang dihiasi.[3]

Dalam bahasa inggris, songkok diistilahkan dengan skull cap yang berfungsi untuk menutupi setengah lingkaran pada bagian atas kepala seseorang. Namun karena sulitnya pelafalan dan pengaruh penjajahan wilayah melayu yang dulunya sebagian besar dikuasai oleh inggris, istrilah skull cap berubah menjadi skol-kep lalu song-kep dan pada akhirnya benar-benar berubah menjadi songkok, seperti yang kita kenal saat sekarang ini. Istilah songkok sudah mulai jarang digunakan pada saat ini dan akhirnya diganti dengan istilah peci.[5][6]

Asal usul

Kopiah (kupiah) dicatat digunakan pasukan khusus Majapahit (Bhayangkara), dicatat dalam Hikayat Banjar yang ditulis pada (atau tidak lama setelah) tahun 1663.[7]:181[8]:204[9] Kopiah direkam dalam catatan kosakata Italia-Melayu buatan Antonio Pigafetta tahun 1521 (terbit tahun 1524) sebagai cophia.[10]:132[11]:235 Kupiah tercatat dalam Hikayat Iskandar Zulkarnain, naskah aslinya ditulis sebelum tahun 1600 M:[12]:39

Maka tatkala memeliharakan disuruhnya anaknya memakai perhiasan seperti pakaian laki-laki dan dikenakan kepada kepalanya kupiah ros yang keemasan.

Salah satu akun surat kabar Brunei secara keliru menyatakan bahwa songkok menjadi umum di Kepulauan Melayu pada abad ke-13 dengan masuknya Islam di wilayah tersebut.[3] Dalam kesusteraan Melayu, kata "songkok" telah disebut dalam Syair Siti Zubaidah (1840) "...berbaju putih bersongkok merah...."[13]

Songkok juga dipakai oleh tentara dan polisi Malaysia dan Brunei pada upacara-upacara tertentu.[14]

Referensi

  1. ^ "Arti kata songkok - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id. Diakses tanggal 2022-04-26. 
  2. ^ Hendri F. Isnaeni (10 September 2010). "Nasionalisme Peci". Yahoo Indonesia News. Diakses tanggal 10 September 2010. 
  3. ^ a b c Rozan Yunos (23 September 2007). "The origin of the songkok or 'kopiah'". The Brunei Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 December 2008. Diakses tanggal 13 April 2016. 
  4. ^ Abdullah Mubarok (21 February 2016). "PDIP: Kopiah Bagian Dari identitas Nasional". Inilah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 April 2016. Diakses tanggal 13 April 2016. 
  5. ^ Andryanto, S. Dian (2021--05-13). "Sejarah Punya Cerita Tentang Perbedaan Kopiah, Peci, dan Songkok". Tempo.co. Diakses tanggal 2022/04/26.  [pranala nonaktif permanen]
  6. ^ "Asal Muasal Peci, Kopiah, dan Songkok". Republika Online. 2015-06-18. Diakses tanggal 2022-04-26. 
  7. ^ Ras, Johannes Jacobus (1968). Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography. The Hague: Martinus Nijhoff. )
  8. ^ Nugroho, Irawan Djoko (2011). Majapahit Peradaban Maritim. Suluh Nuswantara Bakti. ISBN 978-602-9346-00-8. 
  9. ^ Hikayat Banjar, 6.3: Maka kaluar dangan parhiasannya orang barbaju-rantai ampat puluh sarta padangnya barkupiah taranggos sakhlat merah, orang mambawa astenggar ampat puluh, orang mambawa parisai sarta padangnya ampat puluh, orang mambawa dadap sarta sodoknya sapuluh, orang mambawa panah sarta anaknya sapuluh, yang mambawa tumbak parampukan barsulam amas ampat puluh, yang mambawa tameng Bali bartulis air mas ampat puluh. (Lihat Ras 1968, hlm. 302)
  10. ^ Pigafetta, Antonio (1956). "Vocaboli de Questi Popoli Mori". Dalam Manfroni, Camillo. Relazione del primo viaggio intorno al mondo, Antonio Pigafetta, 1524. Istituto Editoriale Italiano. 
  11. ^ Bausani, Alessandro (December 1960). "The First Italian-Malay Vocabulary by Antonio Pigafetta". East and West. 11: 229–248 – via JSTOR. 
  12. ^ Hussain, Khalid Muhammad, ed. (1986). Hikayat Iskandar Zulkarnain (edisi ke-2). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa. 
  13. ^ Syair Siti Zubaidah MCP text
  14. ^ Journal of the Society for Army Historical Research. Society for Army Historical Research. 1996.